Ragamutama.com – Kabar gembira bercampur duka menyelimuti keluarga Putu Mertayasa (43) asal Buleleng, Bali, setelah satu dari dua jenazah korban tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya akhirnya teridentifikasi. Putu Mertayasa adalah salah satu korban yang ditemukan dan berhasil diidentifikasi oleh tim DVI Siddokkes Polresta Banyuwangi – Biddokkes Polda Jatim.
Penemuan jenazah Putu Mertayasa membawa kelegaan sekaligus kesedihan mendalam bagi sang istri, Kadek Sudiartini. Selama sepekan lebih, ia terus dihantui rasa cemas dan waswas menanti kabar dari tim SAR Gabungan. “Saya terus merasa waswas, deg-degan setiap ada informasi ketemu jenazah mulai deg-degan,” tuturnya saat ditemui di rumah duka di Jalan Pulau Serangan, Kelurahan Penarukan, Kabupaten Buleleng, Kamis (10/7).
Sudiartini bercerita, malam sebelum jenazah suaminya ditemukan, ia mengalami mimpi aneh. Dalam mimpinya, sang suami muncul tanpa mengenakan baju dan mengatakan, “Besok mulih be, besok mulih” (Besok pulang dah). Ia sempat bertanya bagaimana suaminya bisa selamat, namun dalam mimpi itu Putu Mertayasa tidak menjawab.
Mimpi itu pun menjadi kenyataan. Namun, ayah dari empat orang anak itu benar-benar pulang dalam keadaan meninggal dunia. Informasi penemuan jenazah Putu Mertayasa diterima Sudiartini pada Rabu (9/7) sore hari, setelah ia didatangi oleh pihak kepolisian bersama Kelian Banjar. Segera setelah itu, Sudiartini berangkat ke Jembrana untuk memastikan identitas jenazah suaminya.
Jenazah Mertayasa ditemukan oleh seorang nelayan di perairan Pengambengan, Kabupaten Jembrana. Selanjutnya, jenazah dibawa ke RS Blambangan untuk dilakukan identifikasi forensik. Setelah identitas jenazah terkonfirmasi atas nama Putu Mertayasa, yang berasal dari Desa Ambengan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, jenazah diberangkatkan melalui Pelabuhan Gilimanuk. Tiba di Gilimanuk pada pukul 21.20 WITA, pihak keluarga yang sudah menunggu langsung membawa jenazah Mertayasa pulang ke rumah duka.
Putu Mertayasa meninggalkan seorang istri dan empat orang anak, di mana anak bungsunya masih berusia 17 bulan. Ia dikenal sebagai seorang sopir truk tronton yang rutin mengangkut bahan bangunan seperti besi dan semen dari Surabaya menuju Bali. Sebagai seorang ayah, Mertayasa sangat rajin menghubungi istrinya untuk menanyakan kabar anak-anaknya.
Terakhir kali berkomunikasi adalah pada Rabu (2/7), saat Mertayasa melakukan dua kali panggilan video, yakni pada pagi dan malam hari sekitar pukul 20.30 WITA. “Saat itu dia bilang masih di (Kecamatan) Asembagus (Kabupaten Situbondo, Jawa Timur). Posisi telepon itu dia tidak pakai baju. Dia tanya kabar anak-anak, saya bilang ini Ketut, ini Koming. Lalu tanya anak-anak sudah maem (makan), saya bilang sudah. Itu saja terakhir komunikasi,” ungkap Sudiartini.
Sudiartini baru mengetahui adanya peristiwa kapal tenggelam pada Kamis (3/7) setelah adik iparnya memberi tahu. Awalnya ia tidak terlalu khawatir. Namun, kekhawatiran itu muncul setelah adik iparnya mengabarkan bahwa suaminya sempat membuat status di aplikasi WhatsApp, yang segera ia coba hubungi. Status WA Mertayasa dibuat sekitar pukul 22.30 WITA, menunjukkan suasana kemacetan saat hendak memasuki kapal di Pelabuhan Ketapang, disertai tulisan “ti be” atau “mati dah”. “Dia memang sering membuat story dengan tulisan ti be kalau sedang macet,” imbuh Sudiartini. Karena status itu dibuat berdekatan dengan waktu tragedi kapal, adik ipar Sudiartini meminta untuk segera menghubungi Mertayasa. Sayangnya, ponsel Mertayasa sudah tidak aktif, dan saat itulah perasaan khawatir yang mendalam mulai menyelimuti Sudiartini. “Salah satu teman kerjanya bilang mau barengan naik kapal, hanya suami saya duluan naik. Sedangkan dia tidak jadi naik kapal. Makanya dipastikan suami saya ikut di kapal itu,” jelasnya.
Mengetahui peristiwa ini, Sudiartini ditemani keluarga segera mendatangi Pelabuhan Gilimanuk untuk mencari informasi keberadaan suaminya. Di sana, ia bertemu dengan bos Mertayasa yang menguatkan dugaan bahwa suaminya berada di KMP Tunu Pratama Jaya. Namun, setelah seharian menunggu, kabar mengenai suaminya tak kunjung didapatkan, sehingga ia pulang dengan ketidakpastian. Sebagai sopir, Mertayasa memang jarang keluar dari truknya saat penyeberangan; biasanya ia tiduran atau melakukan panggilan video dari dalam mobil.
Setelah sepekan menunggu dengan perasaan waswas, Sudiartini akhirnya menerima kabar mengenai Mertayasa. Jasadnya ditemukan di Pantai Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana. Pada Rabu (9/7) sore, ia menerima kabar dari Kelian Banjar dan Bhabinkamtibmas setempat. Pukul 15.00 WITA, Sudiartini berangkat menuju Gilimanuk untuk menjemput jasad sang suami, yang tiba pukul 21.20 WITA dan langsung dibawa ke rumah duka. “Saya sempat dilihatkan barang-barang suami, berupa dompet hingga identitas seperti KTP dan SIM,” ungkapnya. Rencananya, jenazah Mertayasa akan dikremasi di Setra Buleleng, namun pihak keluarga masih menunggu hari baik.
Sudiartini mengaku tidak memiliki firasat buruk apapun saat insiden terjadi. Namun, ia menyadari ada beberapa kejanggalan sebelum sang suami berangkat bekerja. Mertayasa, yang sudah sekitar 21 tahun bekerja sebagai sopir, mulai dari angkutan antarkota, bus, hingga kini truk antarprovinsi Jawa-Bali, telah sering melakukan perjalanan jauh seperti ke Bima dan Sumbawa. Saat itu, ia mengangkut material bangunan dari Surabaya menuju Bali, berangkat pada Senin (30/6) dan bertolak kembali ke Bali pada Rabu (2/7).
Dua hari sebelum berangkat bekerja, terjadi beberapa hal yang dianggap aneh oleh Sudiartini, mulai dari jatuh saat memetik jambu, hingga dompet Mertayasa yang ketinggalan. “Biasanya kalau ke Denpasar selalu bawa motor. Tapi saat itu saya minta tidak bawa karena motornya mau saya pakai. Sehingga saya antar ke terminal Sangket. Tapi sudah sampai Desa Sambangan, ternyata dompetnya ketinggalan,” kenangnya mengenai pertemuan terakhir dengan suaminya. Selain itu, menurut keterangan bos Mertayasa, aki truk yang digunakan Mertayasa meledak di Gilimanuk sebelum keberangkatan ke Surabaya. Jenazah Mertayasa sudah tiba di rumah duka, Kamis (10/7). “Untuk waktunya kapan kami masih menunggu hari baik,” kata Sudiartini.
Jenazah Korban KMP Tunu Pratama Jaya Kembali Ditemukan
Di tengah upaya pencarian korban yang terus berlangsung, satu jenazah yang diduga korban KMP Tunu Pratama Jaya kembali ditemukan oleh nelayan di perairan Perancak, Kabupaten Jembrana, pada Kamis (10/7). Jenazah berjenis kelamin laki-laki tersebut ditemukan mengambang dan segera dievakuasi melalui Pantai Pebuahan, Kecamatan/Kabupaten Jembrana. Jenazah kemudian dibawa ke RSU Negara sebelum diberangkatkan menuju Banyuwangi untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Ciri-ciri jenazah yang ditemukan antara lain mengenakan celana jins biru, baju hem motif kotak-kotak berwarna hitam merah, dan hanya memakai sepatu sebelah kanan. Saat ditemukan, kondisi jenazah sudah mengembang.
Menurut informasi, jenazah laki-laki ini ditemukan oleh nelayan bernama Muhamad Fadjri (60) sekitar pukul 03.00 WITA, saat ia melaut. Lokasi penemuan berada di perairan Pantai Perancak, sekitar 5 Nautical Mile (NM) atau 10 kilometer dari Pantai Pebuahan. Menggunakan perahu bertuliskan Guna Asih, Muhamad Fadjri mengevakuasi jenazah tersebut ke pesisir Pantai Pebuahan dan segera melaporkannya kepada pihak berwenang. Petugas SAR Gabungan lantas melakukan evakuasi sekitar pukul 08.30 WITA.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Jembrana, I Putu Agus Artana Putra, mengkonfirmasi penemuan ini. “Satu jenazah lagi ditemukan tadi pagi oleh nelayan. Saat ini sudah dievakuasi dan diberangkatkan ke RSUD Blambangan untuk identifikasi,” jelasnya, Kamis (10/7). Dengan ditemukannya jenazah ini, total korban yang sudah ditemukan berjumlah 43 orang, dengan rincian 30 orang ditemukan selamat dan 13 orang lainnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Sementara itu, jumlah korban yang masih dalam pencarian berjumlah 23 orang. (mpa/mer/zae)
Pencarian Korban Terkendala Cuaca Buruk di Selat Bali
Tim SAR gabungan terus melakukan pencarian para korban KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di perairan Selat Bali, menghadapi kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Kondisi cuaca di perairan Selat Bali dominan berawan tebal, dengan angin bertiup kencang berkecepatan 4 hingga 25 knots. Ketinggian gelombang maksimal berkisar antara 2,5 hingga 4 meter, serta kecepatan arus permukaan mencapai 2,4 m/s.
Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, R. Eko Suyatno selaku SMC dalam operasi SAR ini, menyatakan bahwa SRU under water yang disupervisi oleh Danguspurla Koarmada II telah melakukan observasi bawah air di tengah kondisi cuaca yang menantang. Danguspurla Koarmada II Laksma TNI Endra Hartono menambahkan, SRU under water yang bekerja pada Rabu kemarin telah menurunkan kamera bawah air hingga kedalaman 35 meter. Namun, tidak lama setelah mencapai kedalaman tersebut, kamera hanyut oleh arus bawah air. “Tapi sebelum hanyut, kita masih bisa monitor gambaran objek yang ada di bawah air, pada kedalaman 48 sampai 49 meter,” ungkap Laksma Endra.
Hingga sore kemarin, SRU laut yang telah memfokuskan upaya pencarian di perairan sektor selatan, serta SRU darat yang melakukan pemantauan di sepanjang pesisir pantai, masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan korban. Sementara itu, pihak Polresta dan Pemda Banyuwangi setiap harinya memberikan layanan trauma healing bagi pihak keluarga yang hingga kini menunggu di Posko Gabungan di ASDP Ketapang. (mpa)