Ragamutama.com, JAKARTA. Dinamika pasar saham Asia diperkirakan akan menunjukkan pergerakan yang beragam, atau cenderung mixed, dalam sesi perdagangan Jumat (30/5). Proyeksi ini didorong oleh serangkaian sentimen eksternal, termasuk kebijakan perdagangan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat dan ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan moneter bank sentral di berbagai negara.
Oktavianus Audi, Vice President Head of Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengemukakan bahwa ada beberapa faktor kunci yang saat ini memengaruhi performa bursa saham Asia.
Salah satu faktor tersebut adalah putusan dari pengadilan federal Amerika Serikat yang menentang kebijakan tarif global yang diterapkan oleh mantan Presiden Donald Trump dan memerintahkan penghapusan permanen tarif tersebut.
“Di samping itu, para investor juga secara seksama mengamati perkembangan kebijakan moneter dari bank-bank sentral global, termasuk Bank of Japan (BoJ). Pasar menantikan apakah BoJ akan mengambil langkah penyesuaian kebijakan atau tidak,” kata Audi kepada Kontan, (29/5).
Bursa Asia-Pasifik Menguat Kamis (29/5), Usai Pengadilan AS Blokir Tarif Trump
Sejalan dengan itu, Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, menambahkan bahwa para pelaku pasar juga memperhatikan perkembangan lebih lanjut mengenai kebijakan tarif Trump, dan mulai menganalisis data kinerja keuangan perusahaan-perusahaan terbuka untuk kuartal I 2025.
“Sentimen pasar Asia juga dipengaruhi oleh data-data ekonomi yang akan dirilis dalam waktu dekat, yang berpotensi memengaruhi arah kebijakan moneter global ke depannya,” jelas Indy.
Untuk sesi perdagangan esok hari (30/5), Kiwoom Sekuritas memprediksi bahwa bursa saham Asia akan bergerak variatif. Indeks Nikkei 225 Jepang diproyeksikan akan mengalami penguatan, dengan perkiraan rentang pergerakan antara 38.000 hingga 38.400.
Bursa Shanghai juga diperkirakan akan menguat, dengan rentang pergerakan yang diantisipasi antara 3.350 hingga 3.375. Sementara itu, indeks Sensex India diperkirakan akan mengalami penurunan ke rentang 80.800 hingga 81.700. Straits Times (STI) Singapura diperkirakan akan bergerak mixed dalam rentang 3.875 hingga 3.940.
Di sisi lain, Indy memperkirakan bahwa Nikkei akan bergerak dalam rentang 36.838 hingga 38.772, sementara Shanghai Composite diperkirakan akan bergerak dalam rentang 3.300 hingga 3.400, menunjukkan potensi fluktuasi yang cukup besar seiring dengan tingginya sensitivitas pasar terhadap sentimen global.
BEI Evaluasi Puluhan Konstituen Indeks Saham Syariah, Apa Saja yang Masuk dan Keluar?
Lebih lanjut, Audi menyoroti sejumlah faktor yang akan menjadi fokus perhatian pasar pada perdagangan Jumat. Salah satunya adalah antisipasi rilis data core Personal Consumption Expenditure (core PCE) dari AS, yang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal ini berpotensi memberikan dampak moderat terhadap pasar, seiring dengan sikap The Fed yang tidak mengalami perubahan signifikan.
Indy menambahkan bahwa selain data PCE, para pelaku pasar juga akan mencermati rilis data PMI China serta risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC Minutes), yang diharapkan dapat memberikan petunjuk mengenai sikap Federal Reserve terhadap kebijakan moneter di masa mendatang.
“Selain itu, potensi berlanjutnya penguatan harga komoditas seperti minyak mentah dan crude palm oil (CPO) juga turut menjadi sentimen positif bagi beberapa bursa di Asia. Hal ini diperkuat oleh munculnya optimisme baru, terutama jika Trump benar-benar menghapuskan tarif resiprokal,” pungkas Audi.