YouTube Akan Setop Monetisasi Video Buatan AI, Repetitif, Tidak Autentik

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 11 Juli 2025 - 10:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Raksasa video daring, YouTube, tengah mengambil langkah serius untuk menjaga kualitas dan integritas platformnya. Perusahaan ini bersiap memperbarui kebijakan monetisasi konten, khususnya untuk menekan penyebaran video yang tidak orisinal dan kurang autentik. Fenomena konten massal dan berulang ini, yang kini semakin mudah diproduksi berkat kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (AI), menjadi sorotan utama.

Pembaruan signifikan ini dijadwalkan berlaku pada 15 Juli 2025. Melalui pembaruan pedoman dalam YouTube Partner Program (YPP), YouTube akan memberikan definisi yang lebih rinci dan jelas mengenai jenis konten yang memenuhi syarat untuk dimonetisasi, serta mana yang tidak. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih adil dan transparan bagi semua kreator.

Baca Juga :  iPhone 11 di 2025: Masih Worth It? Cek Kelebihan & Kekurangannya!

Tujuan utama dari kebijakan monetisasi yang direvisi ini adalah untuk membantu para kreator memahami secara lebih mendalam apa yang dimaksud dengan konten “tidak autentik” atau “tidak orisinal.” Meskipun kebijakan baru ini belum resmi dirilis, dokumentasi Pusat Bantuan YouTube sudah lama menekankan bahwa kreator diwajibkan untuk mengunggah konten yang bersifat “orisinal” dan “autentik.”

Namun, kabar mengenai pembaruan ini telah memicu kekhawatiran di kalangan sejumlah kreator YouTube. Mereka cemas bahwa perubahan ini berpotensi membatasi kemampuan mereka untuk memonetisasi format video populer seperti video reaksi atau video yang banyak menampilkan kompilasi klip dari sumber lain.

Menanggapi kekhawatiran tersebut, Rene Ritchie, Head of Editorial & Creator Liaison di YouTube, menegaskan bahwa perubahan kebijakan ini hanyalah sebuah “pembaruan kecil.” Ia menjelaskan bahwa pedoman baru ini merupakan pengembangan dari kebijakan YouTube Partner Program (YPP) yang sudah ada, yang memang dirancang untuk mengidentifikasi dengan lebih baik konten yang diproduksi secara massal dan bersifat repetitif.

Baca Juga :  300 Juta HP Android Tak Akan Bisa Lagi Update Chrome

Ritchie menambahkan, jenis konten semacam ini pada dasarnya sudah tidak memenuhi syarat untuk monetisasi selama bertahun-tahun. Menurutnya, konten demikian sering kali dianggap sebagai spam oleh para penonton, sehingga mengurangi kualitas pengalaman pengguna di platform dan tidak seharusnya mendapatkan kompensasi.

Berita Terkait

Apple Minta Bantuan Samsung Bikin Layar iPhone Lipat?
5 Trik Bikin Google Drive Lega Tanpa Berlangganan
Menjajal Kamera 200 MP Samsung Galaxy Z Fold 7, Detail Maksimal dan Tajam
Nearby Share Android: Cara Mudah & Cepat Transfer File
Samsung Galaxy Z Flip 7: Kamera Jernih, Sempurna untuk Harian
Windows 11 Lebih Irit Baterai? Microsoft Uji Mode Hemat Baru!
Mark Zuckerberg: Meta Bangun Data Center AI Berkapasitas 5 GW
Mark Zuckerberg Sebut AI Ambil Alih Tugas Coding, Kuliah Programmer Tak Relevan?

Berita Terkait

Kamis, 17 Juli 2025 - 08:22 WIB

Apple Minta Bantuan Samsung Bikin Layar iPhone Lipat?

Kamis, 17 Juli 2025 - 07:05 WIB

5 Trik Bikin Google Drive Lega Tanpa Berlangganan

Kamis, 17 Juli 2025 - 05:46 WIB

Menjajal Kamera 200 MP Samsung Galaxy Z Fold 7, Detail Maksimal dan Tajam

Kamis, 17 Juli 2025 - 04:53 WIB

Nearby Share Android: Cara Mudah & Cepat Transfer File

Kamis, 17 Juli 2025 - 04:41 WIB

Samsung Galaxy Z Flip 7: Kamera Jernih, Sempurna untuk Harian

Berita Terbaru

politics

Komisi III: RUU KUHAP Berpotensi Gagal Disahkan

Kamis, 17 Jul 2025 - 08:34 WIB

entertainment

7 Potret Kiky Saputri Keranjingan Padel Setelah Melahirkan, Bugar!

Kamis, 17 Jul 2025 - 08:29 WIB

technology

Apple Minta Bantuan Samsung Bikin Layar iPhone Lipat?

Kamis, 17 Jul 2025 - 08:22 WIB