Ragamutama.com – Unjuk rasa besar-besaran yang melibatkan berbagai elemen masyarakat di Pati, Jawa Tengah, pada Rabu (13/8/2025) berakhir ricuh. Aksi demonstrasi ini berpusat di depan Kantor Bupati Pati, Jalan Tombronegoro, Kaborongan, Kecamatan Pati.
Massa menuntut keras agar Bupati Pati Sudewo segera mundur dari jabatannya. Ketidakpuasan publik terhadap kepemimpinan Sudewo mencuat, terutama dipicu oleh kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250 persen yang dinilai memberatkan warga. Selain itu, sikap arogan Bupati Sudewo yang secara langsung mendatangi warga dan menyatakan tidak gentar terhadap massa demo, turut memperkeruh suasana dan memicu kekecewaan yang mendalam.
Menanggapi tuntutan mundur tersebut, Bupati Sudewo, yang baru dilantik pada 18 Juli 2025 atau belum genap sebulan menjabat, menolak tegas. Ia berpegang pada legitimasi pemilihannya secara konstitusional dan dan demokratis sebagai alasannya. “Saya kan dipilih rakyat secara konstitusional dan secara demokratis, jadi tidak bisa saya harus berhenti dengan tuntutan seperti itu. Semua ada mekanisme,” ujar Sudewo, dikutip dari Kompas.com, Rabu.
Jumlah korban demo Pati 13 Agustus 2025
Awalnya, demonstrasi di Pati ini direncanakan berlangsung damai, dengan dukungan logistik dari berbagai kalangan masyarakat. Namun, situasi berubah tegang dan ricuh ketika Bupati Sudewo tak kunjung menemui massa. Kekecewaan massa memuncak, diiringi pemutaran lagu “Surat Buat Wakil Rakyat” karya Iwan Fals melalui pengeras suara, serta pelemparan botol-botol air mineral ke arah Kantor Pemkab Pati. Bahkan, anggota kepolisian yang berjaga di balik gerbang Pendapa Pati pun tak luput dari sasaran.
Meski orator terus menyerukan agar demonstran tidak bertindak anarkis, teriakan tersebut tidak dihiraukan. Aparat kepolisian kemudian berusaha memukul mundur massa menggunakan semprotan air dari water cannon. Namun, upaya ini justru memperparah situasi, menyebabkan kericuhan semakin tak terkendali. Polisi akhirnya terpaksa melepaskan gas air mata ke arah kerumunan, memicu kepanikan dan teriakan histeris dari para pendemo.
Akibat paparan gas air mata, banyak pendemo mengalami gejala perih di mata, sesak napas, dan sensasi panas di wajah. Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, Lucky Pratugas Nasrimo, mengonfirmasi bahwa sebanyak 64 orang menjadi korban luka-luka dalam insiden tersebut. Puluhan korban ini segera dilarikan dan mendapatkan perawatan di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk RSUD RAA Soewondo, Klinik Marga Husada, Klinik Pratama PMI, dan RS Keluarga Sehat.
Rincian jumlah korban yang dirawat adalah sebagai berikut:
- 40 orang di RSUD RAA Soewondo
- 4 orang di Klinik Marga Husada
- 1 orang di Klinik Pratama PMI
- 7 orang di RS Keluarga Sehat
- 12 orang menerima perawatan di lokasi.
“Dari total tersebut, enam orang harus menjalani perawatan inap, sementara sisanya dirawat jalan,” terang Lucky, dilansir dari Kompas.com, Rabu.
Tidak ada korban jiwa
Menanggapi desas-desus yang beredar mengenai adanya korban meninggal dunia dalam aksi unjuk rasa di Pati, Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol. Artanto segera memberikan klarifikasi. Setelah melakukan penelusuran menyeluruh ke sejumlah rumah sakit dan fasilitas kesehatan, Artanto memastikan bahwa tidak ditemukan adanya laporan korban jiwa. “Hasilnya tidak ada laporan korban meninggal dunia,” tegasnya, dikutip dari Antara.
Mayoritas korban yang menjalani perawatan di fasilitas kesehatan dilaporkan mengalami sesak napas akibat menghirup gas air mata. Sebagian besar dari mereka telah diizinkan pulang setelah mendapatkan penanganan medis yang memadai.
7 korban dirawat di RSUD Soewondo Pati
Selain masyarakat, Kombes Pol. Artanto juga mengungkapkan bahwa tujuh anggota kepolisian turut menjadi korban luka dalam kericuhan unjuk rasa di Pati. “Ada sekitar tujuh polisi, kemungkinan juga bisa bertambah,” tambahnya.
Data dari tim medis RSUD RAA Soewondo Pati lebih lanjut merinci, lima warga sipil dan dua anggota Polri dirawat di rumah sakit tersebut. Kabid Dokkes Polda Jateng, Kombes Pol drg. Agustinus, menjelaskan bahwa kelima warga sipil tersebut seluruhnya mengalami sesak napas akibat efek gas air mata. “Kelima pasien dari masyarakat saat ini dalam kondisi sadar dan menunjukkan tanda-tanda perbaikan kesehatan setelah mendapat perawatan di rumah sakit,” ungkap Agustinus, dikutip dari Kompas.com, Kamis (14/8/2025).
Sementara itu, kedua anggota Polri yang terluka menderita cedera fisik akibat lemparan batu dan benda tumpul. Salah satu korban dari pihak kepolisian adalah Kapolsek Pati Kota Heru Purnomo, yang mengalami luka bocor di bagian kepala akibat lemparan batu. Ia masih menjalani rawat inap, dalam kondisi sadar meskipun mengeluh pusing. Korban polisi lainnya, Galih Dega Pramudya, menderita luka robek di paha kanan dan kini masih dalam observasi di IGD.
(Sumber: RAGAMUTAMA.COM/Muhammad Zaenuddin, Puthut Dwi Putranto Nugroho | Editor: Gloria Setyvani Putri, Krisiand)