Jakarta – Sebuah laporan awal dari Aircraft Accident Investigation Bureau (AAIB) India mengungkapkan temuan krusial terkait kecelakaan tragis pesawat Air India 171 pada 12 Juni lalu. Laporan tersebut menyebutkan bahwa sakelar pengatur bahan bakar pesawat berpindah posisi hanya beberapa detik sebelum insiden pesawat jatuh, menyebabkan kedua mesin mati secara simultan dan hilangnya daya pesawat.
Mati Mesin Setelah Lepas Landas
Insiden fatal ini terjadi tak lama setelah Boeing 787 Dreamliner milik Air India tersebut lepas landas dari Ahmedabad. Pada pukul 13.38 waktu setempat, pesawat yang membawa 230 penumpang, 10 awak kabin, dan dua pilot itu mengudara menuju Bandara Gatwick, London. Namun, kurang dari 40 detik setelah tinggal landas, kedua mesin pesawat mendadak kehilangan tenaga sepenuhnya.
Menurut detail laporan dari ABC News, perpindahan sakelar bahan bakar dari posisi “run” ke “cutoff” terjadi dalam hitungan satu detik saja setelah lepas landas, secara instan memutus pasokan bahan bakar ke kedua mesin. Rekaman suara kokpit (CVR) turut memperdengarkan momen kepanikan ketika salah satu pilot bertanya kepada rekannya, “Kenapa kamu menekan tombol cutoff?” yang dijawab dengan nada terkejut, “Saya tidak menekannya.”
Dalam rentang sekitar 10 detik setelah sakelar berpindah, sistem otomatis pesawat berupaya menyalakan kembali mesin. Namun, upaya tersebut tidak cukup cepat untuk memulihkan tenaga vital yang dibutuhkan. Sekitar 20 detik setelah sakelar pengatur bahan bakar beralih posisi, salah satu pilot sempat mengirimkan transmisi darurat “Mayday, mayday, mayday,” sebelum kotak hitam pesawat berhenti merekam beberapa detik kemudian.
Jatuh di Permukiman Padat Penduduk
Tragedi ini memuncak ketika pesawat Air India tersebut jatuh di kawasan padat penduduk, kurang dari 1,85 kilometer dari landasan. Pesawat menabrak asrama mahasiswa BJ Medical College dan sejumlah bangunan di sekitarnya. Seluruh penumpang dan awak kru tewas dalam insiden ini, kecuali satu orang, Vishwaskumar Ramesh, warga negara Inggris keturunan India berusia 40 tahun, yang ditemukan selamat secara ajaib.
Dampak kecelakaan juga sangat parah di darat, dengan 19 orang meninggal dunia dan 67 lainnya mengalami luka-luka. Saat ini, penyelidikan mendalam atas insiden ini dipimpin oleh AAIB India, melibatkan para ahli dari Boeing, serta perwakilan dari Amerika Serikat dan Inggris untuk memastikan transparansi dan akurasi temuan.
Pesawat Layak Terbang, tapi Ada Catatan FAA
Penyelidikan lebih lanjut mengungkap bahwa pesawat nahas ini memiliki sertifikat kelaikan udara yang masih berlaku hingga Mei 2026, dan pemeriksaan rutin tidak menemukan adanya muatan berbahaya. Namun, poin penting yang disoroti penyelidik adalah adanya buletin peringatan dari Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat yang diterbitkan pada Desember 2018. Buletin tersebut mengingatkan akan potensi kegagalan mekanisme pengunci pada sakelar bahan bakar.
Buletin FAA ini, yang dikeluarkan setelah laporan dari operator pesawat Boeing 737 menemukan sakelar tanpa mekanisme pengunci yang semestinya, disampaikan kepada Air India. Namun, maskapai tersebut menyatakan kepada penyelidik bahwa mereka tidak melakukan inspeksi terkait buletin itu karena sifatnya yang tidak wajib.
Laporan awal juga mencatat bahwa modul kendali pada pesawat ini pernah diganti pada tahun 2019 dan 2023. Kendati demikian, penggantian tersebut dinyatakan tidak berhubungan langsung dengan sakelar bahan bakar, dan tidak ada laporan kerusakan pada komponen tersebut sejak penggantian terakhir.
Meskipun sistem darurat seperti Ram Air Turbine (RAT) dan Auxiliary Power Unit (APU) aktif dan berupaya melakukan pemulihan otomatis, hanya sebagian pemulihan mesin yang berhasil sebelum pesawat kehilangan ketinggian dan akhirnya jatuh. Hingga saat ini, penyebab pasti di balik perpindahan mendadak sakelar bahan bakar yang mematikan mesin masih menjadi misteri. Penyelidikan komprehensif atas kecelakaan pesawat Air India ini masih terus berlangsung.