Bastille Day: Awal Mula Revolusi Prancis yang Mengubah Dunia

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 15 Juli 2025 - 01:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – , Jakarta – Presiden Prabowo Subianto telah tiba di Paris, Prancis, pada Minggu, 13 Juli 2025, sebagai tamu kehormatan untuk menghadiri perayaan Bastille Day. Peringatan Hari Nasional Prancis ini, yang jatuh setiap 14 Juli, merupakan momen penting yang merayakan jatuhnya kekuasaan monarki absolut dan lahirnya sistem demokrasi republik di Prancis.

Peristiwa bersejarah ini tidak hanya menandai perubahan fundamental dalam tatanan politik Prancis, tetapi juga menyebarkan nilai-nilai universal seperti kebebasan, kesetaraan, dan hak asasi manusia ke seluruh dunia, memberikan dampak besar terhadap perkembangan demokrasi global.

Salah satu puncak perayaan Bastille Day adalah parade militer prestisius yang digelar di sepanjang jalan megah Champs-Élysées. Parade ini dihadiri oleh perwakilan militer dari berbagai negara, termasuk Indonesia, dan dikenal sebagai salah satu parade tertua serta terbesar di Eropa yang telah berlangsung sejak tahun 1880. Selain parade akbar, Bastille Day juga dimeriahkan dengan pertunjukan kembang api spektakuler dan berbagai festival rakyat yang meriah.

Secara historis, akar Bastille Day terletak pada peristiwa dramatis 14 Juli 1789, ketika rakyat Prancis menyerbu Penjara Bastille, yang kala itu menjadi simbol tirani kekuasaan Raja Louis XVI. Serangan ini dipicu oleh kemarahan mendalam terhadap ketimpangan sosial, beban pajak tinggi yang menindas rakyat miskin, serta gaya hidup mewah Ratu Marie Antoinette di tengah krisis ekonomi yang melanda. Meskipun awalnya bertujuan merebut bubuk mesiu dan senjata, penyerbuan Bastille ini dengan cepat bertransformasi menjadi lambang perjuangan rakyat untuk membebaskan tahanan politik dan menggulingkan monarki.

Pasca penyerbuan yang heroik tersebut, pemerintah revolusioner memutuskan untuk menghancurkan Bastille hingga tak tersisa. Bagi rakyat Prancis, kejadian ini menjadi lambang kebebasan dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Semangat nasional Prancis yang kental pun tercermin dalam semboyan Liberté, Égalité, Fraternité (Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan), yang erat kaitannya dengan Bastille Day.

Baca Juga :  Anne Ratna Mustika: Profil Lengkap Mantan Istri Dedi Mulyadi & Kasus Kejari Purwakarta

Setahun setelah penyerbuan Penjara Bastille, rakyat Prancis merayakan kemenangan awal revolusi dalam sebuah pesta persatuan nasional yang dikenal sebagai Fête de la Fédération. Namun, ketegangan antara rakyat dan kerajaan terus memuncak, hingga akhirnya Raja Louis XVI dan Ratu Marie Antoinette dieksekusi.

Pada tahun 1880, Prancis secara resmi menetapkan 14 Juli sebagai hari libur nasional. Keputusan ini diambil untuk mengenang kembali semangat Revolusi Prancis dan makna hakiki kebebasan yang diperjuangkan oleh rakyat. Kini, Bastille Day tidak hanya sekadar peringatan sejarah, melainkan juga perayaan nilai-nilai demokrasi yang terus hidup dan relevan hingga hari ini.

Tokoh-tokoh Penting dalam Revolusi Prancis

Beberapa tokoh berpengaruh turut terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam penyerbuan Bastille, termasuk di antaranya penguasa terakhir Prancis Raja Louis XVI beserta istrinya, Marie Antoinette.

1. Louis XVI

Louis XVI adalah raja terakhir dari sistem monarki Prancis. Berasal dari Dinasti Bourbon, ia memerintah dari tahun 1774, menggantikan kakeknya Louis XV, hingga tahun 1792 saat monarki dihapuskan. Lahir di Versailles pada 23 Agustus 1754, Louis merupakan putra dari Louis, Dauphin Prancis, dan Maria Josepha dari Sachsen.

Ia menikah muda pada usia 15 tahun karena alasan politik dengan Marie Antoinette dari Austria. Louis naik takhta pada usia 20 tahun setelah kematian ayah dan kakeknya. Ia memimpin Prancis di tengah krisis ekonomi dan sempat mencoba melakukan reformasi pajak, namun usahanya ditentang oleh kelompok gereja dan bangsawan. Ketidaktegasannya memperparah kondisi negara, yang kemudian memicu kemarahan rakyat hingga berujung pada Revolusi Prancis. Akhir kepemimpinannya ditandai dengan eksekusi mati menggunakan guillotine di Place de la Révolution, yang kini dikenal sebagai Place de la Concorde.

Baca Juga :  Kegembiraan Rakyat Peru: Paus Leo XIV Dilantik, Rasa Dekat Terjalin

2. Marie Antoinette

Marie Antoinette adalah ratu terakhir Prancis dan istri dari Louis XVI. Terlahir dari keluarga bangsawan Austria, ia merupakan putri Kaisar Franz I dan Maria Theresa dari Habsburg, lahir pada 2 November 1755. Selama masa pemerintahannya sebagai ratu, Marie dikenal luas karena gaya hidupnya yang sangat mewah dan boros, kontras dengan kondisi ekonomi rakyat yang memprihatinkan. Ia gemar membeli perhiasan mahal, mengadakan pesta-pesta megah, dan membangun tempat tinggal pribadi bernama Petit Trianon di kompleks Istana Versailles.

Sikapnya yang dianggap tidak peduli terhadap penderitaan rakyat melahirkan ungkapan terkenal “let them eat cake” (biarkan mereka makan kue), meskipun tidak ada bukti konkret ia pernah mengucapkannya. Bersama Louis XVI, ia pernah mencoba melarikan diri ke Varennes, namun upaya tersebut gagal. Marie Antoinette kemudian dihukum mati dengan guillotine pada 16 Oktober 1793, di lokasi yang sama dengan eksekusi suaminya.

3. Bernard-René de Launay

Bernard-René de Launay adalah gubernur Penjara Bastille yang menjadi salah satu pemicu utama kerusuhan pada 14 Juli 1789. Ia bertanggung jawab penuh atas keamanan Bastille, yang saat itu menjadi simbol penindasan monarki. Ketika terjadi penyerbuan oleh rakyat, ia ditangkap, ditikam berkali-kali, lalu kepalanya dipenggal dan diarak keliling kota sebagai bentuk puncak kemarahan rakyat.

4. Camille Desmoulins

Camille Desmoulins adalah seorang jurnalis yang sangat berpengaruh selama Revolusi Prancis. Ia berperan besar dalam mendorong penyerangan Bastille melalui tulisan-tulisannya, pamflet, dan kritik tajam terhadap monarki. Semangat revolusi banyak dibangkitkan berkat perannya. Namun, nasibnya berakhir tragis ketika ia dituduh sebagai kontrarevolusioner oleh pemerintah revolusioner sendiri dan dieksekusi mati pada 5 April 1794.

Muhammad Nafis Wirasaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: Cerita Perang dan Percintaan Napoleon

Berita Terkait

‘Dia adalah seorang sosialis yang kejam’ – Asal usul karakter Superman
Praha: Mengapa Kota Tua Selalu Ramai Dikunjungi Turis?
5 Film: Terjebak di “Non-Place”, Kehilangan Arah & Makna?
3 Anak Polisi Jadi Peraih Adhi Makayasa 2025
Cerita bocah di balik tarian viral balap pacu jalur – ‘Gerakan itu tercipta secara spontan’
Pelayanan KTP Pamekasan: Pulpen Beli Sendiri? Curhat Pemohon!
Khajuraho: Pesona Kuil Abad Pertengahan India
Piano Anak Iringi Pemakaman Diplomat Arya Daru: Sentuhan Haru

Berita Terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 01:58 WIB

Bastille Day: Awal Mula Revolusi Prancis yang Mengubah Dunia

Senin, 14 Juli 2025 - 04:41 WIB

‘Dia adalah seorang sosialis yang kejam’ – Asal usul karakter Superman

Minggu, 13 Juli 2025 - 22:29 WIB

Praha: Mengapa Kota Tua Selalu Ramai Dikunjungi Turis?

Minggu, 13 Juli 2025 - 11:34 WIB

5 Film: Terjebak di “Non-Place”, Kehilangan Arah & Makna?

Minggu, 13 Juli 2025 - 06:35 WIB

3 Anak Polisi Jadi Peraih Adhi Makayasa 2025

Berita Terbaru

technology

Xiaomi Siapkan Smartphone dengan Layar Sekunder Lagi?

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:10 WIB

Education And Learning

Cak Imin: Tugas Berat Sekolah Rakyat Tuntas Dijalankan Gus Ipul

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:05 WIB

crime

Macam-macam Jenis Kamera CCTV yang Lazim Digunakan

Selasa, 15 Jul 2025 - 07:58 WIB

entertainment

Sarah Jessica Parker Akhirnya Akui Pernah Pacaran dengan Nicolas Cage

Selasa, 15 Jul 2025 - 07:47 WIB