Dolar AS Ditinggalkan? Bank Sentral Cari Safe Haven Baru!

Avatar photo

- Penulis

Senin, 30 Juni 2025 - 15:11 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pamor dolar Amerika Serikat (AS) kini semakin memudar, tak lagi kokoh sebagai aset safe haven di tengah gejolak ketegangan geopolitik global dan serangkaian kebijakan kontroversial dari Negeri Paman Sam. Keraguan kian mencuat setelah sejumlah bank sentral dunia mulai secara bertahap mengurangi porsi greenback dalam cadangan devisa mereka.

Data Bloomberg pada Senin (30/6) pukul 14.20 WIB menunjukkan indeks dolar AS (DXY) berada di level 97,08. Angka ini mencerminkan penurunan harian sebesar 0,32% dan anjlok signifikan hingga 10,39% secara year to date (ytd). Pelemahan ini menjadikan dolar AS sebagai mata uang utama yang paling tertekan sejak awal tahun. Kondisi ini menjadi semakin menarik, bahkan kontradiktif, mengingat DXY justru cenderung menurun saat ketegangan global memanas. Ini berlawanan dengan karakteristik safe haven yang seharusnya melekat pada dolar AS.

Sebagai contoh, pada bulan April lalu, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru, DXY sempat tergelincir hingga di bawah level 100 basis poin (bp). Indeks ini sempat pulih ke level 100 bp pada pertengahan Mei, menyusul penundaan implementasi kebijakan tarif Trump terhadap sejumlah negara yang menciptakan iklim global lebih kondusif.

Namun, memasuki bulan Juni, DXY kembali melemah di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Setelah serangan perdana Israel ke Iran pada 13 Juni 2025, DXY mencapai titik terendah sejak awal tahun di level 97. Meskipun sempat menunjukkan pemulihan perlahan, nilainya segera kembali merosot ketika AS turut terlibat dalam konflik Iran-Israel. Hingga saat ini, meskipun wacana gencatan senjata telah digaungkan, tensi di antara kedua negara belum sepenuhnya mereda. Iran masih menyuarakan keraguannya terhadap komitmen Israel untuk mematuhi gencatan senjata. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, nilai greenback masih bergerak fluktuatif di kisaran level 97.

Baca Juga :  Awas Hoaks! Cek Subsidi Upah 2025, Jangan Sampai Tertipu!

Menanggapi fenomena ini, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa sentimen pasar terhadap dolar AS saat ini memang cenderung negatif. “Para investor merasa khawatir akan kebijakan dan tindakan kontroversial yang diambil oleh Presiden Trump,” ujar Lukman kepada Kontan, Kamis (26/6).

Di bawah pemerintahan Trump, Lukman menilai bahwa secara fundamental, dolar AS akan terus dibayangi oleh ketidakpastian. Ia memprediksi, jika tidak ada perbaikan signifikan dalam tiga tahun sisa kepemimpinan Trump, volatilitas ekonomi AS dan global akan senantiasa menjadi tekanan bagi nilai dolar AS. Menurut Lukman, sentimen paling utama yang mempengaruhi pelemahan ini adalah kebijakan Trump, khususnya terkait tarif. Selain itu, sentimen umum yang mendorong pergeseran ini adalah fenomena dedolarisasi dan upaya diversifikasi cadangan devisa (cadev) ke aset-aset lain.

Fenomena ini selaras dengan hasil survei Official Monetary and Financial Institutions Forum (OMFIF) yang melibatkan 75 bank sentral di seluruh dunia. Survei tersebut menunjukkan adanya peningkatan minat diversifikasi cadangan devisa, seiring dengan mulai goyahnya fundamental ekonomi global yang selama ini didukung oleh globalisasi dan dominasi dolar AS.

Baca Juga :  SRAJ Absen Dividen Tahun Ini, Investor Gigit Jari?

Laporan OMFIF pada 24 Juni 2025 menyatakan, “Proteksionisme, ketegangan geopolitik, dan kebijakan yang tidak stabil mulai masif terjadi. Dalam kondisi ini, 60% bank sentral yang disurvei berupaya untuk mendiversifikasi portofolionya dalam dua tahun ke depan.”

Secara bertahap, para manajer cadangan devisa yang menjadi responden survei ini berencana mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar AS dan beralih ke mata uang lainnya. Bahkan, persentase dolar AS dalam portofolio cadangan devisa yang disurvei telah menurun signifikan menjadi 5%, dari sebelumnya 18% pada tahun 2024.

Tren serupa juga terlihat dari data International Monetary Fund (IMF), yang menunjukkan proporsi cadangan devisa dolar AS secara global terus menurun, mencapai 57,80% pada tahun 2024, dibandingkan dengan 65,36% pada tahun 2016. Lukman Leong menilai bahwa penurunan ini merupakan salah satu indikasi jelas memudarnya ketahanan dolar AS. “Secara umum, persentase cadangan devisa dolar AS kerap dijadikan tolok ukur statusnya sebagai safe haven. Namun, saat ini diversifikasi dari dolar AS justru semakin intensif dilakukan,” pungkas Lukman.

Berdasarkan proyeksi Lukman Leong, hingga akhir tahun ini ketahanan dolar AS masih akan sangat bergantung pada arah kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Trump. Jika tidak ada perkembangan positif, terutama terkait kebijakan tarif, DXY berpotensi menyentuh level 90-92 basis poin.

Berita Terkait

BSU 2025: Rp600 Ribu Cair! Cek Syarat, Jadwal, dan Caranya
Saham Libur! BEI Tutup Hari Ini, Cuti Bersama Proklamasi
Dasco Usul: Tantiem Pejabat BUMN Dihapus, Hemat Negara Rp 18 Triliun!
Rubicon untuk Izin Hutan? Dirut Inhutani V Diduga Minta Gratifikasi
Setoran Haram Haji Khusus: KPK Ungkap Kongkalikong Pengusaha & Kemenag
PBB Naik Bikin Gaduh? Ini Daftar Daerah yang Bergejolak!
BSI Buka Blokir Rekening Yayasan Cholil Nafis, Ketua MUI
UMK 2026: Buruh Desak Kenaikan 10,5 Persen!

Berita Terkait

Kamis, 21 Agustus 2025 - 10:58 WIB

BSU 2025: Rp600 Ribu Cair! Cek Syarat, Jadwal, dan Caranya

Senin, 18 Agustus 2025 - 10:30 WIB

Saham Libur! BEI Tutup Hari Ini, Cuti Bersama Proklamasi

Jumat, 15 Agustus 2025 - 20:12 WIB

Dasco Usul: Tantiem Pejabat BUMN Dihapus, Hemat Negara Rp 18 Triliun!

Jumat, 15 Agustus 2025 - 02:22 WIB

Rubicon untuk Izin Hutan? Dirut Inhutani V Diduga Minta Gratifikasi

Kamis, 14 Agustus 2025 - 22:38 WIB

Setoran Haram Haji Khusus: KPK Ungkap Kongkalikong Pengusaha & Kemenag

Berita Terbaru

Uncategorized

Gempa Bekasi M 4.9: Karawang Waspada? Kondisi Terkini dan Analisis

Jumat, 22 Agu 2025 - 04:42 WIB

Uncategorized

Bagnaia Ogah Jadi Bayangan Marquez? Pilih Jalur Sendiri!

Jumat, 22 Agu 2025 - 03:18 WIB