Jakarta – Peringkat daya saing Indonesia dalam World Competitiveness Ranking 2025 mencatat penurunan signifikan, anjlok 13 posisi hanya dalam setahun. Meskipun demikian, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tetap menunjukkan optimisme, menyatakan bahwa daya saing nasional “cukup terkelola dengan baik.”
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, menegaskan pandangan tersebut saat bertemu dengan wartawan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada Rabu, 18 Juni 2025. Penilaian Kemenkeu ini muncul sebagai respons atas laporan World Competitiveness Ranking 2025 yang dirilis oleh International Institute for Management Development World Competitive Center (IMD WCC).
Dalam laporan IMD WCC tersebut, daya saing Indonesia tergelincir ke peringkat 40 dari 69 negara, setelah sebelumnya menempati posisi ke-27 pada tahun 2024. Menanggapi data ini, Febrio menjelaskan bahwa kondisi daya saing suatu negara seringkali bergantung pada metodologi lembaga yang melakukan penghitungan. “Kita melihat bagaimana *capital inflow* terjadi sebagai salah satu indikator daya saing,” ujarnya, merujuk pada aliran modal yang masuk sebagai cerminan daya tarik ekonomi.
Kementerian Keuangan sendiri secara aktif menangani berbagai persoalan yang dikemukakan oleh para pengusaha, yang umumnya berkaitan dengan perizinan, rantai pasok, dan ketersediaan infrastruktur. “Itu terus akan kita atasi,” tegas Febrio, menunjukkan komitmen pemerintah dalam menciptakan iklim bisnis yang lebih kondusif.
Lebih lanjut, Febrio menuturkan bahwa Kemenkeu akan terus menggenjot investasi sebagai salah satu pilar utama penopang pertumbuhan ekonomi. Salah satu langkah konkretnya adalah melalui belanja pemerintah. “Meskipun konsumsi menyumbang lebih dari 50 persen dari agregat permintaan, investasi juga memegang peran signifikan, sekitar 30 persen dari PDB kita,” jelas Febrio. Ia menambahkan bahwa investasi memiliki *multiplier effect* yang substansial, “menunjukkan tambahan dari barang modal Indonesia untuk memproduksi barang dan jasa.”
Dalam upaya mendorong peluang investasi, Febrio memastikan pemerintah akan mengadopsi pendekatan baru, salah satunya melalui program Danantara. “Kami harapkan sinergi untuk menciptakan peluang-peluang investasi itu akan semakin besar,” harapnya.
Penurunan peringkat daya saing Indonesia dalam World Competitiveness Ranking kali ini merupakan yang pertama sejak tahun 2022. Sebelumnya, pada tahun 2022, Indonesia turun ke peringkat 44 dari posisi 37 di tahun 2021. Namun, pada tahun 2023, Indonesia berhasil bangkit ke peringkat 34, dan mencapai posisi 27 pada tahun 2024.
IMD WCC mengukur daya saing setiap negara berdasarkan empat aspek utama: performa ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur. Sayangnya, peringkat Indonesia mengalami penurunan di tiga aspek penting, yaitu efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur. Dalam efisiensi pemerintah, Indonesia kini menempati peringkat 34, turun 11 peringkat dari tahun sebelumnya. Kemudian, dalam efisiensi bisnis, Indonesia merosot 12 peringkat ke posisi 26. Adapun untuk infrastruktur, Indonesia menurun lima peringkat dan kini berada di posisi 57.
Fenomena penurunan peringkat ini tidak hanya dialami oleh Indonesia. Beberapa negara di kawasan Asia Pasifik juga menghadapi kemunduran serupa. “Wilayah Asia Selatan dan Pasifik mengalami kemunduran yang pertama sejak 2022,” demikian laporan WCC. Thailand dan Australia, misalnya, sama-sama turun lima peringkat. Kendati demikian, Malaysia menjadi pengecualian yang berhasil mencatat peningkatan signifikan, naik 11 peringkat ke posisi 23.
Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LMFEB UI), yang merupakan salah satu mitra WCC, memberikan beberapa rekomendasi strategis bagi Indonesia. “Indonesia perlu mengembangkan tenaga kerja produktif yang mampu meningkatkan daya saing secara global,” tulis LMFEB UI. Selain itu, Indonesia juga dinilai perlu mengintegrasikan peta strategis dari hulu hingga hilir, serta menaati permintaan global terkait etika bisnis yang berkelanjutan.
Anastasya Lavenia Y berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Skema Penyelamatan BUMN Karya lewat Danantara