Timnas U-17 Indonesia bersiap menghadapi ajang Piala Kemerdekaan yang dijadwalkan berlangsung pada 12 hingga 18 Agustus di Medan, Sumatera Utara. Untuk turnamen ini, sebanyak 30 nama telah dipanggil untuk memperkuat skuad Garuda Muda. Menariknya, dari daftar tersebut, hanya empat pemain diaspora atau keturunan yang berhasil masuk, padahal sebelumnya sembilan pemain baru dari jalur diaspora sempat dipanggil dalam pemusatan latihan (TC) di Bali.
Terbatasnya jumlah pemain diaspora ini bukan tanpa alasan. Pelatih Timnas U-17, Nova Arianto, menjelaskan bahwa kendala utama terletak pada masalah administrasi pemain dan izin dari klub asal. Menurut Nova, penanganan pemain diaspora ini memerlukan kehati-hatian ekstra, mengingat usia mereka yang masih di bawah 17 tahun. Setelah melalui proses verifikasi menyeluruh, termasuk pemeriksaan dokumen dan status orang tua, ditemukan bahwa sejumlah pemain diaspora tidak dapat bergabung karena orang tua mereka tidak memiliki paspor Indonesia.
Selain kendala administrasi, hambatan lain yang dihadapi adalah terkait izin dari klub dan lembaga pendidikan mereka. Nova Arianto secara khusus menyebutkan beberapa nama yang sangat diharapkan kehadirannya namun tidak mendapatkan lampu hijau. Mereka adalah Mike, seorang penjaga gawang dari klub Utrecht, serta Nicholas Stryker dan Lukas Lee, yang tidak diizinkan bergabung karena terikat dengan jadwal sekolah di Amerika Serikat.
Dengan skuad yang telah terbentuk, Timnas U-17 Indonesia kini fokus menatap laga perdana Piala Kemerdekaan. Mereka dijadwalkan akan menghadapi Tajikistan pada Selasa, 12 Agustus, pukul 19:30 WIB. Pertandingan pembuka ini akan berlangsung di Stadion Utama Sumatera Utara, yang menjadi venue utama turnamen.