Harga Emas Spot Terus Meroket Didorong Pelemahan Dolar AS dan Kekuatan Permintaan Global; Proyeksi Tembus Rekor Tertinggi Baru
JAKARTA – Harga emas spot terus menunjukkan performa perkasa pada perdagangan hari ini, Rabu (11/6), mencapai level US$ 3.340,74 per ons troi, naik 0,38% per pukul 11.08 WIB. Kenaikan signifikan ini utamanya dipicu oleh pelemahan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang terus berlanjut.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa saat ini terdapat korelasi negatif yang jelas antara harga emas dan dolar AS, khususnya dalam jangka pendek. Pelemahan mata uang Negeri Paman Sam secara langsung menjadi pendorong utama kenaikan harga logam mulia. Lukman menambahkan, meskipun secara historis dolar AS sering dianggap sebagai aset *safe haven*, statusnya belakangan ini mulai memudar bahkan nyaris menghilang, membuat investor beralih mencari perlindungan pada aset lain seperti emas.
Lebih lanjut, Lukman menegaskan bahwa permintaan terhadap emas tetap kuat, baik dari kalangan investor institusi maupun bank sentral di berbagai negara. Faktor fundamental ini menjadi landasan yang kokoh, membuat harga logam kuning tersebut cenderung terus menguat, baik dalam skala waktu pendek maupun panjang.
Untuk jangka pendek hingga akhir Juni, Lukman memperkirakan harga emas spot akan bergerak dalam kisaran US$ 3.300 hingga US$ 3.500 per ons troi. Namun, proyeksi ini bisa berubah drastis tergantung pada hasil perundingan dagang antara AS dan Tiongkok. Jika perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan positif, harga emas berpotensi terkoreksi ke area US$ 3.200 – US$ 3.350 dalam jangka pendek.
Memasuki paruh kedua tahun ini, prospek emas semakin cerah. Logam mulia ini diproyeksikan akan kembali menguat dan bahkan berpeluang menembus rekor tertingginya sepanjang masa (*all-time high*). Lukman secara spesifik memproyeksikan harga emas bisa mencapai US$ 3.700 hingga US$ 3.800, dengan potensi terbuka hingga US$ 4.000 per ons troi hingga akhir tahun 2025.
Berbagai sentimen utama diperkirakan akan terus memengaruhi pergerakan harga emas hingga akhir tahun 2025. Ini termasuk kondisi ekonomi global, terutama perkembangan di AS dan Tiongkok, serta kelanjutan isu perang dagang yang masih menghantui. Selain itu, ketegangan geopolitik seperti perang di Ukraina, konflik di Timur Tengah (Gaza dan Iran-Houthi), serta potensi kebijakan kontroversial dari Donald Trump di masa mendatang, juga akan menjadi faktor krusial. Kepercayaan investor yang semakin memudar pada dolar AS akan terus meningkatkan minat terhadap emas, tidak hanya dari investor ritel, tetapi juga dari institusi dan bank sentral global, semakin mengukuhkan posisi emas sebagai lindung nilai utama.