Berikut adalah artikel berita yang telah ditingkatkan:
—
Atlet MMA Pematangsiantar Ajai Pasaribu Tuntut Permintaan Maaf Wali Kota Wesly Silalahi: Merasa Direndahkan, Bukan Dicari Materi
PEMATANGSIANTAR, RAGAMUTAMA.COM – Kekecewaan mendalam menyelimuti dunia olahraga Pematangsiantar setelah atlet Mixed Martial Arts (MMA) kebanggaan kota, Ajai Pasaribu, secara terbuka mengungkapkan rasa direndahkan oleh pernyataan Wali Kota Wesly Silalahi. Ajai kini menuntut permintaan maaf sang kepala daerah untuk mengobati rasa sakit hati yang dirasakan para atlet.
Pertemuan yang seharusnya menjadi ajang kebanggaan dan harapan justru berbuah kekecewaan. Ajai Pasaribu, atlet MMA berprestasi asal Pematangsiantar, Sumatera Utara, menceritakan pengalamannya bertemu dengan Wali Kota Wesly Silalahi di rumah dinasnya di Jalan Kapten M.H. Sitorus pada Kamis, 5 Juni 2025. Alih-alih mendapatkan dukungan moril atau pengakuan, Ajai justru merasa hancur.
Menurut Ajai, tujuan pertemuannya bukan semata-mata mencari dukungan finansial. “Saya nggak berharap dukungan uang. Karena kalau kita punya *support* dari kepala daerah saja sudah senang, sudah bangga ada koneksi,” ujar Ajai dalam wawancara via telepon pada Selasa, 17 Juni 2025. Namun, harapannya pupus ketika Wali Kota Wesly Silalahi justru menyarankan Ajai untuk bekerja di rumahnya, dengan dalih bahwa menjadi atlet tidak akan membuat kaya. “Jadi atlet tak bikin kaya,” demikian yang disampaikan Wali Kota.
Ajai Kecewa Merasa Direndahkan
Perasaan direndahkan ini begitu membekas bagi Ajai. Ia mengaku tidak mengunggah dokumentasi pertemuan tersebut ke media sosial, sesuatu yang biasanya ia lakukan setelah bertemu pejabat daerah untuk memperkenalkan diri serta mencari dukungan dan motivasi. “Makanya kemarin pas ketemu Wali Kota aku nggak *upload*. Saya merasa kecewa karena datang ke sana untuk direndahkan, tidak enak, di luar ekspektasi,” tuturnya, menegaskan betapa pertemuannya jauh dari harapannya.
Setelah persoalan ini mencuat dan banyak pihak menghubunginya, Ajai Pasaribu menyerukan agar para atlet Pematangsiantar tidak gentar untuk bersuara jika mengalami pengalaman serupa. Meski sedikit terganggu dengan sorotan yang didapat, ia berharap keberaniannya menjadi inspirasi. “Kepada atlet di Siantar, kalau ada omongan-omongan nggak dari Pak Wali, jangan takut *speak up*. Karena kita sesama atlet harus saling *back up*,” tegasnya, menyoroti pentingnya solidaritas antar atlet.
Bagi Ajai, solusi dari permasalahan ini sederhana: pengakuan dan permintaan maaf dari Wali Kota. “Untuk menyelesaikan masalah ini, cuma Pak Wali mengakui kesalahannya dan meminta maaf, sudah itu saja. Nggak usah yang lain-lain,” pinta Ajai, mewakili perasaan sakit hati yang dirasakan oleh dirinya dan para atlet lainnya. “Cuma itu permintaan kami atlet, mengakui kesalahannya dan meminta maaf untuk mengobati kekesalan dan sakit hati kami,” imbuhnya.
Kontroversi ini semakin melebar setelah Ronal Mastrana Siahaan, atlet MMA Pematangsiantar lainnya, juga meluapkan kekecewaan serupa di atas ring usai bertanding di ajang One Pride MMA pada Sabtu, 14 Juni 2025, di Bandung, Jawa Barat. Pernyataan Ronal, yang mengungkit bagaimana seorang juniornya disuruh berhenti menjadi atlet karena “tidak ada uang untuk menjadi atlet,” segera viral di media sosial. “Kalian tidak tahu darah-darah kami di sini. Kami bertemu karena bangga dengan kepala daerah kami. Tapi bapak bilang, tidak ada atlet yang jadi kaya, mending kalian (atlet) kerja di rumah saya, saya gaji,” ucap Ronal, menggemakan sentimen yang sama dengan Ajai.
Respons Wali Kota Wesly
Menanggapi tudingan yang beredar luas ini, Wali Kota Wesly Silalahi membantah dengan tegas. Dalam pernyataannya kepada awak media usai meninjau Pasar Horas di Jalan Merdeka Pematangsiantar pada Minggu, 15 Juni 2025, Wali Kota menyebut bahwa tudingan tersebut “sangat bertolak belakang” dengan rekam jejaknya. Ia juga meminta agar atlet yang melontarkan tudingan itu dihadirkan untuk klarifikasi.
Wesly Silalahi menekankan pengalamannya yang panjang di dunia olahraga: “Cek latar belakang saya, saya mantan Bendahara KONI dan pengurus Gulat Nasional. Delapan tahun, lho,” ujarnya. Ia juga menambahkan, “Jadi kalau dibilang saya tidak peduli dengan atlet, sangat-sangat bertentangan dengan apa yang saya kerjakan.” Pernyataan Wali Kota ini menjadi sorotan di tengah tuntutan maaf dari para atlet yang merasa direndahkan.
—