Pembalap tim KTM Tech3, Maverick Vinales, secara terbuka menyatakan keyakinannya bahwa dominasi Marc Marquez di kompetisi MotoGP 2025 begitu mutlak, hingga satu-satunya yang mampu mengalahkannya adalah Marquez itu sendiri.
Marc Marquez memang menampilkan performa yang sangat gemilang sepanjang musim MotoGP 2025 ini. Dengan mengendarai motor terbaru Ducati, Marquez telah mendominasi lintasan, meraih kemenangan demi kemenangan baik dalam sesi sprint race maupun Grand Prix utama.
Hingga seri ke-12 yang telah bergulir, pembalap berjuluk ‘The Baby Alien’ ini telah mengukir 11 kemenangan dalam sprint race dan 8 kemenangan di balapan utama pada hari Minggu. Kombinasi sempurna antara performa motor Ducati dan kemampuan luar biasa Marc Marquez telah membuat para pembalap lain kesulitan untuk mengimbangi lajunya.
Maverick Vinales, salah satu rival sengit Marc Marquez di lintasan, mengakui kondisi ini. “Dari luar, dia kini memiliki paket terbaik dan bisa berlari dengan kecepatan 90 persen, padahal sebelumnya dia harus memaksakan diri dengan Honda,” komentar Vinales, menyoroti perbedaan performa Marquez di atas motor yang berbeda.
Vinales berpendapat bahwa motor Ducati memiliki karakteristik yang mampu membantu setiap pembalapnya mengeluarkan potensi terbaik tanpa terkecuali. “Dengan Ducati, tidak peduli seberapa keras Anda mendorong, apakah pembalapnya tinggi atau pendek, ringan atau berat, motor ini bekerja dengan baik, dan dia mengerahkan seluruh kemampuannya,” tambahnya, menggambarkan keunggulan fleksibilitas motor asal Borgo Panigale tersebut.
Dengan kondisi superior ini, Vinales bahkan menegaskan bahwa hanya Marc Marquez sendirilah yang memiliki potensi untuk mengalahkan dirinya. Saat ditanya apakah memang hanya Marquez yang bisa mengalahkan Marquez, Vinales secara lugas menyetujuinya. “Dengan grup Ducati saat ini, bagi saya memang seperti itu,” pungkasnya.
Terlepas dari pengakuannya terhadap dominasi Marc Marquez dan Ducati, Vinales sendiri kini tengah berjuang keras bersama tim KTM. Vinales sempat nyaris meraih podium saat membalap dengan KTM, namun sayangnya ia harus kehilangan posisi tersebut akibat penalti aturan tekanan ban.
Meskipun demikian, pembalap berjuluk Top Gun itu tetap bertekad kuat untuk mencapai target ambisiusnya: menjadi pembalap pertama yang berhasil meraih kemenangan dengan empat pabrikan berbeda selama kariernya di ajang MotoGP, sebuah pencapaian yang ingin diraihnya bersama KTM.
