“`html
Ragamutama.com JAKARTA. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), bersama dengan mitra strategisnya, Glencore, terus menunjukkan komitmennya dalam pengembangan bisnis setelah berhasil mengakuisisi saham Shell Singapore Pte Ltd di Shell Energy and Chemicals Park (SECP). Saat ini, fokus utama TPIA adalah memperkuat dan mengembangkan SECP, yang kini dikenal dengan nama Aster Energy and Chemicals Park.
Langkah signifikan terbaru, Aster, sebagai entitas perusahaan patungan antara TPIA dan Glencore, telah menandatangani perjanjian kerjasama strategis di sektor energi dan utilitas dengan Sembcorp Industries.
Dalam kerjasama yang inovatif ini, Sembcorp akan menyediakan serangkaian solusi komprehensif yang mencakup pasokan gas, listrik, dan layanan utilitas untuk mendukung operasional Aster. Aster sendiri mengelola kompleks penyulingan dan petrokimia terintegrasi yang berlokasi strategis di Pulau Bukom dan Pulau Jurong, Singapura. Kemitraan strategis ini memiliki nilai kontrak yang mengesankan, mencapai lebih dari SGD 650 juta, atau setara dengan sekitar Rp 8,27 triliun (dengan asumsi kurs Rp 12.735).
Selain perjanjian komersial yang substansial ini, Sembcorp dan Aster juga telah menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) yang berlaku selama enam bulan. Tujuan MoU ini adalah untuk bersama-sama mengeksplorasi berbagai inisiatif strategis yang potensial di seluruh wilayah Singapura, Indonesia, dan Asia Tenggara secara keseluruhan.
Perusahaan Patungan Chandra Asri (TPIA) dan Glencore Teken Kerja Sama dengan Sembcorp
CEO Grup Aster, Erwin Ciputra, menyampaikan bahwa kemitraan antara Aster dan Sembcorp, sebagai penyedia energi terkemuka di Singapura, menggabungkan kekuatan dua organisasi besar untuk membentuk masa depan yang lebih baik dalam pengelolaan energi dan pelestarian lingkungan di tingkat regional.
“Aster memiliki visi untuk menumbuhkan masa depan yang berkelanjutan melalui inovasi tanpa henti dan pemanfaatan peluang baru yang saling menguntungkan bagi industri, bisnis, dan masyarakat luas di seluruh Asia,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang dipublikasikan di situs web Aster, Kamis (15/5).
Beberapa hari sebelumnya, Aster juga mengumumkan keberhasilan mencapai kesepakatan untuk mengakuisisi Chevron Phillips Singapore Chemicals Pte Ltd (CPSC) melalui afiliasinya, Chandra Asri Capital Pte Ltd. CPSC sendiri merupakan perusahaan patungan yang melibatkan Chevron Phillips Chemical, EDB Investments Pte Ltd, dan Sumitomo Chemical Company, Ltd.
Perusahaan ini mengoperasikan fasilitas manufaktur polietilena berdensitas tinggi (HDPE) yang canggih di Pulau Jurong, Singapura, dengan kapasitas produksi tahunan yang signifikan, mencapai 400 kiloton.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menjelaskan bahwa langkah strategis TPIA bersama Glencore untuk menjalin kerjasama dengan Sembcorp dan mengakuisisi CPSC merupakan bagian integral dari strategi besar mereka untuk memantapkan posisi Aster sebagai produsen petrokimia terkemuka di kawasan regional Asia Tenggara. Menurutnya, jika aset Aster terus mengalami pertumbuhan, pada akhirnya TPIA akan mendapatkan manfaat positif dari sisi kinerja dalam jangka panjang.
“Setelah berhasil mengakuisisi aset Shell, TPIA menunjukkan konsistensi dalam upaya memperbesar skala operasionalnya, memperluas portofolio produk yang ditawarkan, dan meningkatkan efisiensi rantai pasok secara keseluruhan, terutama untuk melayani pasar Asia Tenggara yang masih menunjukkan prospek pertumbuhan yang menjanjikan dalam jangka panjang,” jelas Ekky kepada KONTAN, Kamis (15/5).
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menambahkan bahwa kerjasama antara Aster dan Sembcorp kemungkinan besar bertujuan untuk mendukung operasional perusahaan setelah proses akuisisi terhadap CPSC selesai.
Chandra Asri Bangun Ekosistem SDM Petrokimia dari Hulu ke Hilir
“TPIA tampaknya sangat berambisi untuk memperkuat posisi Aster di pasar,” imbuhnya pada hari Kamis (15/5).
Ekspansi yang dilakukan oleh TPIA dengan memperkuat bisnis Aster juga mencerminkan keyakinan mereka terhadap prospek cerah industri petrokimia dalam beberapa tahun mendatang.
Di sisi lain, TPIA perlu tetap waspada terhadap potensi tekanan harga, fluktuasi harga bahan baku, dan tingkat kompetisi yang tinggi. Terlebih lagi, harga bahan baku petrokimia sangat erat kaitannya dengan dinamika harga komoditas minyak mentah global.
Ekky merekomendasikan strategi hold atau buy on weakness untuk saham TPIA. Menurutnya, saham TPIA sebaiknya dipertahankan (Hold) jika harganya kembali terkoreksi ke area Rp 8.000 per saham. Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk menerapkan strategi wait and see, mengingat harga saham TPIA telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan dan berpotensi mengalami koreksi teknikal. Investor sebaiknya menunggu konfirmasi arah dan kejelasan momentum pasar.
Namun, dalam jangka panjang, jika tren penguatan terus berlanjut, saham TPIA berpotensi mencapai target di kisaran Rp 11.000 per saham.
Sementara itu, Nafan menyarankan investor untuk menambah (add) kepemilikan saham TPIA, khususnya dengan mempertimbangkan entry level di area Rp 6.800–7.200 per saham. Dia menargetkan saham TPIA dapat mencapai level Rp 8.000–9.700 per saham.
“`