Analisis Saham Harum Energy

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 20 Mei 2025 - 06:52 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) mencatatkan kinerja keuangan yang mengesankan pada triwulan pertama tahun 2025. Keberhasilan ini terutama didorong oleh peningkatan penjualan ekspor komoditas nikel.

Laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan pendapatan HRUM mencapai US$ 298,94 juta pada kuartal I-2025. Angka ini meningkat 12,40% year on year (yoy) dibandingkan pendapatan kuartal I-2024 yang sebesar US$ 265,97 juta.

Meskipun penjualan ekspor batubara mengalami penurunan sebesar 27,63% yoy menjadi US$ 112,24 juta pada kuartal I-2025 (dari US$ 155,09 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya), HRUM berhasil mencatatkan pertumbuhan signifikan pada sektor nikel.

Penjualan ekspor feronikel melonjak 127,05% yoy menjadi US$ 91,59 juta pada kuartal I-2025, naik dari US$ 40,34 juta di kuartal I-2024. Kenaikan yang lebih drastis terlihat pada penjualan ekspor nikel matte, yang meningkat tajam sebesar 607,55% yoy, dari US$ 8,88 juta menjadi US$ 62,83 juta.

Harum Energy (HRUM) Raih Pendapatan US$ 298,94 Juta pada Kuartal I-2025

Laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk HRUM juga mengalami peningkatan yang luar biasa, mencapai US$ 5,57 juta pada kuartal I-2025. Ini merupakan lonjakan 464,12% yoy dibandingkan laba kuartal I-2024 yang sebesar US$ 987.319.

Analis Pasar Modal, Muhammad Thoriq Fadilla, menilai kinerja HRUM sangat menarik. Pergeseran sumber pendapatan perusahaan, yang kini lebih bergantung pada penjualan feronikel dan nikel matte ke pasar ekspor, menjadi poin penting.

Baca Juga :  China Bereaksi Keras: Tarif Trump Bikin Saham AS Anjlok!

Meskipun HRUM dikenal sebagai perusahaan batubara, penurunan kinerja sektor ini dipengaruhi oleh tantangan pasar batubara global dan tekanan kebijakan transisi energi.

Kinerja kuartal I-2025 menunjukkan keberhasilan strategi diversifikasi HRUM ke sektor nikel. Meningkatnya permintaan global, terutama untuk industri kendaraan listrik, menjadi pendorong utama penjualan ekspor feronikel dan nikel matte yang tinggi.

  HRUM Chart by TradingView  

“Melihat tren global, kinerja bisnis nikel HRUM kemungkinan akan terus meningkat pada kuartal-kuartal berikutnya, terutama jika produksi dan ekspor terus ditingkatkan,” ujar Thoriq pada Senin (19/5).

CEO Edvisor Provina Visindo, Praska Putrantyo, menambahkan bahwa peningkatan utilisasi PT Westrong Metal Industry, yang beroperasi sejak 2024, berkontribusi signifikan pada kinerja positif sektor nikel. Produksi nikel HRUM berasal dari smelter kedua Westrong Metal Industry yang beroperasi penuh.

Praska optimistis bahwa kinerja HRUM akan tetap positif pada kuartal kedua dan seterusnya, baik dari sektor nikel maupun batubara.

Penundaan kebijakan tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China selama 90 hari mendatang memberikan sentimen positif bagi HRUM, berpotensi meningkatkan permintaan komoditas asal Indonesia.

“Di sisi lain, ketidakpastian pasar dan kondisi oversupply batubara yang menekan harga menjadi sentimen negatif,” kata Praska, Senin (19/5).

Thoriq menambahkan bahwa rencana ekspansi HRUM dengan belanja modal (capex) sekitar US$ 400 juta menandakan komitmen perusahaan untuk ekspansi bisnis, terutama di sektor nikel.

Baca Juga :  Tarif Ekspor CPO Naik 10%: Emiten Sawit Terancam Margin Menyusut?

Bisnis Nikel Harum Energy (HRUM) Melesat pada 2024, Simak Rekomendasi Analis

Namun, peningkatan beban pokok pendapatan dan beban langsung sebesar 22,20% yoy menjadi US$ 239,37 juta pada kuartal I-2025 perlu menjadi perhatian HRUM, karena berpotensi menggerus margin jika tidak dikelola dengan baik.

Lonjakan beban keuangan dari US$ 3,62 juta pada kuartal I-2024 menjadi US$ 11,23 juta pada kuartal I-2025 juga perlu dipertimbangkan. Kenaikan ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan utang untuk membiayai ekspansi.

Ekspansi memang penting, namun pembiayaan melalui utang yang besar meningkatkan risiko finansial, terutama dengan suku bunga acuan yang masih tinggi.

“HRUM harus menyeimbangkan ekspansi dan stabilitas keuangan,” saran Thoriq.

Praska menjelaskan bahwa debt to equity ratio (DER) HRUM masih rendah dan menurun setiap tahunnya. Interest coverage juga masih tinggi, sekitar 3 kali, menunjukkan kemampuan laba operasional HRUM untuk membayar beban bunga.

“Jadi, kenaikan beban keuangan belum terlalu signifikan,” tambahnya.

Thoriq merekomendasikan saham HRUM bagi investor jangka menengah dan panjang. Secara teknikal, saham HRUM direkomendasikan beli pada harga Rp 820 per saham dengan target harga Rp 900 per saham dan stop loss Rp 790 per saham.

Berita Terkait

Harga Emas Antam Anjlok Rp23.000, Kini Rp1.871.000 per Gram
Bursa Asia Menghijau, IHSG Cetak Rekor Baru 7.173 Naik 0,45 Persen
Investor Asing Jual Besar Saham Ini Senin, 19 Mei: Daftar Lengkapnya
Impack Pratama Industri (IMPC) Targetkan Pendapatan Rp 4,2 Triliun, Intip Strateginya
Nunung Ngamuk: Rekening Lenyap, Anak Justru Tagih Utang!
Tips Kreatif: Desain Kemasan Cendera Mata Yogyakarta Lebih Menarik Wisatawan
Kepala BKF Ingatkan: Tarif AS Ancam Surplus Neraca Dagang Indonesia
Strategi Jitu Brand Kecil Raih Repeat Order: 4 Rahasia Terungkap!

Berita Terkait

Selasa, 20 Mei 2025 - 09:40 WIB

Harga Emas Antam Anjlok Rp23.000, Kini Rp1.871.000 per Gram

Selasa, 20 Mei 2025 - 09:16 WIB

Bursa Asia Menghijau, IHSG Cetak Rekor Baru 7.173 Naik 0,45 Persen

Selasa, 20 Mei 2025 - 07:32 WIB

Investor Asing Jual Besar Saham Ini Senin, 19 Mei: Daftar Lengkapnya

Selasa, 20 Mei 2025 - 06:52 WIB

Analisis Saham Harum Energy

Selasa, 20 Mei 2025 - 05:12 WIB

Impack Pratama Industri (IMPC) Targetkan Pendapatan Rp 4,2 Triliun, Intip Strateginya

Berita Terbaru

finance

Harga Emas Antam Anjlok Rp23.000, Kini Rp1.871.000 per Gram

Selasa, 20 Mei 2025 - 09:40 WIB

entertainment

Intip Profil Lengkap Maia Kealoha, Pemeran Lilo di Film Lilo & Stitch

Selasa, 20 Mei 2025 - 08:40 WIB