Pupuk Indonesia Bakal Bangun Pabrik NPK Berbasis Nitrat Pertama di RI

- Penulis

Minggu, 16 Februari 2025 - 07:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – PT Pupuk Indonesia berencana melakukan ekspansi bisnis dengan membangun pabrik pupuk Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K) (NPK) serta pabrik soda ash guna mendukung kebutuhan bahan baku industri nasional. Selain itu, juga mengurangi ketergantungan pada impor. 

Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan, pembangunan pabrik NPK dinilai penting karena akan mendukung sektor hortikultura di Indonesia. Selama ini, Indonesia mengimpor sekitar 300 ribu-400 ribu ton NPK dari China dan Eropa.

1. Kapasitas pabrik NPK berbasis nitrat pertama di Indonesia

Rahmad menuturkan, Pupuk Indonesia berencana membangun dua pabrik NPK pada tahun ini.

“Kita akan mulai pembangunan pabrik NPK baru, satu di Petro dengan kapasitas 600 ribu  ton, di Pupuk Kujang nanti akan ada pabrik NPK berbasis nitrat pertama di Indonesia. Ini penting untuk hortikultura karena selama ini impor,” kata dia dalam acara Plant Visit Pimpinan Redaksi Media Nasional di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, Kamis (13/2/2025).

Baca Juga :  ITMG Catat Laba US$482 Juta di Kuartal Pertama 2025: Analisis Lengkap

Sebagai tahap awal, Rahmad mengungkapkan, Pupuk Indonesia akan membangun pabrik NPK berbasis nitrat dengan kapasitas 100 ribu ton. 

2. Soda Ash untuk produksi kaca

Selain pabrik NPK, Pupuk Indonesia juga akan membangun pabrik soda ash, yang merupakan bahan baku penting untuk kaca. Kebutuhan akan kaca diprediksi akan meningkat dengan target pemerintah membangun 3 juta rumah.

“(Pabrik) soda ash penting karena bahan baku untuk kaca. Pemerintah akan bangun 3 juta rumah, pasti kaca butuh banyak,” ujarnya.

Menurutnya, jika semua bahan baku kaca harus impor maka untuk memenuhi kebutuhan kaca bagi 3 juta rumah sangat tinggi. Karena itu, Pupuk Indonesia bangun pabrik soda ash.

Baca Juga :  Mark Dynamics (MARK) Tebar Dividen Rp 266 Miliar dari Perolehan Laba 2024

3. Kurangi ketergantungan pada impor

Pabrik soda ash ini juga memiliki keunggulan lingkungan karena salah satu bahan baku utama untuk produksi kaca adalah karbondioksida (CO2).

Adapun produk soda ash dihasilkan dari amonia dan CO2. Dua bahan ini merupakan produk utama dan produk sampingan dari Pupuk Kaltim. Fasilitas produksi ini diperkirakan mampu menyerap hingga 170 ribu ton CO2 per tahun.

“CO2 ini akan kita capture kemudian menjadi bahan baku kaca,” ujarnya.

Dengan ekspansi ini, Pupuk Indonesia berharap dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan turut mendukung pembangunan infrastruktur nasional.

Berita Terkait

Wall Street Hijau, Rapat The Fed Bayangi Kenaikan Awal Pekan
JSMR: Saham Jasa Marga Dapat Rekomendasi Beli dari Ciptadana, Potensi Cuan?
WSKT: Restrukturisasi Obligasi Rp 1,3 Triliun Rampung 2025, Bagaimana Nasibnya?
Saham Bank BUMN Anjlok, BNI Terparah? Cek Update Harga!
IHSG Merosot, Saham AMMN, MAPI, UNVR Jadi Top Losers Senin Ini
Hotel Fitra Ekspansi Umrah, Targetkan Pertumbuhan Double Digit di 2025
Benang Sintetis Impor: Industri Tekstil Belum Pulih Meski Ada Bea Masuk?
IHSG Rawan Tertekan, Ketegangan Geopolitik dan Suku Bunga Jadi Biang Kerok?

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 21:57 WIB

Wall Street Hijau, Rapat The Fed Bayangi Kenaikan Awal Pekan

Senin, 16 Juni 2025 - 21:52 WIB

JSMR: Saham Jasa Marga Dapat Rekomendasi Beli dari Ciptadana, Potensi Cuan?

Senin, 16 Juni 2025 - 19:42 WIB

WSKT: Restrukturisasi Obligasi Rp 1,3 Triliun Rampung 2025, Bagaimana Nasibnya?

Senin, 16 Juni 2025 - 17:32 WIB

Saham Bank BUMN Anjlok, BNI Terparah? Cek Update Harga!

Senin, 16 Juni 2025 - 16:57 WIB

IHSG Merosot, Saham AMMN, MAPI, UNVR Jadi Top Losers Senin Ini

Berita Terbaru

finance

Wall Street Hijau, Rapat The Fed Bayangi Kenaikan Awal Pekan

Senin, 16 Jun 2025 - 21:57 WIB

entertainment

Serial Reacher, Agnez Mo dan Anggun: Misteri Apa Sebenarnya?

Senin, 16 Jun 2025 - 20:57 WIB