Dividen BISI Anjlok 65%: Analis Ungkap Kinerja Melemah dan Rekomendasi ‘Wait and See’ untuk Saham Agribisnis Ini
PT Bisi International Tbk (BISI) telah mengumumkan rencana pembagian dividen tunai dari laba bersih tahun buku 2024 kepada para pemegang sahamnya. Namun, kabar ini datang dengan catatan penting: jumlah dividen yang akan dibagikan sebesar Rp 84 miliar menunjukkan penurunan signifikan, anjlok 65% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 240 miliar. Penurunan drastis ini sontak memicu pertanyaan seputar kinerja finansial emiten di sektor agribisnis tersebut.
Menurut Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, penurunan dividen BISI secara tajam ini kemungkinan besar dipicu oleh dua faktor utama. Pertama, adanya indikasi melemahnya kinerja keuangan perusahaan, yang tercermin dari pertumbuhan laba bersih yang cenderung menurun. Indy menambahkan bahwa kebijakan penurunan dividen ini bisa jadi merupakan cerminan langsung dari kondisi tersebut, atau mungkin juga disebabkan oleh kebutuhan perusahaan akan dana segar untuk mendukung agenda ekspansi bisnis atau melakukan penyesuaian struktur modal.
Lebih jauh menelaah, Indy juga menyoroti aspek operasional PT BISI sebagai perhatian utama. Efisiensi dan biaya produksi disebutnya menjadi kunci. Kenaikan harga pupuk global, misalnya, secara langsung berpotensi membebani biaya produksi BISI. Selain itu, permintaan dari sektor pertanian juga diperkirakan melambat, terutama akibat fluktuasi dan ketidakpastian faktor cuaca yang seringkali memengaruhi produktivitas dan daya beli petani.
Dari perspektif valuasi, saham BISI menunjukkan kondisi yang kurang menguntungkan. Rasio *price to earnings ratio* (PER) BISI tercatat sebesar 24,39 kali, angka ini jauh melampaui rata-rata industri yang berada di kisaran 12 kali. Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa pertumbuhan laba BISI masih tertinggal di bawah rata-rata sektornya. Kombinasi faktor-faktor ini membuat saham BISI dinilai kurang menarik dan kurang kompetitif jika dibandingkan dengan emiten-emiten sejenis yang bergerak di sektor agribisnis.
Konsekuensi dari penurunan dividen ini diperkirakan akan berdampak pada minat sebagian investor, khususnya mereka yang memprioritaskan pendapatan pasif dari investasi. Indy Naila menjelaskan bahwa fenomena ini seringkali mendorong investor untuk beralih strategi. Mereka cenderung beralih ke saham *growth* yang menawarkan prospek ekspansi bisnis lebih jelas, atau mencari emiten lain yang memiliki riwayat pembagian dividen lebih stabil dan konsisten.
Mencermati berbagai dinamika tersebut, Indy Naila memberikan rekomendasi yang bersifat hati-hati bagi para investor. Ia menyarankan untuk mengambil sikap *wait and see* atau menunda pengambilan keputusan investasi hingga kondisi pasar dan kinerja fundamental PT BISI menunjukkan kejelasan yang lebih baik. Sebagai panduan, Indy mematok target harga saham BISI di level Rp 1.170 untuk periode investasi jangka pendek hingga menengah.