TEHERAN, RAGAMUTAMA.COM – Setelah 12 hari pertempuran sengit yang mengguncang Timur Tengah, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, secara mengejutkan mengukuhkan klaim kemenangan atas Israel. Pernyataan bombastis ini disampaikan Khamenei melalui platform media sosial X, segera setelah Iran dan Israel menyepakati gencatan senjata pada Selasa (24/6/2025).
“Saya mengucapkan selamat atas kemenangan terhadap rezim Zionis,” tulis Khamenei dengan tegas, menandai babak baru dalam narasi konflik yang penuh gejolak ini.
Dalam narasinya, Khamenei tidak hanya menyatakan Israel luluh lantak akibat gempuran serangan Iran, namun juga mengeklaim superioritas atas Amerika Serikat (AS). Menurutnya, Washington terjun langsung dalam konflik, termotivasi oleh kekhawatiran akan kehancuran Israel jika dibiarkan tanpa bantuan. Namun, ia menegaskan, upaya AS tersebut tidak membuahkan hasil signifikan.
Ia bahkan menyebutkan serangan Iran berhasil menimbulkan kerusakan signifikan di Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar, salah satu pangkalan militer utama AS di kawasan itu. Khamenei memperingatkan, “Fakta bahwa Iran memiliki akses ke pusat-pusat utama AS di kawasan itu dan dapat mengambil tindakan kapan pun dianggap perlu merupakan masalah yang signifikan. Tindakan seperti itu dapat diulangi di masa mendatang. Jika terjadi agresi, musuh pasti akan membayar harga yang mahal,” menegaskan ancaman balasan yang serius dari Teheran.
Namun, klaim kemenangan Iran ini segera ditampik mentah-mentah oleh pihak Israel. Uri Dromi, seorang pensiunan kolonel sekaligus mantan juru bicara pemerintah Israel pada tahun 1990-an, menyatakan ketidakpercayaannya kepada *Al Jazeera*. “Saya tidak percaya saya benar-benar mendengarnya,” ujarnya terheran-heran. Ia menambahkan keraguannya, “Saya ragu ada satu orang Iran pun yang tahu tentang apa pun yang mempercayainya, dengan pesawat Israel yang masih berkeliaran bebas di atas Iran,” menyoroti kontras realitas di lapangan.
Perang Iran-Israel: Kronologi Konflik Sengit
Konflik sengit antara Iran dan Israel ini bermula pada 13 Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang mengguncang wilayah Iran. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada saat itu menjelaskan bahwa tujuan serangan adalah untuk melumpuhkan program senjata nuklir Iran. Gempuran Israel ini dilaporkan menewaskan sejumlah perwira tinggi militer serta ilmuwan nuklir Iran, memicu eskalasi yang tak terhindarkan.
Tidak tinggal diam, Iran segera melancarkan balasan berupa serentetan serangan rudal, menandai dimulainya adu serang yang intens. Selama lebih dari sepekan, kedua belah pihak saling melancarkan serangan balasan, mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dari kedua sisi, menambah daftar panjang kerugian akibat konflik yang semakin memanas.
Situasi kian meruncing ketika Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk terlibat langsung dalam konflik. Pada Minggu (22/6/2025) dini hari, AS melancarkan serangan udara ke tiga situs nuklir Iran. Presiden AS Donald Trump bahkan sempat melontarkan ancaman keras, menyatakan akan melancarkan serangan yang lebih dahsyat jika Iran tidak segera menyerah.
Puncaknya, pada Selasa (24/6/2025), Presiden Trump mengumumkan kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai antara Iran dan Israel. Pengumuman ini segera dikonfirmasi oleh kedua belah pihak yang berseteru, membawa jeda sementara dalam konflik yang telah menelan banyak korban jiwa dan menimbulkan ketidakpastian di kawasan Timur Tengah.
