BI Tahan Suku Bunga: Strategi Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global

- Penulis

Kamis, 24 April 2025 - 03:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM- Pada tanggal 22 hingga 23 April 2025, Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) telah menyelenggarakan rapat dan mengambil keputusan penting mengenai suku bunga acuan. Hasilnya, BI memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga BI-Rate pada angka 5,75 persen. Selain itu, suku bunga Deposit Facility tetap berada di level 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility dipertahankan pada 6,50 persen.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil sebagai langkah konsisten dalam menjaga proyeksi inflasi tahun 2025 dan 2026 agar tetap berada dalam koridor target yang telah ditetapkan, yaitu 2,5±1 persen. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk memelihara stabilitas nilai tukar rupiah agar selaras dengan fundamental ekonomi di tengah ketidakpastian global yang semakin meningkat, serta turut berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

“Ke depannya, Bank Indonesia akan terus memantau dengan seksama potensi penurunan BI-Rate lebih lanjut, dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti stabilitas nilai tukar rupiah, prospek inflasi, dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry dalam keterangan resminya yang disampaikan pada hari Rabu, 23 April.

Baca Juga :  DPR Minta BI Amankan Rupiah dari Dampak Tarif Impor Amerika

Ragamutama.comnegaskan Negosiasi Antara Indonesia dan Amerika Serikat Terkait ‘Tarif Trump’ Masih Berlangsung

Perry menjelaskan lebih lanjut bahwa saat ini, ketidakpastian dalam perekonomian global semakin meningkat, terutama dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS). Kebijakan ini, ditambah dengan langkah-langkah balasan (retaliasi) dari China dan potensi respons serupa dari negara-negara lain, semakin memperkuat fragmentasi ekonomi global dan menyebabkan penurunan volume perdagangan dunia secara keseluruhan.

Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan akan mengalami penurunan dari sebelumnya 3,2 persen menjadi 2,9 persen. Penurunan terbesar diperkirakan akan terjadi di AS dan China, yang merupakan dua kekuatan ekonomi utama dunia.

“Pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju dan negara berkembang lainnya juga diperkirakan akan mengalami perlambatan, yang dipengaruhi oleh dampak langsung dari penurunan ekspor ke AS, serta dampak tidak langsung dari penurunan volume perdagangan dengan negara-negara lain,” papar Perry.

Harga Emas Antam di Situs Logam Mulia Menurun, Dijual Mulai Rp1,045 Juta per 23 April 2025

Perry menambahkan bahwa eskalasi perang tarif dan dampaknya yang merugikan terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi di AS, China, dan secara global, juga memicu peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global. Hal ini mendorong perilaku risk aversion di kalangan pemilik modal, yang cenderung menghindari investasi berisiko.

Baca Juga :  BIKE Tebar Dividen: Simak Jadwal dan Besaran Dividen Sepeda Bersama Indonesia

Imbal hasil (yield) US Treasury mengalami penurunan dan indeks mata uang dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia (DXY) melemah, di tengah meningkatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) oleh bank sentral AS, The Federal Reserve.

Prabowo Optimis Indonesia Tetap Menjadi Destinasi Investasi yang Menarik, Meskipun LG Mundur dari Proyek Baterai EV

Aliran modal global mengalami pergeseran dari AS menuju negara-negara dan aset yang dianggap aman (safe haven asset), terutama ke aset keuangan di Eropa dan Jepang, serta komoditas emas. Sementara itu, aliran keluar modal global dari negara-negara berkembang masih terus berlanjut, sehingga memberikan tekanan terhadap pelemahan nilai mata uang negara-negara tersebut.

“Memburuknya kondisi global ini menuntut penguatan respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” pungkasnya.

Berita Terkait

NICL Bagi Dividen Rp15, Peluang Investasi Saham Nikel?
Emiten Healthcare: Kenapa Sekarang ‘Tertatih’, Tapi Tetap Cuan Jangka Panjang?
Dividen Jumbo BUMN Mengalir ke Negara, Dampaknya?
Akhir Tahun IHSG 7600+, Ini Daftar Saham Potensi Cuan!
Kadin Kirim 5.000 Pekerja Migran, Negara Mana Saja?
Haiyanto Borong Saham ELSA, Kuasai Saham Individu Terbesar Elnusa
Lucy Guo, Miliarder Muda: Pilih Drop Out Kuliah Demi Beasiswa Thiel
Iran Serang Israel, Bursa Saham Teluk Bergejolak! Investor Panik?

Berita Terkait

Minggu, 15 Juni 2025 - 23:42 WIB

NICL Bagi Dividen Rp15, Peluang Investasi Saham Nikel?

Minggu, 15 Juni 2025 - 21:57 WIB

Emiten Healthcare: Kenapa Sekarang ‘Tertatih’, Tapi Tetap Cuan Jangka Panjang?

Minggu, 15 Juni 2025 - 21:52 WIB

Dividen Jumbo BUMN Mengalir ke Negara, Dampaknya?

Minggu, 15 Juni 2025 - 21:07 WIB

Akhir Tahun IHSG 7600+, Ini Daftar Saham Potensi Cuan!

Minggu, 15 Juni 2025 - 20:22 WIB

Kadin Kirim 5.000 Pekerja Migran, Negara Mana Saja?

Berita Terbaru

Public Safety And Emergencies

Gempa Tasikmalaya M 4,8 Guncang Hebat, Pangandaran Ikut Merasakan!

Senin, 16 Jun 2025 - 05:22 WIB

sports

Piala Dunia Antarklub 2025 Gratis, Ini Cara Nontonnya!

Senin, 16 Jun 2025 - 04:57 WIB

travel

Libur Sekolah di Sentul: Wisata Seru, Belanja Asyik!

Senin, 16 Jun 2025 - 04:47 WIB