Harga Bitcoin Tembus Level US$ 118.000, Cemati Pemicunya

Avatar photo

- Penulis

Sabtu, 12 Juli 2025 - 03:11 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bitcoin (BTC) kembali menorehkan sejarah baru dengan mencapai harga tertinggi sepanjang masa (All-Time High/ATH), menembus angka 118.000 dollar AS pada Jumat, 11 Juli 2025. Pencapaian monumental ini menjadi sinyal kuat penguatan sentimen pasar terhadap aset kripto paling populer di dunia, didorong oleh gelombang adopsi dari institusi global terkemuka.

Kenaikan harga Bitcoin yang signifikan ini tidak terlepas dari peran akumulasi masif oleh institusi keuangan raksasa seperti BlackRock. Melalui produk iShares Bitcoin Trust (IBIT) mereka, BlackRock kini dilaporkan telah memegang lebih dari 700.000 BTC, jumlah yang setara dengan lebih dari 3,3% dari total pasokan Bitcoin global.

Dengan kapitalisasi pasar yang kini melampaui US$ 2,34 triliun, Bitcoin mendominasi sekitar 65% dari total kapitalisasi pasar kripto global yang telah menembus US$ 3,4 triliun. Menurut Vice President Indodax, Antony Kusuma, pencapaian rekor ini jauh melampaui euforia sesaat; ini adalah indikasi pergeseran fundamental dalam lanskap aset digital. “Bitcoin tidak lagi hanya dipandang sebagai alat pelindung nilai, melainkan telah diadopsi oleh perusahaan-perusahaan besar sebagai bagian integral dari strategi pengelolaan cadangan kas mereka,” jelas Antony dalam keterangannya.

Antony lebih lanjut memaparkan bahwa pergerakan harga Bitcoin yang progresif merupakan buah dari serangkaian faktor struktural yang saling terkait, meliputi regulasi yang semakin adaptif dan terbuka, kebijakan fiskal global yang kini lebih condong mendorong aset lindung nilai, serta narasi strategis yang kuat dari para pemimpin industri dan pemerintahan. Menariknya, BlackRock’s IBIT bahkan telah mencatatkan pendapatan tahunan dari biaya pengelolaan yang melampaui ETF S&P 500 milik mereka sendiri, IVV. Hal ini semakin memperjelas pergeseran tren pasar menuju aset digital sebagai salah satu kelas investasi utama.

Baca Juga :  Bank Ina Resmi Jadi Bank Kustodian

Gelombang adopsi Bitcoin tidak hanya terbatas pada institusi di Amerika Serikat. The Smarter Web Company, sebuah perusahaan teknologi terkemuka dari Inggris, turut meningkatkan kepemilikan Bitcoin mereka hingga 1.000 BTC, dengan CEO-nya berkomitmen untuk menginspirasi korporasi lain dalam mengelola strategi kas berbasis aset digital. Di sisi lain, El Salvador secara konsisten melanjutkan strategi akumulasi BTC-nya, kini memegang lebih dari 6.232 BTC dengan potensi keuntungan belum terealisasi yang melampaui 400 juta dollar AS.

Menurut Antony, fenomena adopsi yang meluas ini menegaskan bahwa Bitcoin bukan lagi sekadar aset sektoral, melainkan telah merambah dimensi geopolitik. “Baik negara, korporasi, maupun individu, kini sama-sama mencari alternatif aset yang tangguh terhadap inflasi, gejolak geopolitik, dan disrupsi pasar tradisional,” ujarnya. Ia juga menyoroti bagaimana lonjakan harga ini merefleksikan kekuatan komunitas Bitcoin dalam mempertahankan prinsip desentralisasi sambil secara efektif menarik minat institusional. “Bitcoin bukan hanya sebuah teknologi, melainkan telah menjadi fenomena sosial-ekonomi yang signifikan,” pungkasnya.

Baca Juga :  IPO Ramai: Anak Chandra Asri, Induk Kripto Siap Melantai!

Analisis kinerja harga Bitcoin sepanjang pertengahan tahun 2025 ini menunjukkan pola teknikal yang resilien. Setelah sempat mengalami koreksi hingga 98.200 dollar AS, harga Bitcoin berhasil bangkit kembali pada akhir Juni sebelum akhirnya melesat mencapai level ATH-nya saat ini. Meski demikian, Antony mengingatkan bahwa volatilitas adalah karakteristik inheren dalam dinamika pasar aset kripto. “Setiap kenaikan harga yang cepat senantiasa diiringi oleh potensi risiko koreksi. Namun, yang membedakan siklus saat ini adalah fondasi pasar yang jauh lebih solid dibandingkan siklus-siklus sebelumnya,” terangnya.

Oleh karena itu, Antony menekankan pentingnya edukasi publik yang komprehensif serta manajemen risiko yang cermat dalam menghadapi fase pasar yang dinamis ini. “Kami di Indodax secara konsisten mendorong para pengguna untuk mendalami fundamental aset, mengimplementasikan strategi investasi jangka panjang seperti Dollar Cost Averaging (DCA), dan menghindari jebakan euforia pasar yang berlebihan,” tutup Antony.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Harga Bitcoin Tembus 118.000 Dollar AS, Ini Sebabnya Menurut Indodax”.

Berita Terkait

Stock Split 15 Juli 2025, Harga Saham Orang Terkaya Indonesia Ini Akan Dipecah 1:10
Bara Makmur Abadi Lepas Saham TOBA: Ada Apa?
Fikih Finance – Berita Terkini
Manulife Prediksi Minat Investor Terhadap Pasar Pendapatan Tetap Asia Meningkat
Pemerintah akan Merilis SBR014, Masih Menarik dengan Perkiraan Kupon 6,35%-6,4%
IHSG Sepekan Menguat 2,65%, Investor Asing Net Sell Rp1,87 Triliun
Wall Street Melemah, S&P 500 Tergelincir Imbas Sentimen Tarif Perdagangan Trump
Levoca Jual 8 Miliar Saham BNBR! Bakrie Brothers Bagaimana?

Berita Terkait

Sabtu, 12 Juli 2025 - 12:10 WIB

Stock Split 15 Juli 2025, Harga Saham Orang Terkaya Indonesia Ini Akan Dipecah 1:10

Sabtu, 12 Juli 2025 - 11:52 WIB

Bara Makmur Abadi Lepas Saham TOBA: Ada Apa?

Sabtu, 12 Juli 2025 - 11:41 WIB

Fikih Finance – Berita Terkini

Sabtu, 12 Juli 2025 - 09:23 WIB

Manulife Prediksi Minat Investor Terhadap Pasar Pendapatan Tetap Asia Meningkat

Sabtu, 12 Juli 2025 - 08:41 WIB

Pemerintah akan Merilis SBR014, Masih Menarik dengan Perkiraan Kupon 6,35%-6,4%

Berita Terbaru

Public Safety And Emergencies

Kematian Diplomat Arya Daru: Polisi Libatkan Psikolog Forensik!

Sabtu, 12 Jul 2025 - 14:47 WIB