Ekspor Biomassa Indonesia Mendulang Triliunan Rupiah dari Jepang: Cangkang Inti Sawit dan Pelet Kayu Jadi Primadona Energi Terbarukan
Jakarta – Indonesia berhasil mencatatkan prestasi gemilang dalam pasar energi terbarukan global. Produk biomassa unggulan Tanah Air, yaitu cangkang inti sawit (palm kernel shell) dan pelet kayu, laris manis dalam forum bisnis yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan di Osaka, Jepang, pada Rabu, 11 Juni 2025. Forum tersebut berbuah komitmen impor fantastis dari perusahaan-perusahaan Jepang untuk 640 ribu ton kedua komoditas ini, dengan total nilai transaksi mencapai Rp 1,04 triliun.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Fajarini Puntodewi, menjelaskan bahwa Jepang sangat membutuhkan pasokan biomassa tersebut sebagai pilar strategis untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Kebutuhan ini selaras dengan target ambisius Jepang untuk menjadikan seluruh penjualan kendaraan penumpang baru sebagai kendaraan listrik pada tahun 2035, guna mencapai tujuan net zero emission pada 2050. “Dengan demikian, industri mobil di Jepang harus beralih ke energi terbarukan guna mendukung transisi menuju kendaraan listrik dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” tegas Fajarini, sebagaimana dilansir Antara di Jakarta, Minggu, 15 Juni 2025.
Lebih lanjut, Fajarini merinci bahwa produk energi terbarukan yang merupakan turunan sawit tidak hanya cangkang inti sawit, tetapi juga tandan buah kosong (empty fruit bunch) dan batang kelapa sawit (oil palm trunk). Semua produk ini dikenal dengan jejak karbonnya yang minim. Bahkan, ia mencatat bahwa setiap ton cangkang inti sawit yang digunakan sebagai bahan bakar di pabrik dapat berkontribusi menurunkan emisi karbon dioksida sebanyak 0,94 ton, menunjukkan potensi besar dalam mitigasi perubahan iklim.
Menurut Fajarini, kebutuhan domestik terhadap produk biomassa saat ini masih relatif terbatas, sehingga ekspor tetap menjadi pilihan yang lebih menguntungkan bagi Indonesia. Sebagai contoh, produksi cangkang inti sawit di dalam negeri saat ini mencapai sekitar 14 juta ton, di mana volume ekspornya telah mencapai 35 persen dari total ketersediaan komoditas tersebut.
Ekspor cangkang inti sawit ke Jepang sendiri saat ini berada di angka 4,5 juta ton per tahun. Kementerian Perdagangan memproyeksikan bahwa kebutuhan pasar biomassa Jepang pada periode 2025-2026 akan melonjak menjadi 7 juta ton per tahun, dengan cangkang inti sawit dan pelet kayu yang tetap menjadi andalan utama.
Fleksibilitas pemanfaatan cangkang inti sawit tidak terbatas pada bahan bakar kendaraan. Komoditas ini juga berfungsi sebagai bahan bakar penghasil listrik tenaga termal dengan emisi karbon dioksida yang lebih rendah, menjadikannya pilihan ideal untuk berbagai industri. Selain itu, cangkang inti sawit dapat diolah menjadi arang aktif berkinerja tinggi yang memiliki beragam aplikasi, seperti memulihkan pelarut, membersihkan udara, hingga memurnikan air.
Menanggapi potensi besar ini, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Energi Biomassa Indonesia (Aprebi), Dikki Akhmar, menyatakan dukungannya terhadap upaya pemerintah Indonesia untuk memastikan skema Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk produk cangkang inti sawit dapat diterima oleh pemerintah Jepang. Sejalan dengan itu, ia juga mendorong sosialisasi yang lebih masif terhadap Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), yang berperan penting sebagai sertifikasi produk biomassa dari hutan seperti wood pellet dan wood chip untuk pasar internasional.
“Meningkatnya kesadaran akan aspek berkelanjutan dan makin berkembangnya konsep ekonomi hijau, menjadikan banyak negara berkompetisi menghadirkan produk-produk ramah lingkungan,” ujar Dikki. Untuk itu, ia menegaskan bahwa saat ini adalah momentum krusial bagi Indonesia untuk terus berinovasi dan mengembangkan produk energi terbarukan yang berkualitas tinggi dan terstandar global.