Asosiasi Leasing Ungkap Penyebab Penurunan Laba Industri Multifinance

- Penulis

Jumat, 7 Februari 2025 - 12:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menilai tren penurunan laba industri pembiayaan atau multifinance per Oktober 2024 seiring peningkatan pencadangan sesuai standar akuntansi keuangan.

Ketua Umum APPI Suwandi Wiranto mengatakan salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan laba adalah kebijakan perusahaan dalam meningkatkan pencadangan atas kredit bermasalah atau Non-Performing Financing (NPF) sesuai dengan standar PSAK 71.

“Yang pasti kenapa dia [laba] turun? Karena dia [perusahaan multifinance] sudah harus berhati-hati terhadap pencadangan kredit bermasalah atau macam provisi karena sesuai dengan PSAK 71,” kata Suwandi usai acara “Seminar Nasional Arah Kebijakan OJK 2025 dan Strategi Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Baru yang diselenggarakan APPI” di Jakarta beberapa waktu lalu (4/1/2025).

Baca Juga : Leasing Jelaskan Tahapan Kendaraan Ditarik karena Kredit Macet

Dia menegaskan bahwa meskipun terjadi penurunan laba, hal tersebut bukan indikator utama dalam menilai kondisi industri multifinance secara keseluruhan.

“Minus atau plus itu tidak menjadi satu barometer. Yang penting adalah perusahaan itu mungkin kurang mencetak laba, tapi masih laba,” katanya. 

Baca Juga :  Daftar 10 Saham Penopang IHSG Pekan Ini, Bank Jumbo BMRI, BBRI & BBCA Teratas

Baca Juga : : 4 Syarat yang Harus Dimiliki Debt Collector Leasing saat Menarik Jaminan Nasabah Macet

Suwandi pun tetap optimistis bahwa industri multifinance masih mampu mencatatkan laba pada 2025, meskipun belum bisa dipastikan apakah pertumbuhannya akan signifikan. Selain itu, Suwandi juga menyoroti langkah-langkah perbaikan yang telah dilakukan banyak perusahaan pembiayaan untuk menekan lonjakan NPF dan menjaga kualitas kredit tetap stabil.

“Saya melihat banyak perusahaan sudah melakukan perbaikan supaya tidak terus meningkat. Nah, sekarang kan sebenarnya kualitas sudah semakin membaik. Saya pikir tadi 2,7% tutup Desember, ya, turun 0,01 tapi masih bisa bertahan,” ungkapnya.

Baca Juga : : Kerajaan Leasing Sinar Mas (SMMA), Lepas Mitra Jepang Gandeng Hyundai Korea Hingga Wuling China

Lebih lanjut, dia menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam mengelola keuangan dan membayar kewajiban tepat waktu agar stabilitas industri pembiayaan tetap terjaga.

“Yang penting buat kami, kami tidak mementingkan jaminan itu ditarik, tapi yang kami pentingkan adalah pembayarannya ada terus,” tegasnya.

Baca Juga :  Investor Asing Kembali Borong Saham: Ini Rekomendasi Analis!

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa laba bersih perusahaan multifinance setelah pajak turun 3,53% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp18,72 triliun per Oktober 2024, dari Rp19,41 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan laba ini terutama dipengaruhi oleh kenaikan beban perusahaan yang mencapai Rp90,18 triliun, meningkat 17,27% yoy dari Rp76,9 triliun. Beban operasional mengalami lonjakan signifikan menjadi Rp89,11 triliun, naik 16,77% yoy dari Rp76,25 triliun per Oktober 2023.

Sementara itu, dari sisi pendapatan, perusahaan multifinance mencatatkan total pendapatan Rp114 triliun, meningkat 12,57% yoy dari Rp101,3 triliun pada tahun sebelumnya.

Dalam hal pembiayaan, pembiayaan multiguna tetap menjadi segmen utama dengan nilai Rp50,19 triliun, tumbuh 7,55% yoy dari Rp46,67 triliun pada Oktober 2023. Pembiayaan investasi juga mencatatkan pertumbuhan 18,4% yoy menjadi Rp24,62 triliun, sementara pembiayaan modal kerja naik 4,64% yoy menjadi Rp7,74 triliun.

Selain itu, pembiayaan syariah menunjukkan pertumbuhan signifikan, mencapai Rp7,8 triliun, meningkat 59,12% dari Rp4,9 triliun pada Oktober 2023.

Berita Terkait

WSKT: Restrukturisasi Obligasi Rp 1,3 Triliun Rampung 2025, Bagaimana Nasibnya?
Saham Bank BUMN Anjlok, BNI Terparah? Cek Update Harga!
IHSG Merosot, Saham AMMN, MAPI, UNVR Jadi Top Losers Senin Ini
Hotel Fitra Ekspansi Umrah, Targetkan Pertumbuhan Double Digit di 2025
Benang Sintetis Impor: Industri Tekstil Belum Pulih Meski Ada Bea Masuk?
IHSG Rawan Tertekan, Ketegangan Geopolitik dan Suku Bunga Jadi Biang Kerok?
IHSG Anjlok! UNVR, BRPT, CTRA Jadi Biang Kerok LQ45?
Saham Big Banks Loyo, Ada Apa dengan Sektor Perbankan?

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 19:42 WIB

WSKT: Restrukturisasi Obligasi Rp 1,3 Triliun Rampung 2025, Bagaimana Nasibnya?

Senin, 16 Juni 2025 - 17:32 WIB

Saham Bank BUMN Anjlok, BNI Terparah? Cek Update Harga!

Senin, 16 Juni 2025 - 16:57 WIB

IHSG Merosot, Saham AMMN, MAPI, UNVR Jadi Top Losers Senin Ini

Senin, 16 Juni 2025 - 16:07 WIB

Hotel Fitra Ekspansi Umrah, Targetkan Pertumbuhan Double Digit di 2025

Senin, 16 Juni 2025 - 15:17 WIB

Benang Sintetis Impor: Industri Tekstil Belum Pulih Meski Ada Bea Masuk?

Berita Terbaru

sports

Skuad Garuda Muda, Ini 30 Pemain TC Timnas U23 AFF 2025!

Senin, 16 Jun 2025 - 20:27 WIB

Family And Relationships

Clarissa Tanoe Lahirkan Anak Pertama di Hari Ayah, Kado Terindah!

Senin, 16 Jun 2025 - 20:12 WIB