JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Fajar (25), warga Jatinegara, menyayangkan masih adanya segelintir orang yang menggunakan jasa joki Strava. Sebab, biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan manfaat yang diterima orang tersebut.
Joki Strava atau joki lari merupakan orang yang berlari atas nama orang lain, untuk mencatatkan waktu atau jarak tertentu di aplikasi seperti Strava. Sementara, pemesan joki Strava akan membayarkan tarif tertentu.
“Enggak worth it (pakai jasa joki Strava). Itu lemah saja sih, ngapain sih harus bayar joki cuma demi kelihatan keren. Mending lari sendiri, kan bisa sehat,” ujar Fajar saat ditemui di arena CFD Jakarta, Minggu (20/7/2025).
Menurut Fajar, uang yang dikeluarkan untuk menyewa joki Strava sebaiknya dialokasikan untuk membeli perlengkapan olahraga.
“Sayang banget kalau duitnya buat bayar joki, mending beli sepatu, jalan sendiri, lari sendiri. Soalnya, buat apa bayar joki mahal kalau enggak sehat,” kata dia.
Fajar menila, olahraga demi kesehatan tidak memerlukan validasi dari media sosial karena setiap orang memiliki cara dan target masing-masing.
“Enggak perlu validasi lah kalau kesehatan, kan setiap orang punya caranya sendiri-sendiri agar tetap bugar,” ucap dia.
Sementara itu, Patricia (28), warga Jakarta Barat, juga tidak tertarik menggunakan jasa joki Strava meskipun tren ini tengah ramai diperbincangkan.
“Kalau benar-benar suka lari pasti joki Strava bukan jadi opsi, karena kita lari sendiri itu lebih seru, Lebih aware untuk diri sendiri,” ucap Patricia.
Patricia mengaku baru mulai rutin berlari beberapa bulan terakhir dan lebih fokus pada progres pribadi, ketimbang pamer hasil lari di media sosial.
“Baru lari juga sih, di CFD rutin. Kalau aku lihat progres sih, tidak secara pace saja atau kilometer, liat dari progres sudah berapa jauh dan pace berapa,” kata Patricia.
Sebelumnya, Pengamat sosial Universitas Indonesia (UI), Rissalwan Habdy Lubis, menyoroti fenomena maraknya jasa lari atau joki Strava baru-baru ini. Menurut dia, fenomena ini tak jauh dari faktor fear of missing out (FOMO).
Strava adalah aplikasi dan layanan berbasis web yang dirancang untuk melacak dan berbagi aktivitas olahraga, salah satunya untuk berlari.
“Joki Strava ini kaitannya dengan FOMO, kalau saya bilang. Jadi anak-anak muda ini sebetulnya ingin ikut-ikutan gaya hidup sehat,” ujarnya saat dihubungi, Senin (14/7/2025).
Fenomena joki Strava yang saat ini menuai sorotan publik, kata Rissal, juga dapat dilihat dari dua perspektif.
Dari sisi demand, saat ini banyak anak muda yang mencari validasi atau pembuktian dari orang bahwa dirinya sudah menjalani gaya hidup sehat.
“Banyak anak-anak muda sekarang yang butuh validasi, pengakuan dari orang bahwa pembuktian dia sudah melakukan aktivitas yang sehat begitu,” kata Rissal.
Bukan cuma terkait joki Strava, ia menyoroti bahwa saat ini 80 persen aktivitas media sosial adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan kejadian di lapangan.
Rissal menilai, saat ini banyak orang yang suka mengondisikan banyak hal terkait dirinya sendiri demi konten di media sosial.