Proyeksi IHSG Menguat: Sentimen Kebijakan Dagang Trump dan Data Ekonomi Global Jadi Sorotan
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan berpotensi bergerak menguat pada perdagangan Jumat (13/06). Sentimen pasar saat ini masih sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Menurut Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas, IHSG berpeluang melanjutkan kenaikannya selama mampu bertahan kuat di level *support* 7.200. Pernyataan ini disampaikan Fanny di Jakarta, Jumat, menggambarkan optimisme pasar terhadap pergerakan indeks di tengah dinamika global.
Ketidakpastian yang membayangi pelaku pasar berakar pada pernyataan Presiden Trump yang mengisyaratkan kesediaannya untuk memperpanjang tenggat waktu negosiasi tarif dengan negara mitra dagang hingga 8 Juli. Meskipun demikian, Trump juga menilai perpanjangan tersebut kemungkinan tidak diperlukan. Ia mengklaim AS telah membuat kesepakatan besar dengan China dan tengah bernegosiasi dengan Jepang, Korea Selatan, serta beberapa negara lain. Trump melanjutkan, surat resmi terkait hal ini akan dikirimkan ke negara-negara mitra dagang dalam satu hingga dua pekan ke depan. Tak hanya itu, Trump juga secara tersirat menyebutkan bahwa tarif atas impor China bisa mencapai 55 persen, yang kemudian dikonfirmasi oleh Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick.
Di tengah dinamika kebijakan dagang tersebut, perhatian pasar juga tertuju pada insiden yang menimpa saham Boeing, yang anjlok hampir 5 persen. Penurunan signifikan ini terjadi menyusul kecelakaan pesawat Dreamliner 787 milik Air India yang membawa 242 penumpang, menambah daftar sentimen negatif bagi sektor aviasi global.
Pada perdagangan Kamis (12/6), kinerja bursa saham global menunjukkan pola yang beragam. Mayoritas indeks di Eropa bergerak melemah, dengan Euro Stoxx 50 turun 0,365 persen, indeks DAX Jerman terkoreksi 0,74 persen, dan indeks CAC Prancis melemah 0,14 persen. Hanya indeks FTSE 100 Inggris yang mampu menguat tipis 0,23 persen. Berbanding terbalik dengan Eropa, bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street justru kompak menguat. Indeks S&P naik 0,38 persen dan ditutup di level 6.045,26, Nasdaq Composite menguat 0,24 persen mengakhiri perdagangan di 19.662,48, sedangkan Dow Jones Industrial Average menanjak 101,85 poin atau 0,24 persen menetap di 42.967,6.
Selain itu, kalender ekonomi global juga akan diramaikan dengan rilis data penting yang patut diantisipasi investor. Dari kawasan Eropa, Inggris akan merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) bulan April 2025 yang diperkirakan minus 0,1 persen secara bulanan (*month to month/mtm*) dari sebelumnya 0,2 persen (*mtm*) di Maret 2025. Sementara itu, dari Asia, pasar mengantisipasi rilis data Produksi Industri Jepang bulan April 2025, yang diperkirakan turun menjadi 0,7 persen secara tahunan (*year on year/yoy*) dari 1 persen (*yoy*) di Maret 2025. Di pasar domestik, perhatian tertuju pada rilis data Penjualan Ritel bulan April 2025. Data ini diperkirakan tumbuh 2,1 persen (*yoy*), lebih rendah dari realisasi pertumbuhan 5,5 persen (*yoy*) di Maret 2025, seiring dengan normalisasi aktivitas pasca periode Ramadan dan Lebaran.