Sang legenda MotoGP, Casey Stoner, turut angkat bicara mengenai situasi sulit yang tengah dihadapi oleh pembalap andalan Ducati Lenovo Team, Francesco “Pecco” Bagnaia.
Hubungan antara Francesco Bagnaia dan Ducati sempat memanas pasca-gelaran MotoGP Austria 2025 di Sirkuit Red Bull Ring, Spielberg. Hal ini dipicu oleh hasil kurang memuaskan yang diraih Pecco dalam balapan tersebut.
Meskipun memulai balapan dari posisi kedua dan sempat bersaing ketat dengan Marc Marquez di awal, performa Pecco justru merosot drastis, membuatnya harus puas finis di posisi kedelapan. Padahal, pada musim sebelumnya di trek yang sama, Bagnaia mampu tampil jauh lebih dominan.
Ungkapan kebingungan jelas terpancar dari Pecco. “Sejujurnya, saya tidak tahu apa yang terjadi,” ujarnya dikutip dari BolaSport. “Saya memulai dengan baik, tetapi saya lebih lambat dibandingkan orang-orang di depan saya.” Juara dunia dua kali itu mengaku bingung karena motornya terasa sangat berbeda dibanding saat sesi latihan. “Tahun lalu saya 12 detik lebih cepat dan seharusnya bisa memenangkan balapan,” jelasnya.
Rider kelahiran Torino pada 14 Januari 1997 itu pun merasakan frustrasi mendalam atas inkonsistensinya sepanjang akhir pekan. “Dalam satu sesi, saya tercepat dengan kecepatan fantastis, lalu saya balapan dan saya sangat lambat, dan akhirnya finis di urutan kedelapan. Rasanya sangat aneh,” lanjut Pecco.
Keadaan tersebut lantas memicu komentar dari Casey Stoner, legenda balap sekaligus mantan pembalap Ducati. Menurut Stoner, Ducati tidak seharusnya terburu-buru mengambil keputusan hanya karena sang juara dunia dua kali itu sedang terpuruk dalam beberapa balapan terakhir.
“Ducati selalu melakukan ini; jika seorang pembalap mengalami momen buruk, mereka akan mendepaknya. Tapi Bagnaia pantas dihormati,” tegas Stoner kepada La Gazzetta dello Sport. Stoner menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Bagnaia, mengingat kontribusinya yang luar biasa bagi pabrikan asal Italia itu, termasuk dua gelar juara dunia yang ia persembahkan. “Kita perlu memberinya kesempatan untuk pulih; mereka tidak seharusnya menggantikannya,” imbuhnya, seraya mengingat kembali pengalamannya sendiri saat menghadapi situasi serupa dengan Ducati.
Casey Stoner, yang sukses membawa Ducati meraih gelar juara dunia pada 2007, memahami betul dinamika di dalam tim pabrikan. Ia mengungkapkan bagaimana Ducati cenderung terlalu berfokus pada hasil instan tanpa menghargai kontribusi jangka panjang seorang pembalap.
“Pecco memberi Ducati dua gelar juara. Pada tahun 2024, ia berjuang bersama Martin hingga akhir,” ucap Casey Stoner. “Ia bekerja dengan serius bersama Ducati selama beberapa musim. Jika mereka rela melepasnya, akan terlihat jelas orang macam apa mereka. Menurut saya, itu tidak adil. Pecco pantas dihormati,” tegas Stoner.
Mantan pembalap asal Australia itu bahkan mengenang kembali musim 2009, ketika masalah kesehatan memaksanya absen. “Saya terpaksa melewatkan beberapa balapan, mereka mencari pengganti tanpa memberi tahu saya. Itu tidak adil bagi saya,” kenangnya, menggarisbawahi pola yang ia lihat berulang dalam pendekatan Ducati terhadap para pembalapnya.