Pemerintah Didesak Bijak Kelola Belanja Negara Demi Genjot Pertumbuhan Ekonomi Semester II
Jakarta – Geliat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini menunjukkan sinyal perlambatan, memicu kekhawatiran dari berbagai pihak. Menanggapi kondisi tersebut, Analis Kebijakan Ekonomi dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Ajib Hamdani, mendesak pemerintah untuk menerapkan prinsip kebijaksanaan dalam pengelolaan belanja negara. Langkah strategis ini dinilai krusial guna mendorong target pertumbuhan ekonomi yang maksimal, khususnya pada semester kedua tahun 2025.
Ajib menyoroti data pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 yang hanya mencapai 4,87 persen, angka ini lebih rendah dibandingkan capaian kuartal pertama tahun lalu sebesar 5,11 persen. “Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi pada semester kedua, diharapkan pemerintah bisa menjadikan *government spending* sebagai stimulus utama,” ungkap Ajib melalui keterangan tertulisnya pada Selasa, 10 Juni 2025. Penekanan pada belanja pemerintah sebagai pendorong utama diharapkan mampu mengatasi tren penurunan ini.
Lebih lanjut, Ajib menekankan pentingnya kehati-hatian atau kebijaksanaan dalam membelanjakan anggaran pemerintah. Salah satu strategi efektif adalah dengan berfokus pada penciptaan lapangan pekerjaan baru serta penguatan ketahanan pangan dan energi. Investasi di sektor-sektor vital ini tidak hanya akan memberikan dampak jangka pendek, tetapi juga manfaat berkelanjutan di masa mendatang, selaras dengan program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
Meskipun demikian, Ajib mengapresiasi langkah pemerintah dalam mendorong program insentif dan stimulus yang telah diluncurkan. Kebijakan ini dianggap sebagai fondasi positif untuk mencapai proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di masa depan, menjaga angka tetap di kisaran 5 persen. “Bantuan Langsung Tunai (BLT) akan efektif meningkatkan konsumsi masyarakat dan mendongkrak daya beli,” tambahnya, menyoroti dampak positif dari program bantuan sosial tersebut.
Di tengah upaya menjaga stabilitas ekonomi domestik, Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) sebelumnya telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen, turun dari perkiraan awal 4,9 persen. Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena global, tidak hanya khusus terjadi di Indonesia.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar tersebut menegaskan komitmen pemerintah untuk berfokus pada upaya menjaga daya beli masyarakat sebagai kunci utama mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Salah satu realisasinya adalah melalui peluncuran lima paket stimulus ekonomi. “Kami juga memonitor dari berbagai negara di OECD, sebagian besar juga membuat paket-paket agar bisa menjaga daya beli masyarakatnya dalam situasi seperti sekarang,” jelas Airlangga dalam konferensi pers daring pada Rabu malam, 4 Juni 2025. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, menurut Airlangga, salah satunya berkaitan erat dengan dampak perang tarif atau tarif resiprokal yang diberlakukan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump, yang mengganggu sesi perdagangan bagi Indonesia dan banyak negara lainnya.
Anastasya Lavenia berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Prabowo Siapkan Stimulus untuk Ungkit Daya Beli. Efektifkah?