Prospek Saham DSNG Kian Cemerlang: Laba Melonjak, Dividen Konsisten, dan Target Harga Menarik di 2025
JAKARTA – PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) terus menunjukkan performa keuangan yang solid, menjanjikan prospek yang cemerlang hingga tahun 2025. Komitmen perusahaan terhadap pemegang saham juga terbukti dengan konsistensi pembagian dividen yang menarik perhatian para investor.
Baru-baru ini, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) DSNG untuk buku tahun 2024 menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp 254 miliar, setara dengan Rp 24 per saham. Angka ini sedikit meningkat dibandingkan dividen buku tahun 2023 yang sebesar Rp 22 per saham. Padahal, pada tahun 2023, DSNG sempat mencatatkan penurunan laba bersih menjadi Rp 839,8 miliar dari Rp 1,21 triliun di tahun 2022.
Meski begitu, kinerja DSNG di tahun 2024 justru melesat. Perseroan berhasil membukukan kenaikan laba bersih signifikan sebesar Rp 1,1 triliun, melonjak 35,6% secara tahunan (YoY). Dengan capaian laba setinggi itu, Ahmad Iqbal Suyudi, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, menilai DSNG sebenarnya berpotensi membagikan dividen yang lebih tinggi. “Dengan indikasi nilai *payout* 28% berdasarkan rata-rata 3 tahun terakhir, DSNG bisa membagikan dividen sebesar Rp 30 per saham,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (5/6). Jika ekspektasi dividen Rp 30 per saham ini terwujud, maka *dividend yield* akan mencapai sekitar 3,79% berdasarkan harga penutupan perdagangan pada Kamis (5/6). Sementara itu, *dividend yield* riil dari dividen buku tahun 2024 adalah sebesar 3,03%.
Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe, menyoroti konsistensi DSNG dalam membagikan dividen. “Walaupun hanya naik sedikit, tetapi DSNG selalu konsisten membagikan dividen. Kalau mereka untung, mereka pasti bagi dividen. Arus kas dan utang perusahaan masih sehat,” tegas Kiswoyo.
Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham
Menyongsong tahun 2025, DSNG menargetkan pertumbuhan produksi tandan buah segar (TBS) dan *crude palm oil* (CPO) bisa mencapai 5%. Direktur DSNG, Jenti, mengakui adanya fluktuasi harga dan tantangan produksi lain. “Namun, dengan kondisi saat ini, optimisme pertumbuhan DSNG di tahun ini sebesar *single digit*,” paparnya dalam Paparan Publik RUPST Buku Tahun 2024 DSNG, Kamis (5/6).
Meskipun harga CPO global sempat menunjukkan penurunan (menurut Trading Economics, saat ini MYR 3.956 per ton, turun 10,98% sejak awal tahun 2025), Jenti tidak pesimis. Ia menjelaskan bahwa harga CPO saat ini justru lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini tercermin dari kinerja gemilang DSNG pada kuartal I 2025. Perseroan berhasil mencetak laba bersih Rp 367 miliar, tumbuh 60% secara tahunan (YoY). Peningkatan laba ini sejalan dengan kenaikan pendapatan DSNG sebesar 20% YoY, mencapai total pendapatan Rp 2,7 triliun.
Peningkatan laba dan pendapatan pada kuartal pertama juga didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata (*average selling price*/ASP) produk kelapa sawit. ASP CPO naik 27% menjadi Rp 14.909/kg, ASP *Palm Kernel Oil* (PKO) melonjak 108% menjadi Rp 27.349/kg, dan ASP *Palm Kernel* (PK) juga naik 101% menjadi Rp 10.814/kg. “Gap secara tahunan di kuartal I itu tampaknya besar. Tapi, mungkin tidak bisa untuk mempertahankan gap pertumbuhan itu sepanjang tahun,” tambah Jenti.
Kiswoyo Adi Joe menambahkan, prospek DSNG di tahun 2025 semakin menjanjikan berkat tingkat resiliensi yang tinggi di tengah fluktuasi harga CPO. Usia tanaman kelapa sawit perseroan juga masih berada di usia produktif, yakni sekitar 15-20 tahun. Ditambah lagi dengan cuaca yang diperkirakan baik menjelang tahun 2025, tren produksi seharusnya lebih baik dibandingkan tahun 2024. Mengingat semester II setiap tahunnya biasanya merupakan masa panen raya sawit, kondisi ini sangat menguntungkan bagi DSNG, terutama karena rata-rata pohon sawit di Indonesia usianya tua dan tidak terlalu produktif. Oleh karena itu, Kiswoyo merekomendasikan beli untuk saham DSNG dengan target harga di level Rp 1.000 per saham pada akhir tahun 2025.
Senada dengan Kiswoyo, Iqbal juga melihat prospek kinerja DSNG di sisa tahun 2025 berpotensi baik, didukung beberapa katalis positif. Contohnya adalah penurunan bea impor India dan implementasi kebijakan biodiesel B40. Namun, ada potensi tekanan dari kenaikan tarif royalti CPO Indonesia yang bisa sedikit menekan laba. “Tren penjualan bisa meningkat karena masa panen raya dan berdampak positif jika harga komoditas CPO global tetap terjaga,” papar Iqbal.
Iqbal menilai saham DSNG saat ini diperdagangkan dengan valuasi yang tergolong murah, berdasarkan rata-rata historis 3 tahun terakhir. Fundamental DSNG juga terbukti kuat dan menunjukkan akselerasi dalam setahun terakhir. Dengan *price to earnings ratio* (PER) sebesar 5,69x dan *price to book value ratio* (PBVR) sebesar 0,83%, Iqbal menegaskan, “Sehingga, DSNG masih menarik untuk dikoleksi.” Ia pun merekomendasikan beli untuk saham DSNG dengan target harga Rp 950 per saham.