Menteri Luar Negeri Sugiono mengungkapkan alasan di balik kesediaan pemerintah Indonesia menampung warga Gaza yang menjadi korban konflik di Pulau Galang, Provinsi Kepulauan Riau. Langkah kemanusiaan ini merupakan wujud nyata komitmen Indonesia dalam respons terhadap krisis global.
Sugiono menjelaskan, inisiatif mulia tersebut bermula dari tur kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke negara-negara Timur Tengah dan Turki pada 9 April 2025. Dalam kunjungan penting itu, Presiden Prabowo secara langsung menyampaikan kepada negara-negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC) bahwa Indonesia siap menyediakan perawatan bagi korban luka akibat konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel.
“Waktu itu juga sudah menyampaikan bahwa Indonesia ini kan terbuka untuk merawat korban anak-anak, orang tua, wanita yang membutuhkan perawatan medis ke Indonesia dan dengan catatan semua pihak setuju. Jadi beliau (Prabowo) sudah berbicara dengan beberapa pemimpin negara-negara Timur Tengah,” ujar Sugiono dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 7 Agustus 2025. Ia menambahkan, tawaran Indonesia secara spesifik mencakup kesediaan merawat seribu anak dan korban perang dari Gaza. Namun, proses evakuasi ini mensyaratkan persetujuan dari negara-negara yang berbatasan langsung dengan Palestina, seperti Yordania dan Mesir, serta yang terpenting adalah restu dari Otoritas Palestina itu sendiri.
Kesiapan teknis menjadi prioritas utama bagi pemerintah Indonesia. “Kemudian hal-hal yang sifatnya teknis juga kan harus kita persiapkan. Jadi sewaktu-waktu itu bisa dilaksanakan, ya, kami sudah siap,” tegas Sugiono, menegaskan komitmen pemerintah untuk bergerak cepat jika semua persyaratan telah terpenuhi dan kondisi memungkinkan.
Untuk merealisasikan rencana kemanusiaan ini, pemerintah Indonesia tengah menyiapkan lokasi penampungan yang memadai bagi para pengungsi dari Gaza. Salah satu opsi utama yang mencuat adalah Pulau Galang. “Kami masih cari. Kemarin Presiden menyebut Pulau Galang. Kami juga sedang melihat karena waktu itu kan pernah dipakai untuk tempat perawatan Covid. Jadi ada infrastrukturnya sudah di sana,” ungkap Sugiono, sembari menambahkan bahwa alternatif lokasi lain juga sedang dipertimbangkan untuk memastikan fasilitas terbaik.
Pulau Galang sendiri memiliki sejarah panjang sebagai pusat penampungan pengungsi. Wilayah ini pernah menjadi rumah bagi puluhan ribu pengungsi Vietnam yang melarikan diri dari konflik pada era 1970-an, khususnya setelah jatuhnya Saigon pada April 1975. Pengalaman tersebut, ditambah dengan infrastruktur yang sebelumnya digunakan untuk perawatan Covid-19, menjadikan Pulau Galang pilihan yang logis dengan fasilitas yang telah tersedia dan pengalaman penanganan pengungsi di masa lalu.