Ragamutama.com – , Jakarta – Kekhawatiran terhadap pengelolaan cadangan devisa negara mencuat setelah Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, menyoroti aktivitas Bank Indonesia. Ia berpendapat bahwa upaya stabilisasi nilai tukar rupiah telah menguras cadangan devisa Indonesia secara signifikan dibandingkan dengan negara-negara lain. Data menunjukkan penurunan cadangan devisa Indonesia pada April 2025 sebesar US$4,6 miliar, dari US$157,1 miliar menjadi US$152,5 miliar.
Nailul menggarisbawahi perbedaan strategi dengan Vietnam, yang menurutnya hanya mengalokasikan sekitar US$2 miliar untuk tujuan serupa. “Oleh karena itu, Bank Indonesia perlu lebih berhati-hati dan mengevaluasi efektivitas serta efisiensi penggunaan instrumen cadangan devisa,” ujar Nailul saat diwawancarai Tempo pada hari Minggu, 11 Mei 2025.
Meskipun demikian, Nailul mengakui bahwa intervensi yang dilakukan Bank Indonesia telah memberikan dampak positif terhadap stabilitas nilai tukar rupiah, meskipun masih berada pada level yang relatif tinggi. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sempat terjadi akibat ketegangan perang tarif yang mengguncang pasar keuangan global. Bahkan, nilai tukar rupiah sempat menyentuh angka Rp 17.000 per dolar AS setelah periode Lebaran 2025. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat, 9 Mei 2025, rupiah berada di level Rp16.520 per dolar AS.
Secara terpisah, ekonom senior Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, menyatakan bahwa penurunan cadangan devisa pada April 2025 merupakan yang terdalam sejak pertengahan tahun 2022. Ia juga memprediksi bahwa BI akan terus menerapkan strategi intervensi guna menghadapi ketidakpastian pasar global yang dipicu oleh perang dagang.
Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan bahwa posisi cadangan devisa akan berkisar antara US$150-155 miliar pada kuartal II 2025, sebelum menunjukkan perbaikan pada semester kedua tahun yang sama. “Bank Indonesia kemungkinan akan berupaya meningkatkan kembali cadangan devisa, yang didukung oleh kinerja ekspor komoditas yang solid, pemulihan sektor pariwisata, dan aliran masuk modal asing,” ungkap Fithra dalam keterangan tertulis yang diterima pada hari Minggu, 11 Mei 2025.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa penurunan cadangan devisa disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. Ia menegaskan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia masih berada di atas standar kecukupan internasional, yaitu sekitar 3 bulan impor. “Jumlah tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,” jelas Ramdan dalam keterangan resmi pada Kamis, 8 Mei 2025.
Pilihan Editor: Ketika Cadangan Devisa Kian Tergerus