Mengukuhkan dominasinya di arena oktagon, Khamzat Chimaev kini resmi menyandang gelar juara kelas menengah UFC setelah penampilan tak terbantahkan melawan Dricus du Plessis. Ajang akbar UFC 319 di United Center, Chicago, Illinois, Amerika Serikat, pada Sabtu (16/8/2025) atau Minggu siang WIB, menjadi saksi bisu kebangkitan sang petarung berjuluk ‘Borz’ ini.
Dalam pertarungan sengit yang berlangsung lima ronde penuh, Khamzat Chimaev berhasil dinobatkan sebagai juara baru kelas middleweight UFC berkat kemenangan mutlak dari para juri. Sejak awal, petarung asal Rusia tersebut menunjukkan dominasinya, terutama dengan keunggulan teknik grappling yang luar biasa, membuat Dricus du Plessis kesulitan untuk mengembangkan strateginya.
Ketiga juri secara kompak memberikan skor 50-44 untuk Chimaev, sebuah cerminan nyata dari kontrol penuhnya di sepanjang duel. Lebih dari itu, Chimaev juga memecahkan rekor UFC untuk jumlah pukulan terbanyak dalam satu laga dengan 529 serangan bersih yang berhasil mendarat. Angka fantastis ini jauh melampaui raihan Du Plessis yang hanya mampu mendaratkan 45 serangan. Sebagai perbandingan, rekor sebelumnya dipegang oleh Max Holloway yang mencatatkan 447 strike saat menumbangkan Calvin Kattar pada tahun 2021.
Kemenangan gemilang atas Dricus du Plessis ini semakin mengukuhkan catatan impresif Chimaev di dunia MMA (Mixed Martial Arts) menjadi 15-0-0. Khusus di ajang UFC, rekornya kini adalah 9-0-0, menegaskan statusnya sebagai petarung yang tak terkalahkan hingga saat ini.
Usai pertarungan yang mendebarkan, Chimaev mengungkapkan kegembiraannya. “Saya senang, selalu demikian,” ujarnya dilansir dari ESPN. “Saya tidak pernah punya rencana, hanya masuk ke oktagon dan bekerja seperti di gym.” Ia juga tak lupa menaruh respek besar kepada Dricus du Plessis, yang sebelum ini mencatat sembilan kemenangan beruntun di UFC. “Dia kuat. Saya tidak bisa menyelesaikannya. Saya menghormati dia. Dia satu-satunya juara yang mau menyebut nama saya. Dia punya hati besar,” tambah Chimaev.
Di sisi lain, Dricus du Plessis secara sportif mengakui keunggulan Chimaev. Pada ronde terakhir, Du Plessis sempat mengintip peluang kemenangan dengan melancarkan teknik guillotine choke yang sekilas tampak menjanjikan. Namun, Chimaev dengan tenang berhasil melepaskan diri dari kuncian tersebut dan menutup pertarungan dari posisi atas, mempertahankan kendali penuh.
“Pria ini punya kontrol luar biasa di atas,” kata Du Plessis. “Ini bukan soal kekuatan, bukan soal fisik, seolah dia sudah tahu apa langkah berikut saya. Saya hampir bisa merasakan kemenangan itu (dengan guillotine), tapi dia mengalahkan saya dengan adil.” Dengan besar hati, Du Plessis menambahkan, “Dia memang yang lebih baik malam ini. Saya akan kembali merebut sabuk saya, tapi untuk saat ini, itu miliknya. Dia pantas mendapatkannya.”