Meskipun Bank Indonesia (BI) telah dua kali memangkas suku bunga acuannya pada tahun 2025 ini, pasar perbankan menunjukkan dinamika yang menarik. Suku bunga kredit baru perbankan, yang merupakan tingkat harga yang ditetapkan kreditur atas fasilitas pinjaman anyar, justru belum menunjukkan tanda-tanda penurunan yang signifikan.
Fakta menarik terungkap, di mana kenaikan suku bunga kredit baru ini hampir merata di seluruh kelompok bank. Data terbaru dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kelompok Bank Umum Milik Negara (BUMN) mengalami kenaikan sebesar 36 basis poin (bps) menjadi 8,81%. Sementara itu, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) tercatat naik 26 bps mencapai 10,61%, dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) juga naik 12 bps menjadi 9,97%. Hanya Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) yang menjadi pengecualian, justru mencatatkan penurunan signifikan sebesar 138 bps secara bulanan, menempatkan suku bunga kredit barunya di level 7,21%.
Menanggapi dinamika pasar ini, Bank Indonesia (BI) menginterpretasikan bahwa langkah perbankan tersebut merupakan upaya strategis untuk mempertahankan daya saing mereka di tengah ketatnya persaingan pasar kredit. Fokus utama terlihat pada segmen kredit modal kerja dan kredit konsumsi, yang menunjukkan pentingnya menjaga pangsa pasar di sektor-sektor tersebut.
Di sisi lain, dari aspek penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dalam rupiah, tampak adanya meredanya persaingan antarbank. Hal ini tercermin dari kenaikan suku bunga DPK yang relatif terbatas, hanya 2 basis poin (bps) secara bulanan pada Mei 2025, mencapai level 3,14%.
Melangkah ke depan, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan bahwa tren penurunan suku bunga dana dan suku bunga kredit akan berlanjut. Proyeksi ini didasarkan pada ekspektasi penurunan suku bunga global, serta efek tunda (lag effect) dari kebijakan pemangkasan suku bunga acuan BI yang telah dilakukan pada Januari dan Mei 2025.