Gejolak internal melanda tubuh Crystal Palace menjelang penutupan bursa transfer musim panas. Dua figur sentral di klub, manajer Oliver Glasner dan chairman Steve Parish, terlibat dalam perselisihan pandang yang mencolok mengenai masa depan dua bintang utama mereka, Marc Guehi dan Eberechi Eze.
Fokus utama perdebatan adalah bek tengah andalan, Marc Guehi. Pemain berusia 23 tahun ini menjadi incaran serius raksasa Liga Inggris, Liverpool, yang disebut-sebut melihatnya sebagai suksesor potensial Virgil van Dijk. Namun, negosiasi transfer berjalan alot. Dengan kontrak Guehi yang tersisa kurang dari setahun, Palace mematok harga tinggi sebesar GBP 45 juta, nominal yang dinilai terlalu mahal oleh pihak Liverpool.
Chairman Steve Parish tidak menampik situasi sulit yang dihadapi klub. Menurut laporan Daily Mail Sport, usai kemenangan tipis 1-0 atas Fredrikstad di ajang Europa Conference League, ia secara terbuka mengindikasikan kemungkinan untuk melepas sang bek. “Jika Marc Guehi ingin menandatangani kontrak baru, dia bisa bertahan. Tapi ini situasi yang sulit. Semua klub harus menjual pemain untuk mematuhi aturan finansial. Dalam beberapa hari ke depan, kami harus mempertimbangkannya,” ujar Parish, menyoroti tekanan regulasi yang membayangi.
Namun, pernyataan Parish tersebut sontak dibantah keras oleh Oliver Glasner hanya berselang beberapa menit kemudian dalam konferensi pers yang sama. “Marc harus tetap di sini! Kalau dia pergi, mungkin saya harus memakai sepatu lagi. Saya juga dulu bek tengah,” tegas pelatih asal Austria itu, seperti dikutip dari Daily Mail Sport. Nada frustrasi Glasner jelas terpancar, seolah menolak keras ide kehilangan pilar pertahanannya.
Ketegangan tidak hanya berkisar pada Guehi. Glasner memang terlihat frustrasi dengan persiapan skuadnya. Musim baru belum bergulir mulus, namun ia sudah harus menghadapi potensi kehilangan dua pemain kunci, Guehi dan Eberechi Eze. Terlebih, Palace baru mendatangkan dua amunisi baru, yaitu Borna Sosa dari Ajax dan kiper Walter Benitez secara gratis, yang dirasa belum cukup untuk memperkuat tim.
Mengenai Eberechi Eze, Glasner juga memberikan sinyal yang kurang mengenakkan. “Kita sangat telat mencari pengganti. Kalau Ebs pergi, itu bukan kejutan. Profil penggantinya sudah kita definisikan berbulan-bulan lalu,” lanjut Glasner, dilansir dari Daily Mail Sport. Eze sendiri absen dalam laga kontra Fredrikstad dengan alasan sakit, namun Glasner mengindikasikan bahwa sang playmaker takkan membela Palace lagi. “Ebs tidak merasa fit. Tapi saya rasa dia takkan main untuk kami lagi. Tak masuk akal bicara soal dia lagi. Dia sudah pergi,” kata Glasner kepada Channel 5, dikutip dari laman Daily Mail Sport, Jumat (22/8).
Berbeda dengan Glasner yang tampak berat hati, Parish justru memberikan penghormatan sekaligus ucapan perpisahan bagi bintangnya tersebut. “Dia luar biasa untuk klub ini, dan kami senang dia bisa mengejar ambisinya. The King is dead, long live the King. Kini tugas kami menggunakan uang itu untuk memperkuat tim,” ujarnya, menunjukkan pendekatan yang lebih pragmatis terhadap kepergian Eze.
Kisruh internal ini menjadi sinyal kuat bahwa Crystal Palace tengah berada di persimpangan penting. Di satu sisi, ada tuntutan finansial dan kepatuhan terhadap regulasi yang harus dipenuhi. Di sisi lain, pelatih menuntut kestabilan tim dan tambahan pemain sesuai kebutuhan untuk menghadapi kompetisi. Dengan bursa transfer yang hanya tinggal hitungan hari, Crystal Palace harus bergerak cepat mengambil keputusan strategis, atau bersiap menghadapi musim yang berat di depan.
