Ragamutama.com, JAKARTA. Melambatnya laju pertumbuhan kredit perbankan yang terus berlanjut hingga April mendorong Bank Indonesia (BI) untuk mengambil langkah korektif dengan merevisi target pertumbuhan kredit. Meskipun demikian, beberapa bank besar menyatakan bahwa mereka belum berencana untuk menyesuaikan target kredit yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh BI, penyaluran kredit hanya mengalami pertumbuhan sebesar 8,88% secara tahunan (YoY). Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan bulan Maret yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,16% YoY. Pertumbuhan di bulan April menjadi yang terendah sejak awal tahun.
Namun, PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) tampaknya tetap optimis dengan guidance pertumbuhan kredit yang telah ditetapkan, yaitu di kisaran 5%-7% untuk tahun ini.
Menurut Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, proyeksi tersebut didasarkan pada pengamatan terhadap tren daya beli masyarakat yang masih mengalami tekanan sejak awal tahun.
Makin Melambat, BI Turunkan Target Pertumbuhan Kredit Perbankan di 2025
“Untuk pertumbuhan kredit, kami memperkirakan akan berada di kisaran 5%-7% tahun ini, sejalan dengan kondisi daya beli yang masih belum pulih sepenuhnya,” jelas Lani kepada Kontan, Kamis (22/5).
Ke depannya, bank dengan kode saham BNGA ini berencana untuk lebih fokus pada penyaluran kredit ke segmen ritel, pembiayaan kendaraan bermotor, unsecured loan, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Mengenai suku bunga dasar kredit (SBDK), CIMB Niaga akan terus menyesuaikannya dengan kondisi likuiditas yang dimiliki bank. Data menunjukkan bahwa loan to deposit ratio (LDR) CIMB Niaga pada kuartal I-2025 berada di angka 89,3%, sementara rasio non-performing loan (NPL) gross tercatat sebesar 1,85%.
Adapun, SBDK CIMB Niaga untuk periode 30 April hingga 30 Mei 2025 adalah sebagai berikut: kredit korporasi sebesar 8,25%, ritel sebesar 9%, UMKM 9%, KPR 8,7%, dan Non-KPR 12,11%.
Keputusan untuk tidak merevisi target kredit juga diambil oleh PT Maybank Indonesia Tbk.
“Hingga saat ini, kami masih belum mengubah target pertumbuhan kredit yang telah kami sampaikan kepada OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dalam Rencana Bisnis Bank untuk tahun 2025,” ungkap Presiden Direktur Maybank, Steffano Ridwan.
Terkait ketentuan SBDK, Steffano menyatakan bahwa Maybank akan terus mengikuti dinamika pasar yang terjadi. Ia mengakui bahwa saat ini, suku bunga dari sisi simpanan Maybank memang cenderung masih tinggi.
Per tanggal 30 April 2025, SBDK Maybank untuk berbagai segmen adalah sebagai berikut: kredit korporasi sebesar 7,81%, ritel sebesar 9,66%, UMKM 9,66%, KPR 9,64%, dan Non-KPR 10,43%.
Kredit Investasi Bank Mandiri Tumbuh Sebesar 25,4% per Maret 2025
“Namun, kami berharap ke depannya suku bunga funding/deposit dapat mengalami penurunan seiring dengan penurunan BI rate yang terjadi sebelumnya, sehingga suku bunga kredit juga dapat ikut menyesuaikan,” imbuh Steffano.
Senada dengan hal tersebut, PT Bank Oke Indonesia juga belum berencana untuk menurunkan target kreditnya yang telah ditetapkan sebesar 11% untuk tahun ini.
Wakil Direktur Utama OK Bank, Hendra Lie, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengantisipasi potensi penurunan yang mungkin terjadi oleh BI. Selain itu, dengan adanya penurunan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM), ia berharap dapat mendorong kembali gairah daya beli masyarakat.
“Menurut saya, penurunan 1% itu, jika dana total mencapai Rp8.800 triliun, maka kurang lebih Rp80 triliun akan kembali beredar di pasar. Ini adalah harapan kami untuk dapat menggairahkan daya beli masyarakat,” jelasnya.
Melihat penurunan pada net interest income OK Bank, Hendra menyatakan bahwa ke depannya OK Bank akan mengambil langkah yang lebih konservatif dalam penyaluran kredit. Fokus penyaluran akan diarahkan pada segmen komersial, korporasi, dan sindikasi.
“Meskipun return yang didapatkan mungkin tidak terlalu tinggi, namun risiko yang dihadapi akan jauh lebih kecil,” pungkas Hendra.
Adapun SBDK OK Bank per tanggal 8 April 2025 untuk berbagai segmen adalah sebagai berikut: kredit korporasi sebesar 7,47%, ritel 7,82%, kredit menengah 8,28%, kecil 8,38%, mikro 9,26%, KPR 9,15%, dan non KPR 12,27%.