Akuisisi Saham BSI oleh Danantara, Mandiri Terancam? Analisis Lengkap

Avatar photo

- Penulis

Senin, 2 Juni 2025 - 04:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Danantara Dikabarkan Siap Akuisisi Saham BSI dari Bank BUMN: Menuju Era Baru Bank Syariah Indonesia?

JAKARTA – Sebuah kabar mengejutkan datang dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Lembaga investasi milik Pemerintah Indonesia ini diisukan akan melakukan aksi korporasi jumbo dengan mengakuisisi saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) atau BRIS. Saham BSI yang menjadi target akuisisi saat ini masih dikuasai oleh tiga bank BUMN raksasa: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek per 30 April 2025, Bank Mandiri tercatat sebagai pemegang saham pengendali BSI dengan kepemilikan 23,74 miliar saham, setara 51,47% dari total saham BSI. Sementara itu, BNI memegang 23,24% saham dan BRI memiliki 15,38% saham BSI.

Sumber internal KONTAN membocorkan bahwa rencana aksi korporasi strategis ini dijadwalkan terealisasi pada tahun 2025. Jika akuisisi ini berhasil, status BSI akan berubah signifikan. BSI tidak lagi menjadi anak usaha Bank Mandiri, melainkan akan berdiri setara dengan bank-bank pelat merah lainnya. Ini berpotensi mengubah lanskap perbankan syariah di Indonesia.

Meskipun informasi ini masih berupa isu, KONTAN telah berupaya meminta konfirmasi dari berbagai pihak. Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, dan Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, tidak memberikan tanggapan saat dihubungi. Pihak manajemen BSI juga menolak berkomentar, menegaskan bahwa aksi korporasi tersebut sepenuhnya merupakan ranah pemegang saham dan di luar kuasa manajemen.

Di tengah minimnya konfirmasi resmi, langkah ini justru disambut baik oleh berbagai kalangan, mulai dari pengamat hingga analis pasar. Mereka meyakini bahwa langkah divestasi ini akan membuka jalan bagi perkembangan BSI yang lebih mandiri dan gesit, tanpa perlu lagi bergantung pada persetujuan dari bank-bank BUMN pemegang sahamnya.

Baca Juga :  PHK Massal Grab? Lebih dari 50% Mitra Diduga Jadi Korban

Direktur Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat, mengungkapkan bahwa gagasan untuk melepaskan BSI dari kepemilikan bank-bank BUMN lainnya sejatinya sudah ada dalam rancangan sejak tahun 2019, namun hingga kini belum terwujud. Menurut Emir, kemandirian ini akan memungkinkan BSI untuk lebih independen dan fokus dalam mengemban perannya di sektor ekonomi syariah, tanpa harus menunggu arahan dari pemegang sahamnya yang notabene merupakan bank konvensional. Implikasinya, pemerintah, melalui Danantara, dapat memberikan arahan langsung kepada BSI tanpa harus melewati manajemen Bank Mandiri sebagai pengendali utama.

Sebagai contoh, Emir menyebutkan bahwa BSI bisa memiliki anak usaha baru yang sepenuhnya syariah, seperti masuk ke bisnis sekuritas syariah yang saat ini belum banyak digarap. “Kalau gabung sama Bank Mandiri kan tidak bisa karena mereka juga sudah punya Mandiri Sekuritas,” jelas Emir, menegaskan potensi sinergi yang terhambat di bawah struktur kepemilikan saat ini.

Bank Mandiri Paling Terdampak dalam Rencana Divestasi Saham BSI

Rencana divestasi saham BSI ini diperkirakan akan berdampak paling besar bagi Bank Mandiri sebagai pemegang saham pengendali. Kinerja Bank Mandiri, terutama dalam jangka pendek dan menengah, diproyeksikan akan terpengaruh. Ambil contoh, per Maret 2025, kontribusi laba BSI terhadap laba anak usaha Bank Mandiri mencapai Rp 968 miliar, atau sekitar 62,37% dari total laba anak usaha bank berlogo pita emas tersebut.

KONTAN juga telah berupaya menghubungi Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, untuk mendapatkan komentar terkait dampak rencana ini terhadap kinerja perseroan, namun belum ada respons hingga berita ini diterbitkan.

Baca Juga :  Bitcoin Stabil: Kokoh di Tengah Krisis Global, Apa Rahasianya?

Lebih lanjut, Emir memperkirakan bahwa divestasi ini akan memicu kembali persaingan sengit antara bank-bank BUMN dalam memperebutkan laba terbesar, terutama dalam laporan laba konsolidasi. Seperti diketahui, BRI masih menjadi bank BUMN dengan laba terbesar per Maret 2025 senilai Rp 13,8 triliun, disusul oleh Bank Mandiri yang mencatatkan laba senilai Rp 13,2 triliun. “Kalau sekarang BSI kan dikonsolidasikan ke Bank Mandiri, nah nanti kita lihat Bank BUMN akan bersaing jika BSI benar-benar jadi bank BUMN,” ujarnya.

Analis RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya, berpandangan bahwa jika BSI benar-benar dilepas dari Bank Mandiri, dampaknya akan sangat signifikan. Bank Mandiri berpotensi kehilangan salah satu sumber pertumbuhan pendapatannya yang krusial. Oleh karena itu, Andrey menekankan, “Modal atau kas yang didapatkan dari divestasi saham BSI harus segera diinvestasikan ke aset yang punya *return* tinggi.” Di sisi lain, BSI juga akan kehilangan sinergi yang selama ini sudah terjalin kuat dengan para induk perusahaannya, tidak hanya Bank Mandiri tetapi juga bank BUMN lainnya seperti BNI dan BRI.

Sementara itu, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, membenarkan adanya potensi Bank Mandiri akan kehilangan *fee based income* atau dividen yang selama ini diperoleh dari BSI. Namun, ia menilai dampaknya tidak akan terlalu signifikan. “Tidak terlalu signifikan walaupun tetap ada strategi untuk perbaikan kinerja keuangan,” kata Indy. Ia juga optimis bahwa Bank Mandiri memiliki segmen bisnis lain yang kuat sebagai sumber laba. Ditambah lagi, dana yang didapatkan dari divestasi BSI dapat dimanfaatkan Bank Mandiri untuk ekspansi bisnis atau pengembangan produk baru ke depannya, membuka peluang pertumbuhan di sektor lain.

Berita Terkait

Pedagang Bendera Merah Putih Kaget: Banyak Cari Bendera One Piece!
Blokir Rekening Dormant: Langgar Konstitusi? Ini Alasannya!
Rekening Diblokir PPATK? Ini Penjelasan Lengkap Soal Rekening Dormant!
Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025
BI Malang Dorong UMKM dan Ekonomi Syariah lewat MBF 2025
IHSG Terkoreksi: Merdeka Group Jatuh, LQ45 Tertekan di Sesi I
UNVR Semester I 2025: Fundamental Kuat, Tumbuh di Kuartal III
BRIS, MLIA, PANI: Rekomendasi Teknikal Saham Mirae Sekuritas

Berita Terkait

Minggu, 3 Agustus 2025 - 01:16 WIB

Pedagang Bendera Merah Putih Kaget: Banyak Cari Bendera One Piece!

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 19:40 WIB

Blokir Rekening Dormant: Langgar Konstitusi? Ini Alasannya!

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 08:07 WIB

Rekening Diblokir PPATK? Ini Penjelasan Lengkap Soal Rekening Dormant!

Kamis, 31 Juli 2025 - 15:10 WIB

Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025

Kamis, 31 Juli 2025 - 13:39 WIB

BI Malang Dorong UMKM dan Ekonomi Syariah lewat MBF 2025

Berita Terbaru

Urban Infrastructure

Pegadenbaru Subang: KA Bisa Lewat, Tapi… Kecepatan Dibatasi!

Sabtu, 2 Agu 2025 - 23:59 WIB

Uncategorized

Megawati Ketum PDI-P Lagi: Profil Lengkap di Usia 78 Tahun!

Sabtu, 2 Agu 2025 - 23:10 WIB

Uncategorized

Megawati Ketum PDI-P Lagi di Usia 78: Profil Lengkap!

Sabtu, 2 Agu 2025 - 22:21 WIB