Ragamutama.com Bintang tunggal putri nomor satu dunia, An Se-young dari Korea Selatan, baru-baru ini mengukuhkan keputusannya untuk menjalin kontrak dengan Yonex sebagai sponsor apparelnya. Pilihan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat penawaran fantastis yang disodorkan oleh kompetitor.
Produsen perlengkapan olahraga asal Jepang, Yonex, berhasil memenangkan perebutan tanda tangan An Se-young, atlet yang kini mendominasi persaingan di sektor tunggal putri. Kedigdayaannya tak terbantahkan, termasuk dengan raihan medali emas di Asian Games Hangzhou 2023 dan proyeksi kuat untuk Olimpiade Paris 2024, meskipun sempat dilanda cedera. Prestasi gemilang ini secara signifikan meningkatkan nilai pasar An Se-young.
Bahkan, pengaruh An Se-young berhasil mengubah aturan kerja sama sponsor di “Pelatnas” Korea Selatan. Jika sebelumnya para pemain terikat kontrak kolektif, kini mereka memiliki hak untuk menyepakati kontrak individual. Pada tanggal 1 Juli lalu, sang ratu bulu tangkis ini secara resmi mengumumkan kemitraan dengan Yonex, yang sejatinya merupakan sponsor lama tim bulu tangkis nasional Korea.
Keputusan An Se-young ini cukup menarik perhatian, terutama mengingat riwayat keluhan sang atlet terhadap produk Yonex di masa lalu, serta tawaran menggiurkan yang datang dari apparel asal China, Li-Ning. Setelah kehilangan kesepakatan besar dengan timnas China dan trio tunggal top Indonesia (Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Gregoria Mariska Tunjung), Li-Ning memang sedang gencar bergerilya mencari talenta baru.
Melansir dari laporan JoongAng Ilbo, Li-Ning menyodorkan tawaran kontrak senilai 14 miliar won untuk durasi empat tahun kepada An Se-young. Menurut kurs saat berita ini ditulis, nominal yang diajukan Li-Ning tersebut mencapai sekitar 10,23 juta dolar AS atau setara dengan 166,17 miliar rupiah.
Di sisi lain, Yonex mengajukan nominal yang lebih rendah, yakni 10 miliar won, atau sekitar 7,31 juta dolar AS (118,69 miliar rupiah). Ini berarti ada selisih sebesar 4 miliar won, atau sekitar 2,92 juta dolar AS (47,47 miliar rupiah). Perbedaan angka ini bahkan jauh lebih besar dari total hadiah uang untuk ajang World Tour Super 1000, level tertinggi turnamen terbuka seperti Indonesia Open, yang wajib menyediakan minimal 1,45 juta dolar AS (sekitar 23,51 miliar rupiah). Bahkan, turnamen bulu tangkis “termahal” sekalipun, BWF World Tour Finals, “hanya” menawarkan total hadiah sebesar 3 juta dolar AS (sekitar 48,6 miliar rupiah).
Masih menurut JoongAng Ilbo, salah satu faktor krusial yang melicinkan jalan kontrak An Se-young dengan Yonex adalah kesediaan perusahaan yang didirikan oleh Minoru Yoneyama itu untuk merancang sepatu khusus bagi sang atlet. Sebelumnya, An pernah mengeluhkan kakinya yang melepuh setelah menggunakan sepatu Yonex pasca meraih emas Olimpiade.
“An Se-young meminta Yonex untuk memodifikasi sepatunya sesuai karakter kakinya sebelum Olimpiade Paris,” ungkap sumber dari lingkungan Asosiasi Bulu Tangkis Korea (BKA). “Akan tetapi, karena waktu yang terbatas, dia tidak menerima hasil yang diharapkan.” Sumber tersebut menambahkan, “Saya pikir fakta bahwa Yonex mengonfirmasi keinginan mereka untuk mendukung atlet selama proses ini menjadi sebuah faktor positif dalam negosiasi.”
JoongAng bahkan menjuluki sepatu khusus ini sebagai ‘sepatu Cinderella’, merujuk pada dongeng terkenal tentang sepatu kaca yang hanya pas di kaki Cinderella. Kisah ini secara indah menggambarkan bagaimana kecocokan dan perhatian personal menjadi kunci.
Yonex memang dikenal sering mengeluarkan edisi khusus perlengkapan bulu tangkis bersama atlet-atlet kenamaan yang mereka dukung. Contohnya termasuk mantan ganda putra nomor satu asal Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, dan juga raja bulu tangkis saat ini, Viktor Axelsen dari Denmark, yang baru saja memperpanjang kontrak dengan Yonex pada awal tahun ini. Ini menunjukkan bahwa bagi atlet elite seperti An Se-young, dukungan personal dan jaminan performa seringkali lebih berharga dibandingkan tawaran finansial semata.