Rumah Doa Kristen di Padang Dirusak: 2 Anak Luka, 9 Ditahan

- Penulis

Senin, 28 Juli 2025 - 08:59 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebuah insiden kekerasan dan perusakan menimpa rumah doa umat Kristen di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, pada Minggu (27/07). Aksi brutal kerumunan massa yang berupaya mengusir jemaat ini juga menyebabkan dua anak mengalami luka-luka akibat pemukulan. Merespons kejadian tersebut, Kepolisian setempat telah menahan sembilan orang terduga pelaku perusakan.

Pendeta GKSI Anugerah Padang, F Dachi, menuturkan bahwa kejadian berlangsung secara tiba-tiba dan mengejutkan. Sekitar pukul 16.00 WIB, saat ia tengah duduk bersama beberapa jemaat di teras rumah doa, sejumlah warga berdatangan. Mereka membawa kayu, melempar batu, bahkan ada yang membawa pisau, sambil meneriakkan seruan “bubarkan” ke arah rumah doa.

Dachi menjelaskan, rumah doa tersebut didirikan untuk memfasilitasi pendidikan agama Kristen bagi anak-anak yang menempuh pendidikan di sekolah negeri, mengingat mereka tidak mendapatkan pelajaran agama Kristen di lingkungan sekolah. Massa kemudian memukul jendela kaca dengan kayu, melempar kursi, serta merusak barang-barang di dalam rumah doa. Puluhan anak-anak yang sedang belajar agama Kristen di dalam rumah doa tersebut sontak histeris dan berlarian keluar.

Nahas, dua anak berusia 11 dan 9 tahun menjadi korban pemukulan. “Yang satu kakinya cedera dan tidak bisa jalan karena dipukul dengan kayu. Satu lagi bagian bahunya juga dipukul dengan kayu. Keduanya sudah dibawa ke Rumah Sakit,” ujar Dachi, menggambarkan kondisi memprihatinkan anak-anak tersebut.

Kesaksian serupa disampaikan oleh Baja Baruhu (57), warga Kristen lainnya yang juga berada di teras rumah doa saat kejadian. Ia menuturkan, tak lama setelah ia duduk, beberapa pria datang bersorak menyuruh pulang, yang membuatnya terkejut. Sesaat kemudian, para pria mulai melempar batu, memukul jendela kaca dengan kayu, dan menghancurkan kursi plastik yang ada di sana. Baja mengaku langsung berlari keluar dan hanya sempat menyaksikan amukan massa tersebut.

Kepolisian Daerah Sumatera Barat telah bergerak cepat menanggapi insiden ini. Wakapolda Sumbar, Brigjen Pol Solihin, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah mengamankan sembilan orang terduga pelaku perusakan. “Sampai saat ini kami sudah mengamankan sembilan orang yang diduga melakukan pengrusakan itu,” kata Solihin, seraya menambahkan bahwa kronologi dan identitas sembilan orang yang diamankan akan dirilis lebih lanjut. Para terduga pelaku diamankan berdasarkan video viral yang beredar di media sosial, bahkan beberapa di antaranya masih mengenakan pakaian saat melakukan perusakan. Namun, Solihin mengungkapkan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan terkait adanya dua anak yang menjadi korban dalam kejadian tersebut, hanya mencatat kerusakan pada kaca dan kursi di lokasi.

Baca Juga :  Pengacara Sebut Nadiem Akan Penuhi Panggilan Kejagung di Kasus Laptop Hari Ini

Wali Kota Padang, Fadli Amran, menyampaikan permintaan maaf atas insiden yang terjadi. Ia bersikeras bahwa kejadian ini disebabkan oleh miskomunikasi. “Tadi saya sudah mendengarkan dari kedua belah pihak dan mereka sudah menyampaikan kronologi kenapa ini bisa terjadi. Kesimpulannya ini karena adanya miskomunikasi,” jelas Fadli. Menurutnya, miskomunikasi ini muncul karena adanya keramaian di rumah doa yang tidak diinformasikan secara menyeluruh kepada pihak RW, sehingga memicu insiden. Ia menyesali peristiwa ini dan memahami luka perasaan masyarakat Nias yang telah lama hidup damai dengan warga sekitar. Fadli menegaskan bahwa insiden ini akan menjadi catatan penting bagi Pemerintah Kota Padang ke depannya, sembari menekankan komitmen pemerintah untuk menyediakan ruang pendidikan seluas-luasnya bagi anak-anak. “Konsisten kami jelas bahwa kita hidup beragam di Kota Padang. Kita hidup damai dan mengedepankan kerukunan umat beragama tentunya,” imbuhnya. Mengenai proses hukum, Wali Kota Padang menyatakan tidak akan melakukan intervensi, menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwenang, dengan tujuan utama mereka hadir untuk memantau situasi kehidupan beragama di lokasi.

Serangan di rumah doa ini menyisakan trauma mendalam bagi puluhan umat Kristen di Kota Padang. Baja Baruhu mengaku dihantui ketakutan akan terulangnya kejadian serupa, bahkan yang lebih parah. “Saya takut nanti ini akan terulang lagi atau mungkin semakin parah seperti pembunuhan. Saya maunya aman lah lagi nantinya,” harapnya. Pendeta F Dachi juga merasakan trauma yang berat, terutama saat melihat anak-anak didiknya menjadi korban. Baginya, larangan untuk melakukan pendidikan agama, padahal Undang-undang menjamin kebebasan beragama, adalah pukulan telak. Dachi khawatir trauma ini akan sangat dirasakan oleh sekitar 30 anak yang berada di lokasi saat kejadian, membuatnya cemas mereka enggan lagi belajar agama. Ia juga mengaku mendapatkan ancaman dari warga agar tidak melakukan kegiatan ibadah. Menanggapi kekhawatiran trauma ini, Wali Kota Padang Fadli Amran berjanji akan memerintahkan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan untuk memberikan bantuan trauma healing kepada anak-anak dan seluruh warga Kristen di lokasi agar dapat melupakan insiden tersebut.

Baca Juga :  Agnez Mo & Anggun C Sasmi: Comeback Akting di Serial Reacher!

Penasihat Hukum masyarakat Nias, Yutiasa Fakho, mengungkapkan bahwa intimidasi dan pelarangan beribadah bukanlah kali pertama terjadi di Kota Padang. Ia mencontohkan kejadian serupa dua tahun lalu, pada 29 Agustus 2023, di sebuah rumah ibadah di daerah Lubuk Begalung, Padang. Saat itu, jemaat Kristen diintimidasi dan diancam oleh puluhan warga, yang juga melakukan perusakan dengan melempari kaca menggunakan batu. “Kita sangat menyesali betul hal yang terjadi. Kita di Indonesia ini sudah dijamin untuk umat beragama. Tetapi, oknum-oknum ini masih ada yang memanfaatkan situasi. Karena ini bisa mencederai keberagaman kita dan kebhinekaan kita,” tegas Yutiasa Fakho. Dalam perkara di Lubuk Begalung tersebut, para pelaku telah divonis bersalah dan dijatuhi hukuman penjara selama tujuh bulan. Oleh karena itu, Yutiasa menegaskan niat mereka untuk melanjutkan kasus perusakan rumah doa ini ke ranah hukum. “Soal memaafkan, kami sudah memaafkan apa yang terjadi. Tapi soal perkara hukum akan tetap berjalan,” ungkapnya. Pihaknya berencana melaporkan perusakan, penganiayaan, serta pengancaman ini kepada Polda Sumatera Barat pada Senin (28/07) pagi, sambil terus mengumpulkan bukti-bukti terkait kejadian tersebut.

Berita Terkait

Rumah Doa GKSI Padang Dirusak: 5 Fakta & 2 Anak Terluka
Baju Biru Jokowi: Ade Darmawan Bantah Isu Ijazah Palsu & Demokrat
Aldi Bragi Grogi! Bertemu Ikke Nurjanah di Pernikahan Anak
Harga Tiket Final AFF U23: Indonesia vs Vietnam, Buruan Beli!
UNTR Cetak Rekor! Penjualan Alat Berat Melesat 27% di Semester I 2025
Rumah Doa di Padang Diserang: Anak Luka, 9 Ditahan!
Pelatih Top Italia Frustrasi! Jay Idzes Bikin Pusing Kepala?
Jabodetabek Hari Ini: Hujan Kapan? Cek Prediksi Cuaca Terkini!

Berita Terkait

Selasa, 29 Juli 2025 - 03:11 WIB

Rumah Doa GKSI Padang Dirusak: 5 Fakta & 2 Anak Terluka

Senin, 28 Juli 2025 - 17:17 WIB

Baju Biru Jokowi: Ade Darmawan Bantah Isu Ijazah Palsu & Demokrat

Senin, 28 Juli 2025 - 16:35 WIB

Aldi Bragi Grogi! Bertemu Ikke Nurjanah di Pernikahan Anak

Senin, 28 Juli 2025 - 16:05 WIB

Harga Tiket Final AFF U23: Indonesia vs Vietnam, Buruan Beli!

Senin, 28 Juli 2025 - 10:41 WIB

UNTR Cetak Rekor! Penjualan Alat Berat Melesat 27% di Semester I 2025

Berita Terbaru

finance

Figma Bidik IPO US$1,2 Miliar: Peluang Investasi Menggiurkan?

Selasa, 29 Jul 2025 - 03:46 WIB

Society Culture And History

UMM & Museum Panji Lestarikan Tradisi Lewat Lomba Permainan Rakyat

Selasa, 29 Jul 2025 - 03:41 WIB

Uncategorized

Rumah Doa GKSI Padang Dirusak: 5 Fakta & 2 Anak Terluka

Selasa, 29 Jul 2025 - 03:11 WIB

technology

Motorola Edge 60 Fusion: Hutan Kota GBK Lebih Indah di Kamera!

Selasa, 29 Jul 2025 - 02:52 WIB