PT BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) mengumumkan langkah ambisius dalam memperkuat pasar modal Indonesia dengan merencanakan penawaran umum perdana saham (IPO) untuk sejumlah perusahaan hingga akhir tahun 2025. Rencana ini menjadi sorotan di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan.
Direktur Utama BRIDS, Laksono Widodo, mengungkapkan bahwa setidaknya tiga perusahaan telah masuk dalam pipeline IPO untuk periode ini. Meskipun bukan emiten berskala raksasa, proyeksi nilai emisi dari masing-masing perusahaan diperkirakan antara Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar. Apabila seluruh rencana berjalan lancar, total dana yang berpotensi dihimpun dari aksi korporasi ini bisa mendekati angka Rp 1 triliun.
Tiga sektor yang menjadi fokus utama dalam daftar IPO BRIDS adalah manufaktur, healthcare, dan logistik. Laksono menyoroti bahwa ketiga sektor ini dinilai masih memiliki daya tarik dan resiliensi yang kuat di tengah fluktuasi pasar saat ini. Proses pencatatan saham ketiga calon emiten ini ditargetkan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada kuartal IV 2025. Saat ini, persiapan akhir sedang dikebut, dan perusahaan-perusahaan tersebut telah secara resmi masuk dalam pipeline sebelum melangkah ke tahap submisi ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Laksono tidak menampik bahwa pasar modal sepanjang paruh pertama tahun 2025 masih dibayangi oleh volatilitas tinggi dan kenaikan suku bunga global. Kondisi ini memang telah menyebabkan banyak perusahaan menunda rencana aksi korporasi, khususnya IPO berskala besar. Tantangan lain yang dihadapi adalah penurunan aktivitas dari investor institusi domestik, seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, dan manajer investasi, yang telah terasa sejak satu setengah tahun terakhir.
Namun, di tengah tantangan tersebut, Laksono melihat secercah harapan pada pertumbuhan investor ritel. “Untungnya kita punya ritel, ini salah satu harapan kita tahun ini. Dua tahun terakhir upaya pengembangan sistem ritel sudah menunjukkan hasil,” ujarnya. Perkembangan ini menjadi angin segar bagi pasar modal di tengah kurangnya partisipasi institusi.
BRIDS tetap optimis bahwa semester II 2025 akan membawa perbaikan signifikan. Laksono memprediksi bahwa potensi penurunan suku bunga, penguatan nilai tukar rupiah, serta meredanya tensi geopolitik global akan menjadi katalisator kuat yang mendorong sentimen positif di pasar ekuitas. “Kalau enggak ada yang aneh-aneh lagi, seperti Trump ngomong yang bikin pasar gaduh, seharusnya semester dua ini lebih baik,” tutupnya, memberikan catatan ringan mengenai potensi gangguan dari faktor eksternal.