BI Respon Tarif AS, Optimalkan Moneter Jaga Ekonomi Global

Avatar photo

- Penulis

Kamis, 19 Juni 2025 - 02:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BI Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global dan Konflik Geopolitik

Ketidakpastian perekonomian global masih membayangi, dipicu oleh dinamika negosiasi tarif resiprokal antara Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik yang terus membara di kawasan Timur Tengah. Menanggapi kondisi ini, Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya untuk mengoptimalkan strategi operasi moneter yang pro-pasar demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, mata uang kebanggaan Indonesia.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (18/6) lalu, menjelaskan bahwa berbagai indikator menunjukkan dampak signifikan kebijakan tarif AS terhadap perlambatan ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju seperti Eropa dan Jepang juga menunjukkan tren penurunan, meskipun disertai dengan kebijakan fiskal ekspansif dan pelonggaran moneter. Di sisi lain, Tiongkok mengalami perlambatan ekonomi akibat menurunnya ekspor, terutama ke AS, di tengah melemahnya permintaan domestik. Berbeda dengan India yang diproyeksikan tumbuh baik, didorong oleh kuatnya investasi. “Dengan perkembangan tersebut, prospek pertumbuhan ekonomi dunia 2025 tetap sebesar 3 persen,” kata Perry.

Menariknya, tekanan inflasi di AS terpantau menurun seiring dengan perlambatan ekonomi di sana, meski terjadi kenaikan inflasi pada kelompok barang akibat kebijakan tarif. Fenomena ini semakin memperkuat ekspektasi penurunan Fed funds rate (FFR) di masa mendatang. Di pasar keuangan global, terjadi pergeseran aliran modal yang signifikan dari AS menuju aset yang dianggap aman, serta ke aset keuangan di negara berkembang (emerging market). Kondisi ini mendorong berlanjutnya pelemahan indeks mata uang dolar AS (USD) terhadap mata uang negara maju (DXY) maupun negara berkembang (ADXY).

Baca Juga :  Harga Saham Bank Kompak Anjlok, Bos BRI Fokus Jaga Fundamental

Perry Warjiyo memperkirakan bahwa gejolak perekonomian global akan tetap tinggi, mengingat berlanjutnya negosiasi tarif antara AS dan sejumlah negara, serta eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah. “Kondisi ini memerlukan kewaspadaan dan penguatan respons serta koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” tegas lulusan Iowa State University itu.

Di tengah lanskap global yang menantang, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus diupayakan untuk didorong. Pada triwulan II 2025, kinerja ekspor nonmigas menunjukkan perbaikan signifikan, dipengaruhi oleh strategi *front loading* ekspor ke AS sebagai respons antisipasi eksportir terhadap kebijakan tarif. Untuk memperkuat pilar ekonomi domestik, “Sumber pertumbuhan permintaan domestik melalui konsumsi rumah tangga dan investasi perlu semakin ditingkatkan,” terang Perry.

Pemerintah turut berkontribusi melalui kebijakan fiskal yang berfokus pada percepatan belanja, seperti pemberian gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan subsidi transportasi, serta penebalan bantuan sosial bagi keluarga penerima manfaat (KPM). Sementara itu, Bank Indonesia, sebagai bank sentral, melakukan penurunan suku bunga dan pelonggaran likuiditas melalui kebijakan moneter. Langkah ini dibarengi dengan peningkatan insentif likuiditas makroprudensial untuk mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan ke sektor-sektor prioritas. Perry memproyeksikan, “Ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan akan membaik pada semester II 2025, dan secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2025 berada pada kisaran 4,6 sampai 5,4 persen.”

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menambahkan bahwa di tengah risiko ekonomi global yang tinggi, instrumen keuangan Indonesia tetap menawarkan imbal hasil (yield) yang menarik bagi investor. Hal ini tercermin dari peningkatan *inflow* pada bulan Juni, khususnya untuk Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai sekitar Rp 11 triliun. Meskipun pasar saham masih mengalami *outflow* sebesar sekitar Rp 3 triliun dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mencatat *outflow* Rp 5 triliun, secara keseluruhan, “Total *inflow* yang masuk ke SBN sudah mencapai Rp 43,5 triliun. Ini memang cukup menambah suplai valas kita di pasar,” ungkap Destry.

Baca Juga :  Skandal Kebocoran Dana: Ancaman Bagi Rencana IPO Bank DKI

Peningkatan likuiditas ini juga terbukti dari kenaikan transaksi harian di pasar. Pada April, rata-rata transaksi harian likuiditas sekitar Rp 5,76 triliun, namun pada 16 Juni telah melonjak menjadi sekitar Rp 6,22 triliun. Kondisi positif ini menjadi salah satu faktor pendorong penguatan rupiah secara kuartalan sebesar 1,72 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, yang sejalan dengan pergerakan mata uang negara *peers group*.

Destry menegaskan komitmen BI untuk terus mengoptimalkan operasi pasar terbuka yang pro-market, dengan selalu siap memasuki pasar *non-deliverable forward* (NDF). Selain itu, secara domestik, BI konsisten melakukan *triple intervention* di pasar DNDF, pasar spot, dan pasar SBN. “Karena memang kita masih melihat ada beberapa risiko yang patut kita waspadai. Kami, sebagai bagian dari strategi stabilisasi pasar, selain menjaga stabilitas rupiah, tentunya kita juga ingin menambah likuiditas di pasar. Terlihat dari pembelian SBN yang dilakukan BI mencapai Rp 124 triliun,” tandasnya, menegaskan peran aktif BI dalam menjaga kesehatan pasar keuangan dan stabilitas ekonomi Indonesia.

Berita Terkait

Dasco Usul: Tantiem Pejabat BUMN Dihapus, Hemat Negara Rp 18 Triliun!
Rubicon untuk Izin Hutan? Dirut Inhutani V Diduga Minta Gratifikasi
Setoran Haram Haji Khusus: KPK Ungkap Kongkalikong Pengusaha & Kemenag
PBB Naik Bikin Gaduh? Ini Daftar Daerah yang Bergejolak!
BSI Buka Blokir Rekening Yayasan Cholil Nafis, Ketua MUI
UMK 2026: Buruh Desak Kenaikan 10,5 Persen!
Pertumbuhan Ekonomi Dipertanyakan, Indef Minta Pemerintah Buka Data!
Airlangga Klaim: Ekonomi RI Tertinggi di ASEAN, Benarkah?

Berita Terkait

Jumat, 15 Agustus 2025 - 20:12 WIB

Dasco Usul: Tantiem Pejabat BUMN Dihapus, Hemat Negara Rp 18 Triliun!

Jumat, 15 Agustus 2025 - 02:22 WIB

Rubicon untuk Izin Hutan? Dirut Inhutani V Diduga Minta Gratifikasi

Kamis, 14 Agustus 2025 - 22:38 WIB

Setoran Haram Haji Khusus: KPK Ungkap Kongkalikong Pengusaha & Kemenag

Kamis, 14 Agustus 2025 - 21:14 WIB

PBB Naik Bikin Gaduh? Ini Daftar Daerah yang Bergejolak!

Senin, 11 Agustus 2025 - 23:20 WIB

BSI Buka Blokir Rekening Yayasan Cholil Nafis, Ketua MUI

Berita Terbaru

Uncategorized

Kereta Kencana Kirab Merah Putih: Makna Mendalam di HUT ke-80 RI

Minggu, 17 Agu 2025 - 22:58 WIB

Public Safety And Emergencies

Parade Mobil Kementerian Meriahkan Malam HUT RI: Foto dan Detail!

Minggu, 17 Agu 2025 - 22:22 WIB

sports

Chimaev Juara! Pujian untuk Du Plessis Usai Rebut Gelar UFC

Minggu, 17 Agu 2025 - 22:15 WIB

Uncategorized

Kereta Kencana Kirab Merah Putih HUT RI: Makna Mendalam di Baliknya

Minggu, 17 Agu 2025 - 22:09 WIB

Uncategorized

Messi Menggila! Inter Miami Hancurkan LA Galaxy 3-1

Minggu, 17 Agu 2025 - 21:13 WIB