Kontras Sikap Ketum Federasi Thailand dan Indonesia Setelah Timnas Wanita Gagal Lolos Piala Asia: Antara Kekecewaan dan Tuntutan Suporter
Kegagalan lolos ke Piala Asia Wanita 2026 menjadi kenyataan pahit bagi tim nasional wanita Thailand dan Indonesia, menyusul hasil kualifikasi yang tidak memuaskan. Namun, respons yang ditunjukkan oleh masing-masing ketua umum federasi sepak bola kedua negara, Madam Pang dari Thailand dan Erick Thohir dari Indonesia, memperlihatkan perbedaan pendekatan yang mencolok.
Dari kubu Thailand, Nualphan Lamsam atau yang akrab disapa Madam Pang, segera menyampaikan permohonan maaf kepada para penggemar sepak bola. Beliau mengungkapkan rasa sangat kecewanya atas performa timnas wanita yang menyebabkan mereka gagal melaju ke Piala Asia Wanita 2026, sekaligus menutup peluang tampil di Piala Dunia Wanita 2027.
Kegagalan ini terasa lebih getir bagi Madam Pang, mengingat rekam jejaknya yang gemilang saat masih menjabat manajer timnas wanita 18 tahun silam. Di bawah kepemimpinannya kala itu, timnas wanita Thailand berhasil mencetak sejarah dengan dua kali lolos ke Piala Dunia Wanita di Kanada dan Prancis. Oleh karena itu, Madam Pang berjanji akan melakukan restrukturisasi menyeluruh pada timnas wanita Thailand setelah rapat komite eksekutif federasi yang dijadwalkan pada 7 Juli 2025.
Dalam pernyataannya, Madam Pang secara gamblang menyampaikan, “Kepada semua penggemar sepak bola Thailand yang terkasih, ini adalah malam di mana saya merasa paling menyesal dan kecewa. Saya ingin meminta maaf kepada penggemar Timnas Wanita Thailand karena kalah dari India dan tidak dapat lolos ke Piala Asia tahun depan. Itu juga berarti kami telah kehilangan harapan untuk berpartisipasi pada Piala Dunia Wanita 2027 di Brasil.” Ia menambahkan, “Tugas pertama saya di dunia sepak bola adalah sebagai manajer tim nasional wanita Thailand, 18 tahun lalu, dan saya menikmati kesuksesan dengan membawa tim tersebut ke dua Piala Dunia Wanita di Kanada dan Prancis. Saya berjanji bahwa pada tanggal 7 Juli 2025, setelah rapat komite eksekutif, saya akan melanjutkan restrukturisasi menyeluruh terhadap Timnas Wanita Thailand.”
Sementara itu, di Indonesia, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyampaikan apresiasi atas perjuangan timnas putri, meskipun persiapan mereka terbilang singkat. Erick membandingkan durasi persiapan timnas Indonesia yang hanya beberapa bulan dengan persiapan tim Taiwan yang memakan waktu dua tahun. Ia menegaskan perlunya terobosan baru dalam pembangunan tim.
“Kita sudah coba yang terbaik, tadi saya dengan tim Taiwan itu persiapannya dua tahun, kita baru beberapa bulan,” ujar Erick Thohir. “Dan yang saya lihat, pemain-pemain kita hari ini bermain baik meskipun kalah 1-2, saya mengapresiasinya. Saya selalu bilang, memang perlu waktu membangun tim. Apakah program kita ambisius? Ya, kita harus berani melakukan terobosan, kalau tidak, jalan di tempat,” tambahnya.
Pasca-laga Indonesia melawan Taiwan, sebuah insiden menarik terjadi. Para pemain Timnas Wanita Indonesia sempat membentangkan spanduk bertuliskan tuntutan dari suporter. Awalnya, skuad Garuda Pertiwi hanya membentangkan spanduk ucapan terima kasih saat menyanyikan lagu Tanah Airku. Namun, di tengah momen tersebut, kapten tim Shafira Ika Putri Kartini membawa spanduk lain yang berasal dari suporter. Spanduk itu sempat dibentangkan sebentar sebelum seorang wanita berjas hitam dengan cepat mengambil dan menggulungnya.
Spanduk tersebut bertuliskan, “Park Erick, kapan Liga 1 Putri digelar?” Menanggapi insiden ini, Erick Thohir menyatakan bahwa ia tidak gentar terhadap tekanan terkait tuntutan penyelenggaraan Liga 1 Putri. Menurutnya, kompetisi tersebut belum dapat digelar karena talent pool pemain putri yang belum mencukupi saat ini.
“Saya sudah jawab berkali-kali, saya tidak takut tekanan,” tegas Erick Thohir. “Realitanya memang belum (cukup talent pool). Timnya dibagi berapa saya tidak tahu, siapa yang main. Masalahnya timnya tidak ada. Semua masih terkumpul di timnas, ya mesti sabar, saya tidak mau terjebak, memaksakan diri, memaksakan ini. Dan kalau kita lihat struktur liga pun seperti putra pun itu inisiatif dari klub-klub dan kepemilikan liga sangat profesional. Semua negara itu fokusnya ke tim nasional, tetapi apakah kita mendorong liga putri, ya pasti. Bagian kita coba mendorong,” pungkasnya.