Ragamutama.com JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), atau yang lebih dikenal dengan Antam, saat ini tengah melakukan evaluasi mendalam terkait porsi kepemilikan saham mereka dalam inisiatif proyek ekosistem kendaraan listrik (EV) terintegrasi. Langkah ini diambil setelah kerjasama yang direncanakan dengan LG Energy Solution (konsorsium LG) mengalami perubahan arah dan tidak berlanjut sesuai rencana awal.
“Pertanyaan mengenai besaran saham yang semula dialokasikan untuk LG secara automaticlly menjadi tidak relevan seiring dengan perubahan komitmen awal LG dalam diskusi ekosistem EV,” jelas Direktur Utama Antam, Nicolas Carter, dalam acara Earnings Call PT Antam yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (09/05).
Nico, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa keluarnya LG dari proyek ini membawa implikasi pada perubahan peran yang signifikan. Antam kini aktif mencari mitra baru yang potensial untuk bergabung dalam proyek strategis ini.
“Dengan perubahan peran ini, kita perlu mencari pengganti LG, yaitu mitra baru. Identifikasi mitra ini menjadi agenda penting yang perlu didiskusikan secara komprehensif dengan pemerintah, Danantara, dan juga MIND ID,” tambahnya.
Meskipun demikian, proyek EV terintegrasi lainnya yang juga menjadi bagian dari portofolio Antam, yakni proyek Dragon yang dijalankan bersama dengan anak perusahaan dari Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), yaitu Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), tetap berjalan sesuai dengan kerangka kesepakatan yang telah disetujui.
Jadi Pemasok Nikel dalam Proyek Titan yang Dilepas LG, Antam Bilang Begini
“Pengalaman kami dengan CBL memberikan pelajaran berharga. Proses pembentukan joint venture (JV) dari tahap 1 hingga 5 tidaklah sederhana dan membutuhkan waktu yang cukup panjang,” ungkap Nico.
Ia juga mengakui bahwa kemajuan kerjasama dalam proyek Titan, yang melibatkan LG, menunjukkan perkembangan yang lebih lambat dibandingkan dengan kemajuan proyek Dragon bersama CBL.
“Ketika kita memulai inisiasi dengan Huayou dan LG, prosesnya serupa, tetapi mungkin terasa lebih lambat, atau bahkan sangat slow,” tambahnya.
Sebagai informasi tambahan, Antam, melalui perusahaan patungan (JV) bersama PT PLN Persero, PT Inalum, dan PT Pertamina Persero (melalui Pertamina NRE), yakni Indonesia Battery Corporation (IBC), memiliki proyek EV terintegrasi yang diberi nama proyek Titan, yang melibatkan LG dan Zhejiang Huayou Cobalt Co (Huayou).
Pemerintah Indonesia kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama dengan LG dalam proyek ini, dengan alasan adanya perubahan dinamika permintaan baterai EV di tingkat global, menurut penjelasan dari IBC.
LG Lepas Proyek Titan, Kerja Sama Indonesia-China Lewat Proyek Dragon Tetap Jalan
“Key challenge yang dihadapi (LG) adalah bahwa target market mereka adalah NMC, yang sebagian besar berorientasi ke pasar Eropa, Amerika, dan wilayah serupa,” kata VP Commercial and Marketing IBC, Bayu Hermawan, saat berbicara di Jakarta, Kamis (24/04).
Terkait kelanjutan proyek Titan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia telah mengumumkan bahwa Huayou akan mengambil alih posisi yang ditinggalkan oleh LG.
“Perubahan terjadi pada level investor, di mana LG tidak melanjutkan keterlibatannya pada JV 1, 2, dan 3 yang baru. Posisi tersebut telah digantikan oleh mitra strategis dari China, yaitu Huayou, yang akan berkolaborasi dengan BUMN kita,” jelasnya melalui siaran pers pada Rabu (23/4).
Ia pun menegaskan bahwa secara konseptual, pembangunan megaproyek baterai yang juga dikenal dengan sebutan Indonesia Grand Package tidak mengalami perubahan yang signifikan.
“Infrastruktur dan rencana produksi tetap sesuai dengan peta jalan yang telah ditetapkan sejak awal,” pungkasnya.
Meski Cabut dari Proyek Titan, Hyundai Pastikan LG Tetap Lanjutkan Proyek Baterai EV