Dolar AS Tertekan Keraguan soal Ekonomi AS

- Penulis

Senin, 3 Maret 2025 - 07:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM, JAKARTA – Ancaman tarif Presiden AS Donald Trump kembali mengangkat nilai dolar pekan lalu, tetapi tren ini tidak mengubah pandangan pesimistis para investor.

Kekhawatiran atas melambatnya ekonomi AS dan dampak negatif perang dagang membuat semakin banyak pihak mempertaruhkan pelemahan greenback.

Melansir Bloomberg, Senin (3/3/2025), Gelombang skeptisisme terhadap dolar terus membesar, dengan manajer aset seperti Invesco dan Columbia Threadneedle serta hedge fund Mount Lucas Management bergabung dalam barisan.

Baca Juga : Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Senin 3 Maret 2025

Di Wall Street, Morgan Stanley dan Societe Generale memperingatkan bahwa spekulasi kenaikan dolar AS kini menjadi terlalu padat, menciptakan risiko pembalikan arah yang tajam.

Para investor kini mengesampingkan volatilitas harian akibat kebijakan tarif dan melihat bahwa narasi tentang dolar semakin memburuk. Jika sebelumnya tarif impor diharapkan dapat memicu inflasi dan mempertahankan suku bunga tinggi, kini justru ada kekhawatiran bahwa ketidakpastian ini akan merusak ekonomi yang sudah menunjukkan tanda-tanda melemah.

Baca Juga :  Kenaikan Tarif Trump: Peringatan The Fed Soal Inflasi dan Konsumsi di AS

Baca Juga : : Efek Donald Trump, Bank Jumbo AS Hapus Target Nol Emisi

Ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pun meningkat, menurunkan daya tarik dolar di pasar global.

Narasi tentang “keunggulan ekonomi AS” yang mendorong penguatan dolar 7,1% pada kuartal lalu kini mulai pudar, seiring dengan semakin banyaknya investor yang menimbang dampak kebijakan domestik dan luar negeri Trump, termasuk pemangkasan anggaran federal dan perannya dalam mediasi konflik Rusia-Ukraina.

Baca Juga : : Trump Ungkap Wacana Cadangan Aset Kripto Strategis, Bitcoin Cs Panen Cuan

Kepala analis valas Societe Generale Kit Juckes mengatakan dirinya tidak yakin Trump bisa mendorong dolar lebih tinggi, karena harganya sudah terlalu mahal.

“Tapi apakah ia bisa menurunkannya? Tentu saja, jika kebijakan-kebijakannya merusak ekonomi AS,” jelasnya seperti dikutip Bloomberg.

Pekan lalu, risiko besar bagi para spekulan yang bertaruh melawan dolar kembali terlihat jelas. Mata uang AS melonjak pada Kamis setelah Trump mengumumkan tarif 25% untuk Meksiko dan Kanada mulai 4 Maret, serta tambahan pajak 10% untuk impor China.

Baca Juga :  Saham AS Terjun Bebas: Dampak Tarif Trump Terparah Sejak Pandemi

Kenaikan ini berlanjut pada Jumat, dipicu ketegangan antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang menyebabkan runtuhnya kesepakatan damai dengan Rusia. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa tarif akan memberikan pendapatan signifikan bagi negara.

Namun, kebijakan ini juga membuka peluang bagi penguatan mata uang regional Eropa. Euro menguat pada perdagangan Asia Senin pagi, seiring pertemuan para pemimpin Eropa yang membahas peningkatan anggaran pertahanan dan stabilisasi Ukraina.

Mata uang Eropa Timur seperti zloty Polandia dan leu Rumania ikut terdorong, didukung ekspektasi bahwa belanja pertahanan akan mengangkat pertumbuhan ekonomi kawasan.

Di dalam negeri, tanda-tanda perlambatan semakin nyata: penjualan rumah anjlok ke rekor terendah dan klaim pengangguran melonjak, sebagian akibat pemangkasan tenaga kerja di lembaga federal.

Berita Terkait

Bank DKI Bagi Dividen Rp249,31 Miliar & Siap IPO: Langkah Strategis Menuju Pasar Saham
Sektor Manufaktur China Terkontraksi Signifikan: Data April 2025 Mengkhawatirkan
IHSG Menguat 17,73 Poin, Sentuh 6.766,80: Emas Stabil, Minyak Mentah Melemah
Anjloknya Wall Street: Ekonomi AS Kontraksi di Kuartal Pertama 2025
DHL Investasi Rp37 Triliun Perkuat Logistik Kesehatan Indonesia
Coca-Cola Diboikot: Apa yang Terjadi di Denmark?
Bank DKI Bagi Dividen Jumbo dan Umumkan Rencana IPO
Laba Mayora Indah Melesat: Pendapatan MYOR Kuartal I 2025 Tembus Rp 9,85 Triliun!

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 01:36 WIB

Bank DKI Bagi Dividen Rp249,31 Miliar & Siap IPO: Langkah Strategis Menuju Pasar Saham

Kamis, 1 Mei 2025 - 01:11 WIB

IHSG Menguat 17,73 Poin, Sentuh 6.766,80: Emas Stabil, Minyak Mentah Melemah

Rabu, 30 April 2025 - 23:47 WIB

Anjloknya Wall Street: Ekonomi AS Kontraksi di Kuartal Pertama 2025

Rabu, 30 April 2025 - 23:35 WIB

DHL Investasi Rp37 Triliun Perkuat Logistik Kesehatan Indonesia

Rabu, 30 April 2025 - 23:23 WIB

Coca-Cola Diboikot: Apa yang Terjadi di Denmark?

Berita Terbaru

technology

iPhone 17 Pro: Rumor Hilangnya Layar Anti-Reflektif, Benarkah?

Kamis, 1 Mei 2025 - 02:31 WIB

Family And Relationships

Lisa Mariana Bangkit: Endorse Potong Lambung Setelah Dihina?

Kamis, 1 Mei 2025 - 01:59 WIB