Ragamutama.com – Dua perusahaan semikonduktor raksasa asal Amerika Serikat, Nvidia dan Advanced Micro Devices (AMD), akhirnya mendapat lampu hijau dari pemerintahan Presiden Donald Trump, untuk kembali menjual chip kecerdasan buatan (AI) ke China.
Persetujuan ini menjadi angin segar di tengah ketegangan dagang AS-China dan ketatnya regulasi ekspor chip yang telah membatasi penjualan perusahaan semikonduktor AS ke pasar Tiongkok.
Langkah ini diumumkan oleh CEO Nvidia, Jensen Huang, dalam kunjungannya ke Beijing awal pekan ini.
“Hari ini, saya umumkan bahwa pemerintah AS telah menyetujui permohonan lisensi kami untuk mulai mengirimkan chip H20 kembali ke China,” kata Huang dalam wawancara dengan media asal Beijing.
Chip H20 adalah salah satu produk pengolah grafis (GPU) Nvidia yang dirancang khusus untuk pengembangan sistem AI, tapi dengan performa yang telah disesuaikan agar lolos dari pembatasan ekspor AS.
Chip Nvidia H20 telah dimodifikasi agar tidak terlalu canggih demi memenuhi aturan ekspor, performanya disebut masih jauh lebih unggul dibanding chip buatan lokal China.
Chip H20 ini dirancang khusus untuk proses inference, yakni bagian penting dari cara kerja model AI seperti chatbot DeepSeek buatan China, serta berbagai agen AI lain seperti yang dikembangkan Meta dan OpenAI.
Inferensiasi (dari kata dasar inference dalam bahasa Inggris) adalah proses ketika model AI yang sudah dilatih digunakan untuk menghasilkan prediksi atau jawaban berdasarkan data baru yang diberikan. Chip ini populer di perusahaan AI.
Ini terlihat dari permintaan terhadap chip H20 melonjak tajam sejak awal tahun ini, seiring meningkatnya kebutuhan startup China seperti DeepSeek yang mengembangkan model AI murah meriah.
Sebelumnya, chip-chip AI paling canggih dari Nvidia juga dilarang dijual ke China karena dianggap terlalu berisiko digunakan untuk keperluan militer. Chip H20 pun demikian.
Namun kini, berkat perubahan kebijakan di bawah Trump, Nvidia kembali diizinkan mengekspor chip tersebut.
Huang mengatakan, separuh peneliti AI dunia berasal dari China dan menyebut negara itu sebagai pasar yang “sangat inovatif dan dinamis”.
Ia menambahkan, “Sangat penting bagi perusahaan Amerika untuk bisa bersaing dan melayani pasar di sini (China)”.
AMD juga dapat restu
Langkah serupa juga diambil oleh AMD. Perusahaan semikonduktor pesaing Nvidia ini mengonfirmasi bahwa mereka akan segera melanjutkan pengiriman chip AI MI308 ke China.
Dalam pernyataan resminya, AMD menyebut bahwa Departemen Perdagangan AS mulai memproses kembali aplikasi lisensi ekspor mereka.
“Kami menyambut baik kemajuan yang dicapai pemerintahan Trump dalam negosiasi dagang, serta komitmennya terhadap kepemimpinan AI AS,” kata juru bicara AMD, dikutip CNBC.
Chip H20 milik Nvidia dan MI308 milik AMD sebelumnya dikembangkan khusus agar sesuai dengan batasan ekspor AS yang melarang pengiriman chip berkinerja tinggi ke China.
Namun, larangan itu sempat diperketat pada April 2025, dengan alasan keamanan nasional.
Nvidia saat itu memperkirakan larangan tersebut bisa menyebabkan kerugian hingga 5,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 90 triliun). Sementara AMD memprediksi kerugian hingga 800 juta dollar AS (sekitar Rp 13 triliun).
Para eksekutif dari kedua perusahaan kemudian melobi pemerintah agar larangan tersebut dicabut, dengan alasan bahwa pembatasan ekspor justru akan menguntungkan produsen chip lokal China seperti Huawei, serta mendorong negara lain meninggalkan teknologi buatan AS.
Upaya itu akhirnya membuahkan hasil. Menurut penasihat kebijakan AI dan Kripto Gedung Putih, David Sacks, mengizinkan Nvidia menjual kembali chip H20 ke China akan membantu AS tetap kompetitif secara global.
Sementara Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan bahwa pelonggaran ekspor chip AI Nvidia ke China adalah bagian dari kesepakatan dagang, di mana China setuju mengekspor magnet tanah jarang ke AS, sedangkan AS mencabut sebagian larangan ekspor chip AI ke China.
Sementara itu, baik Nvidia maupun AMD tetap harus menunggu proses final lisensi sebelum benar-benar bisa mengirimkan chip-chip mereka ke pelanggan di China. Namun dengan restu dari Gedung Putih, pengiriman diyakini bisa dimulai dalam waktu dekat.
Langkah ini tak hanya mengakhiri ketidakpastian selama beberapa bulan terakhir, tapi juga menunjukkan pentingnya pasar China dalam peta persaingan global AI, sebagaimana dihimpun RAGAMUTAMA.COM dari APNews, Rabu (16/7/2025).