Kabar kurang sedap menghampiri Blackburn Rovers Women, tim yang berkompetisi di Divisi 2 Liga Inggris Wanita. Setelah menyelesaikan musim 2024/25, mereka kini menghadapi ancaman degradasi dari Women’s Championship akibat permasalahan keuangan yang membelit.
Dilansir oleh The Athletic, klub berjuluk Rovers Ladies ini diduga belum menunjukkan kesanggupan untuk mendanai operasional tim wanita mereka pada musim mendatang.
WSL Football (sebelumnya dikenal sebagai WPLL), yang mengelola dua kompetisi teratas sepak bola wanita di Inggris, telah memberikan deadline selama tujuh hari kepada Blackburn Rovers Women. Mereka diminta untuk membuktikan komitmen finansial dan memenuhi seluruh persyaratan lisensi klub. Menurut laporan The Athletic, batas waktu yang ditetapkan oleh WSL Football adalah hingga tanggal 18 Mei.
Apabila Blackburn Rovers Women gagal memenuhi kedua persyaratan tersebut, konsekuensinya cukup berat. Mereka berpotensi terlempar ke dua divisi di bawahnya, yaitu Divisi 4 Liga Inggris Wanita.
Sementara itu, para pemain dan staf dikabarkan merasa was-was mengenai komitmen klub untuk mempertahankan tim wanita di musim depan. Niamh Murphy, bek andalan Blackburn Rovers Women, bahkan mengungkapkan keraguannya terkait dukungan finansial klub untuk musim 2025/26.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Murphy melalui akun media sosial X miliknya. Bek yang telah membela Blackburn Rovers Women selama tiga tahun itu mengatakan bahwa pihak klub telah menghubungi para pemain untuk menginformasikan mengenai masa depan tim wanita.
“Hari ini, melalui WhatsApp, kami, tim wanita Blackburn Rovers, diberi tahu bahwa ada kemungkinan besar, sekitar 99 persen, bahwa pemilik klub tidak akan memberikan dukungan finansial untuk tim musim depan,” tulis akun X @niammurphy_3.
Murphy, yang sudah tiga musim berseragam Blackburn Rovers, juga mencurahkan isi hatinya terkait inkonsistensi dukungan klub terhadap tim wanita, terutama dalam hal pendanaan.
Minimnya sokongan dana membuat Blackburn Rovers Women menjadi klub dengan anggaran terkecil di Divisi 2. Akibatnya, para pemain menerima upah di bawah standar dan harus bekerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Meskipun musim ini mungkin tidak terlihat sukses bagi orang lain, kami sekali lagi berhasil menghindari degradasi meskipun memiliki anggaran terkecil. Ini adalah pencapaian besar dan merupakan penghargaan bagi pemain dan staf tim wanita,” tulis Murphy.
“Tim ini telah bekerja tanpa lelah sepanjang musim dengan imbalan yang sangat minim. Kami semua digaji di bawah upah layak, dengan banyak pemain harus tinggal jauh dari rumah sekaligus harus bekerja di bidang lain untuk bertahan hidup, dan beginilah balasan yang kami terima,” imbuhnya.
Pada musim panas 2024 lalu, Blackburn Rovers sempat menuai kritikan pedas setelah dilaporkan mengalokasikan anggaran bermain untuk tim wanita sebesar 100 ribu paun, atau sekitar Rp2,2 miliar, untuk sepanjang musim. Selain itu, para pemain hanya menerima gaji sebesar 9 ribu paun, atau sekitar Rp198 juta.
Jika benar-benar terdegradasi, Blackburn Rovers Women akan menjadi klub kedua dalam dua musim terakhir yang diturunkan dari Divisi 2 akibat masalah keuangan. Sebelumnya, Reading mengalami nasib serupa menjelang musim 2024/25 karena ketidakpastian finansial dan kegagalan tawaran akuisisi pada menit-menit akhir.