RAGAMUTAMA.COM. Di tengah gejolak pasar yang memicu gelombang likuidasi, para investor Bitcoin dengan perspektif jangka panjang (long-term holders/LTH) justru melihat kesempatan emas untuk memperbesar kepemilikan aset kripto mereka.
Fenomena ini muncul bersamaan dengan penurunan signifikan harga Bitcoin yang sempat menyentuh angka di bawah US$ 109.000 pada penghujung pekan kemarin.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap.com pada hari Selasa (27/5), harga Bitcoin berada di kisaran US$109.427 pada pukul 18.19 WIB. Sebelumnya, harga sempat merosot ke titik terendah US$ 107.550, sebagaimana tercermin dalam data TradingView.
Menurut analisis dari Amr Taha, seorang ahli di CryptoQuant, dua gelombang besar likuidasi telah mendorong para trader jangka pendek untuk melepaskan aset mereka akibat panggilan margin atau margin call.
Bitcoin Tertahan di Level US$110.000, Tapi Investor Institusi Masih Rajin Borong BTC
Pada gelombang likuidasi pertama, ketika harga Bitcoin merosot di bawah US$ 111.000, posisi long senilai lebih dari US$ 97 juta terlikuidasi.
Gelombang likuidasi kedua terjadi ketika harga menembus angka US$ 109.000, yang mengakibatkan penghapusan posisi long senilai US$ 88 juta.
Namun, di balik tekanan pasar yang kuat ini, para investor jangka panjang justru “memanfaatkan momen reset pasar ini secara diam-diam,” ungkap Amr Taha dalam laporan yang dirilis pada tanggal 26 Mei.
Ia menyoroti bahwa kapitalisasi realisasi para pemegang jangka panjang telah meningkat signifikan, melampaui angka US$ 28 miliar, yang merupakan level tertinggi sejak bulan April.
Kapitalisasi realisasi (realized cap) adalah metode pengukuran nilai Bitcoin berdasarkan harga saat terakhir kali aset tersebut berpindah tangan, bukan berdasarkan harga pasar saat ini.
Indikator ini memberikan gambaran mengenai intensitas akumulasi yang dilakukan oleh investor jangka panjang di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.
Strategy Borong 4.020 Bitcoin Senilai US$427 Juta, Total Kepemilikan Jadi 580.000 BTC
“Alih-alih terpengaruh oleh kepanikan akibat volatilitas jangka pendek, para LTH melihat momen ini sebagai peluang strategis untuk memperkokoh posisi investasi mereka,” imbuhnya.
Sementara itu, Ibrahim Cosar, analis lain dari CryptoQuant, mengidentifikasi formasi double bottom pada grafik harga Bitcoin.
Pola ini sering dianggap sebagai sinyal pembalikan tren, yang mengindikasikan bahwa tekanan jual mulai mereda dan berpotensi mengarah pada pembalikan menuju tren kenaikan.
“Jika zona support ini mampu bertahan, maka level di atas US$ 112.000 berpotensi tercapai dalam waktu dekat,” pungkas Cosar.
Robert Kiyosaki: Punya 0,01 Bitcoin Saja Bisa Bikin Kamu Sangat Kaya pada Masa Depan!