Keajaiban Nagasaki: Kota Jepang yang Selamat dari Dua Bom Atom

Avatar photo

- Penulis

Senin, 11 Agustus 2025 - 11:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kokura sudah tidak ada lagi.

Nama Kokura mungkin telah lenyap dari peta sebagai entitas administratif, bergabung dengan empat kota lainnya pada tahun 1963 untuk membentuk Kitakyushu—sebuah metropolis modern di barat daya Jepang dengan populasi kini mendekati satu juta jiwa. Namun, ingatan akan Kokura tetap hidup dalam benak sebagian besar masyarakat Jepang, diwarnai oleh kisah kehancuran yang nyaris terjadi dan dampak traumatis yang berhasil dihindarinya.

Pada tahun 1945, di tengah gejolak Perang Dunia Kedua, Kokura menjadi salah satu target utama bagi serangan bom atom Amerika Serikat. Ajaibnya, kota ini dua kali lolos dari nasib mengerikan yang menimpa Hiroshima dan Nagasaki. Bahkan, pada 9 Agustus—hanya tiga hari setelah Hiroshima dibom—Kokura hanya tinggal beberapa menit lagi untuk menjadi sasaran berikutnya. Akan tetapi, bom pemusnah massal itu tidak pernah jatuh di sana. Berbagai faktor kompleks memaksa Angkatan Udara AS mengalihkan target ke Nagasaki.

Sebagai pengingat akan dahsyatnya Perang Dunia Kedua, bom atom diperkirakan telah menewaskan sekitar 140.000 orang di Hiroshima dan 74.000 orang di Nagasaki, dengan ribuan lainnya menderita efek radiasi selama bertahun-tahun. Keberuntungan Kokura—sebuah ungkapan dalam bahasa Jepang—kemudian lahir untuk menggambarkan kondisi lolos dari malapetaka yang hampir terjadi.

Namun, apa sebenarnya yang terjadi di balik “keberuntungan” tersebut?

Awan dan kepulan asap di angkasa

Pada pertengahan Juli 1945, militer AS telah memilih 12 kota di Jepang yang berpotensi menjadi sasaran bom atom, mengidentifikasi keberadaan pabrik-pabrik vital dan pangkalan militer sebagai kriteria utama. Kokura menempati peringkat kedua dalam daftar prioritas setelah Hiroshima, diakui sebagai pusat produksi senjata dan lokasi salah satu gudang persenjataan militer Jepang yang krusial.

Pada 6 Agustus, Kokura bahkan ditetapkan sebagai target alternatif jika, karena alasan apa pun, misi penjatuhan bom atom di Hiroshima gagal dilaksanakan. Tiga hari kemudian, pada dini hari, pesawat pengebom B-29 kembali melesat menuju Kokura. Salah satu pesawat, dijuluki Bockscar, membawa “Fat Man”—sebuah bom plutonium dengan daya ledak yang jauh lebih kuat dibandingkan bom uranium yang telah dijatuhkan di Hiroshima sebelumnya.

Namun, di pagi yang menentukan itu, langit di atas Kokura diselimuti oleh awan tebal. Pandangan yang terhalang ini kemungkinan diperparah oleh asap kebakaran yang membumbung tinggi akibat pengeboman konvensional di Yawata, kota tetangga Kokura, sehari sebelumnya. Beberapa sejarawan juga berspekulasi bahwa pabrik-pabrik di Kokura sengaja membakar batu bara untuk menciptakan tabir asap buatan di atas kota, sebuah taktik umum di masa serangan udara intensif di seluruh Jepang.

Baca Juga :  Rencana Trump Tetapkan Tarif Impor untuk 150 Negara Kecil Sekaligus

Menurut dokumen militer AS dan laporan William Laurence, seorang jurnalis New York Times yang ikut serta dalam salah satu pesawat pendamping misi 9 Agustus, pesawat-pesawat B-29 mengitari Kokura hingga tiga kali. Perintah yang diterima sangat jelas: bom hanya boleh dijatuhkan setelah target dapat dikonfirmasi secara visual guna memaksimalkan kerusakan. Ironisnya, saat mereka berupaya mendapatkan visual yang jelas, sistem pertahanan udara darat Kokura mendeteksi keberadaan B-29, memicu tembakan antipesawat. Pada saat itulah Mayor Charles Sweeney, pilot Bockscar, membuat keputusan krusial untuk mengalihkan rute ke Nagasaki. Alasan tambahan yang memperkuat keputusan tersebut adalah cadangan bahan bakar pesawat yang semakin menipis akibat waktu tunggu yang lama di atas Kokura.

Dengan demikian, Kokura luput dari bom atom, untuk kedua kalinya.

Bukan di ibu kota

Sebelum peristiwa bom atom, pesawat-pesawat AS telah melancarkan serangan udara tak henti-hentinya di Jepang sejak Maret 1945, menggunakan bom pembakar yang menghanguskan kota-kota. Salah satu serangan paling mematikan terjadi di Tokyo pada malam 9 Maret, yang diperkirakan menewaskan lebih dari 83.000 orang dan menyebabkan lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal. Namun, ketika pesawat B-29 tiba di atas Kokura pada bulan Agustus, kota itu masih relatif utuh.

Kokura terhindar dari serangan bom pembakar dan juga bom atom, sebuah kebijakan yang disengaja. Para petinggi militer AS sengaja tidak menyasar kota-kota ini dengan bom konvensional sebelum serangan bom atom, agar mereka dapat mempelajari dan mengevaluasi kerusakan yang ditimbulkan oleh senjata baru tersebut dengan lebih akurat. Menariknya, Nagasaki sendiri tidak termasuk dalam daftar target awal. Kota ini baru dipilih setelah Menteri Perang AS saat itu, Harry Stimson, berhasil meyakinkan Presiden Harry Truman untuk tidak menghancurkan Kyoto. Stimson berargumen bahwa menghancurkan Kyoto, yang pernah menjadi ibu kota kekaisaran Jepang, akan mempersulit proses rekonsiliasi antara Tokyo dan Washington pasca-perang.

Namun demikian, sejarawan AS belakangan mengklaim bahwa Stimson juga memiliki motif pribadi dalam menyelamatkan Kyoto. Ia dilaporkan telah mengunjungi Jepang beberapa kali sebelumnya dan bahkan menghabiskan bulan madunya di kota bersejarah tersebut.

Kelegaan bercampur duka

Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan keputusan Jepang untuk menyerah tanpa syarat. Kokura—yang kini menjadi bagian dari Kitakyushu—berhasil lolos dari kehancuran fisik, namun tidak dari bayang-bayang kekhawatiran dan duka kolektif.

Baca Juga :  Persebaya Surabaya: Kejutan Transfer? Bonek Menanti Pemain Baru!

Ketika kabar menyebar bahwa bom yang akhirnya dijatuhkan di Nagasaki mulanya ditujukan untuk Kokura, muncul perasaan kelegaan yang bercampur aduk dengan duka dan empati yang mendalam terhadap korban di Nagasaki. Kitakyushu, sebagai bentuk penghormatan dan pengingat, kini memiliki Monumen Bom Atom Nagasaki, yang berdiri megah di sebuah taman yang dibangun di lahan bekas gudang senjata Kokura.

Monumen tersebut dengan cermat menggambarkan peristiwa kota yang nyaris hancur dan penderitaan yang dialami Nagasaki. Sejak tahun 1973, monumen ini telah menjadi tuan rumah peringatan tahunan setiap 9 Agustus, mengenang tragedi tersebut. Selain itu, Museum Perdamaian Kota Kitakyushu juga dibuka pada tahun 2022, memperkuat komitmen kota terhadap perdamaian dan pendidikan sejarah.

Selama beberapa dekade, kedua kota—Kitakyushu dan Nagasaki—telah memupuk hubungan persahabatan yang erat, mengakui takdir mereka yang saling terkait dalam sejarah. Kitakyushu sendiri juga telah mengalami transformasi signifikan dalam perjalanannya. Pasca-Perang Dunia Kedua, sebagai kota industri yang berkembang pesat, Teluk Dokai-nya sempat tercemar parah hingga hampir mati. Namun, melalui investasi puluhan tahun dalam teknologi terbarukan dan upaya rehabilitasi lingkungan, kota ini kini diakui sebagai salah satu kota terhijau di Asia. Kitakyushu adalah contoh kota yang tidak pernah melupakan masa lalu tragisnya, namun terus bergerak maju membangun masa depan yang lebih baik.

  • Tubuh cacat, malu, dan dilupakan – Kesaksian para penyintas bom Hiroshima asal Korea
  • ‘Neraka bom atom tak boleh terulang’ – Kesaksian penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki
  • ‘Itu kesalahan besar dalam hidup saya’: Surat dari Einstein yang mengawali era bom atom
  • Oppenheimer dan Einstein: ‘Hubungan rumit’ bapak bom atom dan penemu teori relativitas
  • Bagaimana kitab suci Hindu memengaruhi ‘bapak bom atom’ Oppenheimer
  • Inventor yang menyesali temuan mereka, dari bapak bom atom hingga penemu senapan AK-47
  • ‘Itu kesalahan besar dalam hidup saya’: Surat dari Einstein yang mengawali era bom atom
  • Kenangan seorang perempuan tentang bom Hiroshima, ‘Semua orang mengira saya akan mati, tetapi secara ajaib, saya selamat’
  • Cerita tiga perempuan yang selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki – ‘Saya belum pernah ke neraka, tapi neraka mungkin seperti yang kami alami’

Berita Terkait

Pengangguran Tinggi: Anak Muda China Pilih ‘Pura-Pura Kerja’?
Pernikahan Anak Alya Rohali: Intip 7 Potret Tamu Artis Glamor!
Polda DIY Sikat ‘Perugikan’ Judi Online: Bandar Lolos?
Marquez ke Ducati: Bagnaia Dikorbankan, Sejarah Dilanggar?
Katulampa Siaga? Update Status Bendung Usai Hujan Deras Bogor
Sindrom KARS Renggut Kebahagiaan: Kisah Pilu Orang Tua Bayi
Sindrom KARS Renggut Kebahagiaan: Kisah Pilu Orang Tua
Khamzat Chimaev: Reaksi Mengejutkan Usai Dinasihati Khabib di UFC 319

Berita Terkait

Senin, 11 Agustus 2025 - 15:18 WIB

Pengangguran Tinggi: Anak Muda China Pilih ‘Pura-Pura Kerja’?

Senin, 11 Agustus 2025 - 14:01 WIB

Pernikahan Anak Alya Rohali: Intip 7 Potret Tamu Artis Glamor!

Senin, 11 Agustus 2025 - 13:19 WIB

Polda DIY Sikat ‘Perugikan’ Judi Online: Bandar Lolos?

Senin, 11 Agustus 2025 - 11:06 WIB

Keajaiban Nagasaki: Kota Jepang yang Selamat dari Dua Bom Atom

Senin, 11 Agustus 2025 - 10:10 WIB

Marquez ke Ducati: Bagnaia Dikorbankan, Sejarah Dilanggar?

Berita Terbaru

politics

Rekening Yayasan Ketua MUI Diblokir PPATK! Ada Apa?

Senin, 11 Agu 2025 - 16:14 WIB

finance

UMK 2026: Buruh Desak Kenaikan 10,5 Persen!

Senin, 11 Agu 2025 - 15:38 WIB

Uncategorized

Pengangguran Tinggi: Anak Muda China Pilih ‘Pura-Pura Kerja’?

Senin, 11 Agu 2025 - 15:18 WIB