AS Bombardir Nuklir Iran, Apa Dampaknya?

Avatar photo

- Penulis

Senin, 23 Juni 2025 - 07:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Serangan Presisi AS Hancurkan Fasilitas Nuklir Iran: ‘Operation Midnight Hammer’ Ungkap Peran Israel

Jakarta – Dalam sebuah operasi militer berskala besar yang diberi nama ‘Operation Midnight Hammer’, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat dilaporkan telah melancarkan serangan dahsyat terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Ahad pagi, 22 Juni 2025. Serangan terkoordinasi ini, yang menyasar situs-situs krusial di Fordow, Natanz, dan Isfahan, dilakukan di bawah pengawasan Komando Pusat Angkatan Bersenjata Amerika (Centcom), mengguncang kawasan Timur Tengah dan memicu ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bagaimana persisnya operasi militer kompleks ini dilancarkan? Dan seberapa besar peran Israel dalam serangan presisi ini?

‘Operation Midnight Hammer’ melibatkan tujuh pesawat pengebom siluman B-2 Spirit dan lebih dari 30 rudal serang Tomahawk yang ditembakkan dari kapal selam bertenaga nuklir berpeluru kendali kelas Ohio. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam pidatonya di Gedung Putih pada Sabtu malam, 21 Juni 2025, dengan tegas menyatakan, “Fasilitas pengayaan nuklir utama Iran telah hancur total.” Ini menandai eskalasi signifikan dalam konflik regional yang sedang berlangsung.

Menurut laporan USNI News, media Institut Angkatan Laut Amerika Serikat, paket serangan utama yang terdiri dari tujuh pengebom B-2 Spirit memulai perjalanan pulang-pergi maraton dari Pangkalan Udara Whiteman di Missouri, Amerika, pada Jumat tengah malam, 20 Juni 2025. Pesawat-pesawat canggih ini menempuh lebih dari 18 jam penerbangan melintasi Atlantik, Laut Mediterania, dan menuju Timur Tengah, didukung penuh oleh armada pengisi bahan bakar udara KC-135 dan KC-46A Pegasus. Pada Minggu pagi pukul 2.10 waktu Iran, mereka menjatuhkan 14 bom GBU-57/B Massive Ordnance Penetrators ke fasilitas pengayaan nuklir di Natanz dan Fordo.

Bom GBU-57/B, sebuah senjata berpresisi tinggi yang dikembangkan Boeing, memiliki berat 30 ton dan panjang 6 meter, dirancang khusus untuk menghancurkan bunker dengan akurasi mematikan. Kemampuannya menembus beton setebal 30 meter menjadikannya satu-satunya senjata dalam gudang senjata Amerika atau Israel yang dianggap mampu melumpuhkan fasilitas pengayaan uranium bawah tanah Iran.

“Pasukan Amerika menggunakan total sekitar 75 senjata berpemandu presisi selama operasi ini,” ungkap Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Angkatan Udara Dan Caine, dalam konferensi pers di Pentagon pada Ahad, 22 Juni 2025. Caine menambahkan bahwa penilaian awal kerusakan pertempuran menunjukkan ketiga lokasi mengalami kerusakan dan kehancuran yang sangat parah, meskipun dampak penuhnya masih memerlukan waktu untuk dipastikan.

Caine lebih lanjut menjelaskan bahwa ini adalah serangan B-2 terbesar dalam sejarah Amerika dan misi B-2 terlama kedua yang pernah diterbangkan, hanya dilampaui oleh serangan-serangan pasca 11 September. Jauh sebelum serangan itu, Komandan Centcom Michael Kurilla telah mengambil langkah proaktif meningkatkan perlindungan pasukan di seluruh wilayah, terutama di Irak, Suriah, dan Teluk. “Pasukan kami dalam keadaan siaga tinggi dan sepenuhnya siap untuk menanggapi setiap serangan balasan Iran atau serangan proksi, yang akan menjadi pilihan yang sangat buruk,” tegas Caine.

Baca Juga :  Reaksi Publik Indonesia Terhadap Paus Leo XIV Terpilih

Misi rumit ini juga melibatkan strategi penipuan yang cerdik. Amerika mengirim kelompok B-2 terpisah ke arah barat di atas Samudra Pasifik sebagai upaya penipuan, sebuah taktik yang hanya diketahui oleh sejumlah kecil perencana dan pemimpin utama di Washington dan markas besar Centcom. Secara keseluruhan, lebih dari 125 pesawat menjadi bagian dari misi ini, termasuk pesawat intelijen, pengawasan, dan pengintaian, serta pesawat pengisi bahan bakar.

Sebelum B-2 mendekati dua fasilitas pengayaan nuklir di Natanz dan Fordo, beberapa pesawat tempur Amerika generasi keempat dan kelima bergabung dengan pesawat pengebom. Pesawat-pesawat tempur ini bergerak maju di depan paket serangan pada ketinggian dan kecepatan tinggi, menyapu area di depan paket untuk mendeteksi pesawat tempur musuh dan ancaman rudal permukaan-ke-udara.

Sistem pertahanan udara Iran ternyata tidak berdaya menghadapi serangan ini. Pertahanan udara Negeri Mullah tersebut dilaporkan telah rusak parah akibat serangan udara Israel yang terus berlanjut sejak 13 Juni 2025, membuat Iran tidak mampu berbuat banyak ketika pengebom Amerika tiba.

Menurut Caine, sebuah kapal selam Amerika yang tidak disebutkan namanya meluncurkan lebih dari dua lusin rudal Tomahawk ke fasilitas nuklir di Isfahan setelah B-2 menjatuhkan bomnya. USNI News mengidentifikasi kemungkinan kapal selam tersebut sebagai USS Georgia, kapal selam bertenaga nuklir Amerika yang mampu mengangkut lebih dari 150 BGM-109 Tomahawk Land Attack Missile (TLAM), yang diketahui memasuki wilayah tersebut pada September 2025. Caine menyatakan tidak ada serangan balasan yang terdeteksi terhadap serangan tersebut. “Kami tidak mengetahui adanya tembakan yang dilepaskan ke paket tersebut saat keluar. Jet tempur Iran tidak terbang dan tampaknya sistem rudal permukaan-ke-udara Iran tidak melihat kami,” tambahnya.

Selama konflik Iran-Israel yang memanas, Amerika telah mengerahkan sejumlah besar armada tempurnya di sekitar Timur Tengah. Pada Jumat, 20 Juni 2025, Kelompok Serang Kapal Induk Carl Vinson beroperasi di Laut Arab Utara, bersamaan dengan kedatangan Kelompok Serang Kapal Induk Nimitz. Selain itu, USS Forrest Sherman dan USS Truxtun, dua kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, telah ditempatkan di Laut Merah. Angkatan Laut Amerika juga memposisikan lima kapal pertahanan rudal balistik di Laut Mediterania: USS Arleigh Burke, USS Thomas Hudner, USS The Sullivans, USS Paul Ignatius, dan USS Oscar Austin. Kelimanya mampu mencegat rudal balistik yang menyasar Israel atau pangkalan Amerika di wilayah tersebut. Di darat, Amerika memiliki sekitar 40.000 tentara yang tersebar di Irak, Kuwait, Bahrain, Yordania, Suriah, Qatar, dan wilayah lainnya.

Baca Juga :  Dasco Temui Megawati, Bahas Pilpres 2024? Bocoran Pertemuan di Sini!

“Ini adalah misi yang rumit dan berisiko tinggi, yang dilaksanakan dengan keterampilan dan disiplin yang luar biasa oleh pasukan gabungan kita,” kata Caine. Misi ini, menurutnya, menunjukkan “jangkauan, koordinasi, dan kemampuan militer Amerika yang tak tertandingi.” Ia mengamini penilaian Presiden Trump bahwa “tidak ada militer lain di dunia yang dapat melakukan ini.”

Menteri Pertahanan Pete Hegseth menegaskan bahwa serangan ini secara eksklusif berfokus pada program nuklir Iran. “Misi ini bukan, dan tidak pernah, ditujukan untuk pergantian rezim. Presiden mengesahkan operasi presisi ini untuk menetralkan ancaman terhadap kepentingan nasional kita yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran dan (mendukung) pertahanan diri kolektif pasukan kita dan sekutu kita, Israel,” kata Hegseth dalam konferensi pers yang sama, menjelaskan tujuan strategis operasi tersebut.

Di sisi lain, para pejabat tinggi Iran mengecam keras serangan Amerika dan menegaskan hak negara itu untuk membela diri. Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi menyebut operasi Amerika itu sebagai “pelanggaran yang keterlaluan, serius, dan belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional. “Pemerintahan yang suka berperang dan melanggar hukum di Washington bertanggung jawab sepenuhnya atas konsekuensi berbahaya dan implikasi yang luas dari tindakan agresinya,” ujar Araghchi dalam konferensi pers di Istanbul, Turki.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga mengecam serangan Amerika dan menuding Washington berada di balik serangan Israel. “Agresi ini menunjukkan bahwa Amerika adalah faktor utama di balik tindakan permusuhan rezim Zionis terhadap Republik Islam Iran,” katanya, seperti dikutip kantor berita Iran *IRNA*. Serangan ini semakin memperparah tensi di Timur Tengah, dengan potensi dampak geopolitik yang masif.

Pilihan editor:
* Siapa Bakal Menang dalam Perang Iran-Israel
* Kisah Warga Indonesia di Tengah Perang Iran-Israel

Berita Terkait

Sebelum Diserang AS, Iran Amankan Uranium di Fordow
Nadiem Makarim Diperiksa Kejaksaan, Kasus Korupsi Chromebook Mencuat?
Nadiem Makarim Diperiksa Kejagung, Kasus Laptop Pengadaan?
Evakuasi WNI Iran-Israel, Ini Langkah Cepat Pemerintah Selamatkan Ratusan Jiwa
Rupiah Terancam, BI Siapkan Jurus Hadapi Dampak Serangan AS-Iran
Serangan AS ke Iran, Ini Reaksi DPR dan Analis!
Nuklir Iran: Sejarah Kelam, Kerja Sama Rahasia dengan AS Terungkap!
Iran Evakuasi Nuklir, Siap Hadapi Serangan AS? Update Terkini!

Berita Terkait

Senin, 23 Juni 2025 - 12:27 WIB

Sebelum Diserang AS, Iran Amankan Uranium di Fordow

Senin, 23 Juni 2025 - 12:23 WIB

Nadiem Makarim Diperiksa Kejaksaan, Kasus Korupsi Chromebook Mencuat?

Senin, 23 Juni 2025 - 11:23 WIB

Nadiem Makarim Diperiksa Kejagung, Kasus Laptop Pengadaan?

Senin, 23 Juni 2025 - 09:28 WIB

Evakuasi WNI Iran-Israel, Ini Langkah Cepat Pemerintah Selamatkan Ratusan Jiwa

Senin, 23 Juni 2025 - 07:32 WIB

AS Bombardir Nuklir Iran, Apa Dampaknya?

Berita Terbaru

politics

Sebelum Diserang AS, Iran Amankan Uranium di Fordow

Senin, 23 Jun 2025 - 12:27 WIB

entertainment

Randy Martin: Profil, Biodata, Agama, dan Fakta Kekasih Lyodra

Senin, 23 Jun 2025 - 12:03 WIB