Ancaman Tarif Trump: Dampaknya Bagi Ekonomi Global dan Investasi Indonesia Menurut Ekonom

- Penulis

Kamis, 3 April 2025 - 14:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com, Jakarta – Kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, menuai sorotan. Ekonom Wijayanto Samirin memandang kebijakan yang disebut reciprocal tariff ini sebagai strategi protektif fiskal bagi AS, meskipun berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi banyak negara lain di seluruh dunia.

Wijayanto Samirin adalah seorang ekonom senior dengan pengalaman luas. Ia pernah menjabat sebagai Penasihat Wakil Presiden Indonesia Bidang Ekonomi dan Keuangan pada periode 2014-2019.

Lebih lanjut, Wijayanto menjelaskan bahwa penerapan tarif impor ini berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi global. Organisasi-organisasi keuangan internasional, seperti IMF, Bank Dunia, dan OECD, diperkirakan akan merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global mereka. Selain itu, investor cenderung mencari keamanan dengan mengalihkan aset mereka ke instrumen yang lebih stabil, seperti emas dan obligasi pemerintah.

Menurutnya, pasar saham global berpotensi mengalami fluktuasi yang tinggi dengan kecenderungan pelemahan. Nilai tukar mata uang berbagai negara juga diperkirakan akan terkena dampak dari kebijakan ini.

Bagi Indonesia, imbuh Wijayanto, kebijakan tarif impor ini menambah beban tantangan ekonomi yang sudah ada. Target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen tahun ini menjadi semakin sulit untuk dicapai. “Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami tekanan, terutama pada sektor-sektor yang berorientasi ekspor seperti tekstil, produk karet, dan elektronik. Nilai Rupiah juga berisiko mengalami pelemahan seiring dengan meningkatnya tekanan eksternal,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang disampaikan pada Kamis, 3 April 2025.

Baca Juga :  Zulhas Ungkap Jurus Koperasi Desa Merah Putih Tekan Rentenir

Dari aspek tenaga kerja, Wijayanto menilai bahwa peningkatan tarif impor AS terhadap produk-produk Indonesia – yang sebagian besar berasal dari industri padat karya seperti sepatu dan tekstil – dapat memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Di sisi lain, upaya refinancing utang pemerintah sebesar Rp 800 triliun dan pembiayaan utang baru sebesar Rp 700 triliun pada tahun ini menjadi tantangan yang semakin berat.

Menghadapi dampak dari kebijakan Trump ini, Wijayanto mengusulkan tujuh langkah prioritas:

• Memperkuat cadangan devisa melalui implementasi kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) guna mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global.

Baca Juga :  Cerita Wiyatno-Dodo Setelah Dilantik Presiden Prabowo Subianto

• Melakukan rekalibrasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan memangkas belanja yang tidak esensial dan mengalokasikan dana ke program-program yang bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan menciptakan lapangan kerja.

• Memperketat pengawasan impor, baik yang legal maupun ilegal, untuk melindungi produsen dalam negeri dan mengamankan pendapatan negara.

• Memperkuat industri jasa keuangan, khususnya sektor perbankan dan pasar modal, agar mampu berperan sebagai penyangga terhadap guncangan ekonomi.

• Pemerintah perlu merumuskan kebijakan ekonomi yang jelas dan realistis, serta mengkomunikasikannya secara efektif kepada publik.

• Meningkatkan kerja sama ekonomi dengan berbagai negara, termasuk Uni Eropa, ASEAN, India, Timur Tengah, serta Amerika Latin, untuk mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat.

• Mempersiapkan tim negosiasi yang kompeten untuk berunding dengan AS di masa mendatang ketika kondisi memungkinkan.

Pilihan Editor: Banjir Pengunjung di Jakarta Premium Outlet Alam Sutera, Tebar Diskon Hingga 80 Persen

Berita Terkait

Prabowo Subianto Rencanakan Pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional
Aksi May Day Buruh: Tolak Libur, Suarakan Perlawanan di DPR!
Sejarah dan Makna Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei
Aksi May Day 2025: Ribuan Buruh Padati Monas Merayakan Hari Buruh
Menhan Sjafrie Tegaskan: UU TNI Final, Tidak Ada Revisi
Jenderal Soeharto: Layakkah Jadi Pahlawan Nasional Tahun Ini?
Mensesneg Ungkap Prabowo Berpeluang Tolak Pengunduran Diri Hasan Nasbi
Sejarah Hari Buruh Nasional: Dari Soekarno hingga Era Reformasi

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:47 WIB

Prabowo Subianto Rencanakan Pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:39 WIB

Aksi May Day Buruh: Tolak Libur, Suarakan Perlawanan di DPR!

Kamis, 1 Mei 2025 - 12:27 WIB

Sejarah dan Makna Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei

Kamis, 1 Mei 2025 - 10:03 WIB

Aksi May Day 2025: Ribuan Buruh Padati Monas Merayakan Hari Buruh

Kamis, 1 Mei 2025 - 08:56 WIB

Menhan Sjafrie Tegaskan: UU TNI Final, Tidak Ada Revisi

Berita Terbaru

Society Culture And History

Skandal UTBK 2025: Mahasiswa dan Alumni ITB Diduga Lakukan Perjokian!

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:51 WIB

Food And Drink

Rayakan May Day: Promo Makanan & Tiket Wahana Menanti!

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:47 WIB

entertainment

Raisa Ungkap Pengalaman dan Pandangannya Sebagai Seorang Ambivert

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:43 WIB

Family And Relationships

Lisa Mariana Akhirnya Buka Suara: Sakitkah Atalia Saat Ridwan Kamil Diselingkuhi?

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:39 WIB