Apindo: Dampak BI Rate Tetap 5,75% Bagi Dunia Usaha Indonesia

- Penulis

Kamis, 24 April 2025 - 02:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com, JAKARTA — Kalangan pelaku usaha mendesak Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah untuk mengkaji ulang opsi kebijakan selain menaikkan suku bunga acuan. Mereka mengusulkan berbagai stimulus sebagai upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Desakan ini muncul seiring dengan keputusan BI yang mempertahankan suku bunga acuan, atau BI Rate, stabil di angka 5,75% pada April 2025. Meskipun demikian, kalangan dunia usaha tetap menghormati keputusan yang telah diambil oleh bank sentral.

Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 22–23 April 2025 telah menghasilkan keputusan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%.

: Tok! BI Rate Tidak Berubah, Tetap 5,75% pada April 2025 di Tengah Gejolak Kebijakan Trump

Shinta W Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), menyampaikan bahwa dunia usaha memahami betul posisi sulit yang dihadapi BI dalam menentukan arah kebijakan suku bunga acuan.

“Di satu sisi, kita memiliki kebutuhan mendesak untuk menurunkan suku bunga demi mendorong pertumbuhan aktivitas ekonomi domestik yang cenderung sluggish [lamban],” jelas Shinta kepada Bisnis, Rabu (23/4/2025).

: : Nilai Rupiah Melemah, Berakhir pada Rp16.871 per Dolar AS Meski BI Rate Stagnan di 5,75%

Baca Juga :  Jaga Rupiah Tetap Stabil, BI Intervensi di Pasar Setiap Hari

Namun, Shinta menambahkan bahwa pada saat yang bersamaan, BI juga harus mampu menyeimbangkan dan menjaga daya tarik suku bunga demi menjaga stabilitas moneter, khususnya terkait dengan nilai tukar rupiah yang terus menerus tertekan oleh dinamika geopolitik dan ekonomi global.

“Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa keputusan yang diambil BI saat ini adalah keputusan yang relatif prudent, meskipun mungkin bukan yang paling ideal bagi kepentingan pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan,” ungkapnya.

: : BI Rate Mantap di 5,75%, Pengusaha Optimis Stabilitas Industri dan Pasar Terjaga

Akan tetapi, dengan tingkat suku bunga yang berlaku saat ini, Apindo memprediksi bahwa akan sangat menantang bagi pemerintah untuk meningkatkan aktivitas ekonomi secara signifikan di masa mendatang, terutama dengan proyeksi meningkatnya tekanan eksternal. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian iklim ekonomi global yang semakin meningkat pasca kepresidenan Trump.

“Jika suku bunga acuan yang ada saat ini dibiarkan tetap tinggi seperti ini, akan sangat sulit untuk memacu pertumbuhan nasional ke tingkat yang lebih tinggi, terutama ketika ekonomi nasional sedang menghadapi tekanan eksternal yang semakin kuat,” paparnya.

Baca Juga :  Harga Emas Antam dan UBS Anjlok di Pegadaian, Kini Mulai Rp1,07 Juta!

Sebagai konsekuensinya, Shinta menjelaskan, potensi pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini berisiko lebih rendah dari target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Oleh karena itu, Apindo menghimbau agar BI dan pemerintah dapat mempertimbangkan serangkaian kebijakan alternatif yang bertujuan untuk menciptakan stabilitas nilai tukar tanpa harus menaikkan suku bunga acuan.

“Kalaupun suku bunga acuan harus tetap tinggi pada level ini, atau bahkan lebih tinggi lagi, pemerintah dan BI perlu merancang dan menerapkan stimulus moneter dan non-moneter yang benar-benar efektif,” tegasnya.

Menurut Shinta, dengan adanya stimulus moneter dan non-moneter yang tepat sasaran, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi beban usaha di sektor riil, sehingga pertumbuhan kegiatan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja dapat terus berada dalam tren positif, meskipun Indonesia sedang menghadapi tekanan eksternal.

“Tanpa adanya stimulus-stimulus yang efektif, hampir dapat dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional akan terasa kurang kuat di penghujung tahun,” tutupnya.

Berita Terkait

NICL Bagi Dividen Rp15, Peluang Investasi Saham Nikel?
Emiten Healthcare: Kenapa Sekarang ‘Tertatih’, Tapi Tetap Cuan Jangka Panjang?
Dividen Jumbo BUMN Mengalir ke Negara, Dampaknya?
Akhir Tahun IHSG 7600+, Ini Daftar Saham Potensi Cuan!
Kadin Kirim 5.000 Pekerja Migran, Negara Mana Saja?
Haiyanto Borong Saham ELSA, Kuasai Saham Individu Terbesar Elnusa
Lucy Guo, Miliarder Muda: Pilih Drop Out Kuliah Demi Beasiswa Thiel
Iran Serang Israel, Bursa Saham Teluk Bergejolak! Investor Panik?

Berita Terkait

Minggu, 15 Juni 2025 - 23:42 WIB

NICL Bagi Dividen Rp15, Peluang Investasi Saham Nikel?

Minggu, 15 Juni 2025 - 21:57 WIB

Emiten Healthcare: Kenapa Sekarang ‘Tertatih’, Tapi Tetap Cuan Jangka Panjang?

Minggu, 15 Juni 2025 - 21:52 WIB

Dividen Jumbo BUMN Mengalir ke Negara, Dampaknya?

Minggu, 15 Juni 2025 - 21:07 WIB

Akhir Tahun IHSG 7600+, Ini Daftar Saham Potensi Cuan!

Minggu, 15 Juni 2025 - 20:22 WIB

Kadin Kirim 5.000 Pekerja Migran, Negara Mana Saja?

Berita Terbaru

technology

Smartwatch Canggih, Peringatan Gempa Bumi di Pergelangan Tangan!

Senin, 16 Jun 2025 - 02:17 WIB

Uncategorized

Taman Balekambang, Me Time Asyik di Tengah Kota Solo

Senin, 16 Jun 2025 - 01:57 WIB

politics

Prabowo ke Singapura-Rusia, Dasco & Gibran Lepas di Bandara!

Senin, 16 Jun 2025 - 01:37 WIB

Family And Relationships

Gustiwiw Meninggal, Ibunda: Pamit Sehat Bikin Konten, Sempat Tak Percaya

Senin, 16 Jun 2025 - 01:32 WIB