Militer Thailand melayangkan tuduhan serius terhadap Kamboja pada Selasa, 29 Juli 2025, mengklaim adanya pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata. Tuduhan ini muncul hanya beberapa jam setelah kedua negara yang bertikai di perbatasan sepakat untuk menghentikan pertempuran, sebuah perjanjian yang dimediasi oleh Malaysia pada Senin malam.
Menurut laporan dari CNA, pihak Thailand menyatakan bahwa bentrokan bersenjata terus berlanjut di sepanjang perbatasan yang diselimuti hutan, meskipun ada konsensus untuk mengakhiri pertempuran berdarah yang telah melanda wilayah tersebut. Namun, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, dengan tegas membantah klaim tersebut, menegaskan bahwa tidak ada bentrokan bersenjata di wilayah mana pun antara kedua belah pihak sejak kesepakatan.
Kesepakatan gencatan senjata tanpa syarat disepakati untuk dimulai tepat tengah malam, menyusul perundingan damai yang intens di Malaysia pada hari Senin. Konflik yang memanas ini berakar pada perselisihan kepemilikan beberapa kuil kuno yang terletak di zona sengketa di sepanjang perbatasan kedua negara sepanjang 800 kilometer.
Juru bicara militer Thailand, Winthai Suwaree, mengungkapkan kekecewaannya. “Pada saat perjanjian tersebut berlaku, pihak Thailand mendeteksi bahwa pasukan Kamboja telah melancarkan serangan bersenjata ke beberapa wilayah di wilayah Thailand,” ujarnya. Suwaree menambahkan bahwa insiden ini merupakan “pelanggaran yang disengaja terhadap perjanjian dan upaya yang jelas untuk merusak kepercayaan bersama,” memaksa Thailand untuk “menanggapi dengan tepat, dan menjalankan hak sahnya untuk membela diri.”
Meski demikian, suasana di perbatasan dilaporkan mulai mereda. Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, tak lama setelah insiden itu menyatakan bahwa perbatasan telah tenang setelah terjadinya bentrokan kecil. Senada dengan itu, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, melalui unggahan di Facebook pada Selasa pagi, juga mengonfirmasi bahwa “Garis depan telah mereda sejak gencatan senjata pada tengah malam.”
Kini, upaya diplomasi kembali diutamakan. Juru bicara tentara Thailand lainnya, Kolonel Richa Suksuwanon, mengonfirmasi bahwa negosiasi sedang berlangsung antara kedua belah pihak. Diperkirakan para komandan militer akan bertemu pada pukul 10 pagi waktu setempat untuk membahas situasi dan mencari solusi.
Sebagai tanda meredanya ketegangan, di kota Samraong, Kamboja, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari perbatasan, suara ledakan yang sebelumnya terdengar keras, berhenti dalam kurun waktu 30 menit menjelang tengah malam. Hingga fajar menyingsing, suasana dilaporkan mulai tenang, memberikan secercah harapan bagi warga di wilayah tersebut.
Eskalasi pertempuran yang terjadi sejak Kamis lalu, melibatkan jet tempur, roket, dan artileri, telah menelan korban jiwa setidaknya 38 orang. Selain itu, konflik ini juga menyebabkan hampir 300.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka, menambah daftar panjang penderitaan akibat sengketa perbatasan yang tak kunjung usai.