Ragamutama.com – , Jakarta – Serial Korea Selatan yang mengguncang dunia sejak debutnya pada 2021, *Squid Game*, akhirnya menuntaskan perjalanannya dengan penayangan Squid Game Season 3 pada 27 Juni 2025 pukul 16.00 Waktu Korea Selatan. Musim terakhir dari fenomena global ini tidak hanya mengakhiri saga yang mendebarkan, tetapi juga memicu gelombang diskusi dan kontroversi di kalangan penggemar dan kritikus.
Sejak penayangan perdananya, episode-episode penutup Squid Game ini segera menjadi sorotan media global. Hanya dalam waktu tiga hari, Squid Game Season 3 mencatatkan 60,1 juta penayangan, sebuah pencapaian luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya, sekaligus menduduki peringkat pertama di seluruh 93 negara yang dipantau oleh Netflix. Kisah yang disajikan digambarkan sebagai yang paling brutal, emosional, sekaligus sarat kontroversi.
Di balik kesuksesan masif tersebut, reaksi publik dan kritikus terhadap akhir Squid Game sangat bervariasi. Sejumlah kalangan memuji kekuatan narasi dan eksekusinya, sementara yang lain secara terang-terangan mempertanyakan arah kreatif serta pesan moral yang coba disampaikan pada penutup serial ini.
Beberapa media besar melayangkan pujian untuk penutup serial Squid Game. Majalah TIME menyebut musim ini sebagai “kembalinya kekuatan brutal khas *Squid Game*” yang menyajikan “pukulan akhir yang kuat.” Senada, Financial Times menyoroti “kecepatan alur dan pengarahan visual yang tajam,” yang tetap “menawarkan tingkat keterlibatan adiktif bagi penonton.” Sementara itu, Collider memuji musim ketiga sebagai “final yang menggetarkan” yang berhasil “memperkuat semua keunggulan serial ini.”
Namun, tidak semua pihak merasa puas dengan resolusi akhir cerita Squid Game. Dikutip dari Allkpop, The Guardian melayangkan kritik bahwa *Squid Game* telah kehilangan daya kritik sosialnya, menyoroti kekerasan yang semakin intens sementara kesan satirnya memudar. IndieWire bahkan menyebut musim ini “melelahkan dan tidak konsisten,” dengan alur cerita yang terkesan “maju-mundur” dan menunjukkan “gejala keletihan naratif.” Tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa musim final ini terasa repetitif, seolah hanya mengulang pola dari musim sebelumnya tanpa inovasi signifikan.
Musim ketiga kembali menyoroti Gi Hun (diperankan oleh Lee Jung Jae), yang mengambil keputusan drastis untuk kembali memasuki permainan demi menuntaskan misi pribadinya. Namun, perjalanan ini justru membawanya pada serangkaian tragedi yang menyayat hati. Salah satu subplot yang paling intens diperbincangkan adalah kisah Pemain 222, yang dikenal sebagai Jun Hee, yang secara tak terduga hamil dan melahirkan bayinya selama permainan berlangsung.
Kedalaman emosi dan kekejaman permainan semakin terasa melalui adegan dramatis saat Geum Ja (Pemain 149) rela membunuh anaknya sendiri demi melindungi Jun Hee dan bayinya. Tragedi berlanjut ketika Geum Ja memutuskan bunuh diri setelah para pemain sepakat untuk melanjutkan permainan, menandai titik balik yang brutal.
Namun, harapan tipis agar sang ibu dan anak dapat bertahan hingga akhir sirna pada permainan kedua. Di sinilah Jun Hee, dalam keputusan heroik, mengorbankan dirinya sendiri demi memastikan bayinya dapat diselamatkan oleh Gi Hun, meninggalkan Gi Hun dengan tanggung jawab berat.
Puncak klimaks emosional terjadi ketika Gi Hun, di tengah dilema moral yang mendalam, memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri agar sang bayi bisa bertahan. Akhir cerita yang menggugah ini tidak hanya mengundang simpati yang luar biasa, tetapi juga memicu gelombang kontroversi dan perdebatan sengit di kalangan penonton.
Dilansir dari laman koreaboo, kritik tajam muncul menyoroti absennya karakter perempuan di babak final, yang dianggap sebagai bentuk misogini terselubung. Lebih lanjut, tidak sedikit netizen yang menilai bahwa musim ini secara implisit membawa pesan moral yang cenderung pro-life atau anti-aborsi. Seorang penggemar melalui platform X (sebelumnya Twitter) mengungkapkan kekecewaannya: “Kupikir ini akan jadi komentar soal maskulinitas toksik, tapi ternyata semua karakter perempuan mati sebelum episode 4 dan malah ada pesan pro-life.”
Menanggapi gelombang kritik tersebut, sutradara Hwang Dong Hyuk memberikan klarifikasi. Dalam wawancara dengan Joongang Ilbo, ia mengungkapkan bahwa akhir cerita sejatinya dirancang lebih bahagia, di mana Gi Hun akan bertemu detektif Jun Ho dan akhirnya bersatu kembali dengan putrinya di Amerika Serikat. Namun, Hwang merasa akhir yang demikian tidak lagi relevan dengan realitas yang berkembang.
“Saya merasa bertahan hidup di dunia ini makin sulit. Ketimpangan, ancaman perang, krisis iklim, semua makin nyata,” jelas Hwang. “Saya melihat bagaimana kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir orang, dan itu membuat saya berpikir: sudah saatnya generasi tua mulai membuat pengorbanan untuk masa depan.” Ia menambahkan bahwa kehadiran bayi di akhir cerita Squid Game musim ketiga adalah simbol kuat dari generasi mendatang yang harus dilindungi dari kerasnya dunia.
Namun, pernyataan Hwang Dong Hyuk ini tidak sepenuhnya diterima baik oleh semua pihak. Beberapa komentar di forum daring seperti *theqoo* menyuarakan pandangan bahwa pesan moral dari sebuah karya seharusnya tercermin secara implisit dalam cerita itu sendiri, bukan justru dijelaskan melalui wawancara.
Meskipun demikian, dengan ketiga musimnya kini tercatat dalam daftar 10 besar serial non-Inggris paling populer sepanjang masa di Netflix, Squid Game telah mengukuhkan tempatnya dalam sejarah hiburan. Namun, dengan akhir cerita yang menimbulkan begitu banyak pertanyaan dan perdebatan, diskusi seputar Squid Game tampaknya belum akan mereda dalam waktu dekat.
Pilihan editor: Profil Lee Jung Jae Pemeran Utama Serial Squid Game