Apa itu Munggahan? Ini Arti, Sejarah, dan Maknanya

- Penulis

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ada banyak tradisi di Indonesia untuk menyambut bulan suci Ramadan yang akan segera datang. Kini, beberapa tradisi tersebut masih terus dipertahankan oleh masyarakat, salah satunya adalah munggahan. 

Munggahan adalah tradisi yang ada pada masyarakat Sunda sebelum Ramadan. Tradisi ini dilakukan dengan berkumpul bersama kerabat dan makan bersama. Terdapat sejarah di balik tradisi ini yang bisa membuat bulan Ramadan makin bermakna. 

Untuk mengetahui lebih jauh tentang arti, sejarah, dan makna tradisi munggahan, simak ulasan di bawah ini ya, Bela!

1. Apa itu munggahan?

Istilah munggahan berasal dari bahasa Sunda “unggah” yang artinya naik. Naik dalam hal ini artinya adalah naik ke bulan suci atau naik derajatnya. Secara filosofis, munggahan adalah prosesi menyambut bulan Ramadan yang penuh kemuliaan sehingga masyarakat muslim akan dinaikkan derajatnya. 

Tradisi ini sejak dulu dilakukan oleh masyarakat muslim, tepatnya di tanah Sunda. Di daerah lainnya, tradisi semacam munggahan juga dilakukan dengan istilah yang berbeda. Di antaranya adalah papajar di Bandung dan cucurak di Bogor. 

2. Apa yang dilakukan saat munggahan?

Berbeda dengan kebanyakan tradisi yang memiliki pakem tertentu, aktivitas yang dilakukan saat munggahan justru bervariasi dan tidak terlalu formal. Biasanya, masyarakat berkumpul di rumah, masjid, atau musala mengundang para tetangga, keluarga, dan kerabatnya. 

Baca Juga :  7 SHIO Mujur HOKI Datang Dari Berbagai Arah Menurut Ramalan Shio Selasa 25 Februari 2025

Setelah itu, mereka kemudian makan bersama yang disebut dengan istilah “botram”. Baru setelah makan, mereka akan saling bermaaf-maafan dan berdoa bersama. Tak jarang mereka juga mengundang para kyai untuk membaca tahlil dan doa. 

Beberapa yang lainnya juga melanjutkan aktivitas dengan pergi berwisata atau berziarah ke makam orang tua. Tak sampai di situ saja, satu hari menjelang puasa ada tradisi sedekah munggah yang melengkapi tradisi ini.

3. Menu yang disajikan saat munggahan

Adapun menu saat munggahan di antaranya adalah nasi kluban, bubur nasi, serta tumpeng yang berisi apem, pasung, pisang raja, dan ketan. Namun, menu tersebut bisa lebih bervariasi bergantung di mana tradisi ini diselenggarakan. 

Di antara berbagai menu tersebut, ada beberapa yang wajib menjadi suguhan saat munggahan, yaitu apem, pasung, pisang raja, dan ketan. Sebab, setiap menu tersebut memiliki makna tersendiri untuk menyambut bulan Ramadan. 

Ketan yang mirip dengan beras melambangkan kesucian yang akan diperoleh manusia sebelum memasuki bulan Ramadan. Sementara apam atau apem yang terbuat dari telur, gula, santan, dan tape memiliki makna maaf atau ampunan dari bahasa Arab “afwan”. 

Kemudian, kue pasung yang mirip dengan apem tapi memiliki bentuk yang berbeda diambil dari bahasa Arab “fashoum” yang artinya mengikat atau memasung diri dari hawa nafsu. 

Baca Juga :  Tupperware Hengkang: Akhir Kisah 33 Tahun di Indonesia

Terakhir, pisang raja yang berbiji lembut berasal dari bahasa Arab “ghidan rojaa” yang artinya adalah harapan yang kita minta kepada Allah SWT. 

4. Sejarah tradisi munggahan

Tradisi ini mulanya diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa. Sunan Kalijaga menggunakannya sebagai metode akulturasi budaya ketika penyebaran Islam. Sekarang, tradisi munggahan biasanya dilakukan pada akhir bulan Sya’ban pada kalender Hijriyah, tepatnya sehari sebelum Ramadan. 

5. Makna tradisi munggahan

Dengan diselenggarakannya tradisi ini, manfaat dari munggahan adalah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Selain itu, tradisi ini juga bertujuan untuk membersihkan diri dari hal-hal buruk selama setahun sebelumnya. 

Harapannya, di bulan Ramadan yang akan datang, ia akan terhindar dari perbuatan yang tidak baik. Selain itu, munggahan juga bisa mengeratkan tali silaturahmi antar warga. Seperti dengan ciri khas masyarakat Sunda yang dikenal dengan kekerabatannya yang tinggi. 

Sebagian orang lainnya juga melakukan ziarah saat munggahan karena meyakini bahwa kehidupan para orang tua, saudara, dan leluhur dipercaya masih memiliki hubungan spiritual. 

Jadi, munggahan adalah tradisi yang membuat hubungan sosial makin erat dan terjaga. Munggahan juga bertujuan untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang buruk saat bulan Ramadan. 

Berita Terkait

Jejak Perjuangan Kartini: 5 Destinasi Wisata Penuh Inspirasi
Pesta Rakyat Nusantara TMII: Target 200 Ribu Pengunjung Ramaikan Perhelatan
UNESCO Tetapkan 16 Geopark Global Baru, Indonesia Sumbang Dua Situs
Surat Kartini Diakui UNESCO Sebagai Warisan Ingatan Dunia 2025
Mengungkap Kisah Emas: Perjalanan dari Tambang Kuno Hingga Investasi Modern
Museum Kayu Kalteng: Ungkap Jejak Keemasan Hutan Kalimantan Tengah
Taman Safari Terjebak Konflik OCI: Dampak Sengit vs Mantan Pemain Sirkus
Arkeologi Ungkap Fakta Tersembunyi di Balik Penyaliban Yesus

Berita Terkait

Senin, 21 April 2025 - 12:16 WIB

Jejak Perjuangan Kartini: 5 Destinasi Wisata Penuh Inspirasi

Senin, 21 April 2025 - 11:59 WIB

Pesta Rakyat Nusantara TMII: Target 200 Ribu Pengunjung Ramaikan Perhelatan

Minggu, 20 April 2025 - 21:24 WIB

UNESCO Tetapkan 16 Geopark Global Baru, Indonesia Sumbang Dua Situs

Minggu, 20 April 2025 - 20:24 WIB

Surat Kartini Diakui UNESCO Sebagai Warisan Ingatan Dunia 2025

Minggu, 20 April 2025 - 11:19 WIB

Mengungkap Kisah Emas: Perjalanan dari Tambang Kuno Hingga Investasi Modern

Berita Terbaru

entertainment

Wajib Tonton: 5 Film Terbaik Karya Sutradara Joseph Kosinski

Kamis, 1 Mei 2025 - 04:39 WIB

Uncategorized

Wajib Tonton: 5 Film Terbaik Karya Sutradara Joseph Kosinski

Kamis, 1 Mei 2025 - 04:36 WIB